oleh Ani Marlina
Mahasiswa PPs Universitas Negeri Jakarta
Di Negara maju pemahaman dan penghayatan tentang tujuan dan hakekat pendidikan dalam arti filosofis, peranan ilmu pendidikan secara teoritis masih kurang sekitar abad 18 sampai 19 karena kebijakan Negara memfasilitasi dengan ilmu praktis. Karena tokoh-tokoh pendidikan di Negara maju adalah pejuang moral social.
Namun pada masa kontemporer lambat laun pendidikan teoretis mulai berperan, semenjak masyarakat maju mulai merasa nyaman dengan ilmu pendidikan teoretis, teori ekonomi, maupun teori pendidikan sesuai dengan majunya pendidikan utamanya sesudah fase defresi ekonomi 1929/1930.
Di Indonesia, tak sempat mengembangkan ilmu pendidikan teoretis, melainkan juga landasan kefilsafatan pendidikan sebagai teori pendidikan (ISPI, 1989), sehingga pendidikan dalam bentuk mikro dan makro yang yang berkembang secara rasional saja terutama dengan dukungan ilmu-ilmu pendidikan praktis dan empirik.
Sehingga dari penerapan pendidikan yang lebih cenderung kepada pendidikan praktis dan empirik, hanya akan terlahir sebuah gagasan baru untuk pengembangan pengetahuan metodologis. Sementara pendidikan untuk pengembangan teoritisnya tidak diperhatikan.
Melihat kondisi pendidikan sekarang yang mengalami dekonstruksi, perlu perhatian penuh dari para pengambil kebijakan dan yang terlibat secara komprehensif di dalamnya. Dekonstruksi pendidikan tersebut tidak mudah untuk dipulihkan stabil, membutuhkan kerjasama dari semua pihak, artinya dalam dunia pendidikan harus ada penyeimbang dalam penerapannya, khususnya kepada peserta didik sebagai objek terlaksananya pendidikan. manusia mempunyai otak kiri dan kanan sebagai penyeimbang, begitupun pendidikan harus ada penyeimbang dalam pelaksanaannya.
Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang diantara penerapan konsep teoritis dan praktisnya mempunyai keseimbangan dalam pembagaian dari pada ilmu pendidikan. Seperti yang dikatakan oleh Ali Syaifullah, H.A. dalam bagan Sistematika Pembagian daripada ilmu:
Dari bagan tersebut menerangkan bahwa terdapat dua hubungan timbal balik dalam fenomena pendidikan yaitu pendidikan pengembangan praktis dan pengembangan pendidikan teoritis.
Wilayah Ilmu Pendidikan Bercorak Teori Mendidikan ke-Indonesiaan.
Khusus untuk pendidikan di Indonesia, terdapat sejumlah asas yang yang member arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Asas-asas tersebut bersumber, baik dari kecnderungan umum pendidikan di dunia maupun yang bersumber dari pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya pendidikan di Indonesia.
Ke-3 asas tersebut dipandang sangat relevan dengan upaya pendidikan, baik masa kini maupun masa depan. Oleh karena itu setiap tenaga kependidikan harus memahami dengan tepat ke-3 asas tersebut agar dapat menerapkannya dengan semestinya dalam penyelenggaraaan pendidikan sekolah.
Asas asas tersebut yaitu :
Tut Wuri Handayani
Asas ini menjadi semboyan DEPDIKBUD, yang pada awalnya merupakan salah satu dari : Asas 1922 yakni 7 buah asas dari perguruan nasional Taman Siswa (didirikan tanggal 3 Juli 1992). Sebagai asas pertama, tutwuri handayani merupakan dari system Among dari perguruan tinggi itu. Terdapat tujuh asas pada tahun 1922 berikut ketujuh asas tersebut :
1. Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum
2. Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah, yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri
3. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri
4. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat
5. Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh-penuhnya lahir dan batin hendaklah diusahakan dengan kekuatan sendiri dan menolak bantuan apapun dan dari siapapun yang mengikat baik berupa ikatan lahir maupun batin
6. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan
7. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu, baik adanya alasan lahir ataupun batin unuk mengembangkan segla kepentingan kebahgiaan dan keselamatan anak-anak.
Asas Belajar Sepanjang Hayat (life long learning)
UNESCO Institute for Education (UIE Hamburg) pendidikan seumur hidup adalah harus:
1. Meliputi seluruh hidup setiap individu
2. Mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan dan penyempurnaan secara sistematis pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya
3. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fulfillment) setiap individu
4. Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri
5. Mengalami kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi.
Asas Kemandirian dalam Belajar
Asas belajar sepanjang hayat erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tutwuri handayani pada prinsipnya bertolak dariaasumsi kemampuan siswa untuk mandiri. Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) sendiri mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk ulur tangan apabila diperlukan.
Asas belajar sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar, karena adalah tidak mungkin seseorang belajar sepanjang hayat apabila selalau tergantung dari bantuan guru dan orang lain.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajarakan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator (sumbe belajar) dan motivator (mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar itu), di samping peran-peran sebagai informatory, organisator, dsb.
Hal tersebut harus dikembangkan di intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler atau latar perguruan tinggi. Dimulai tatap muka dimanfaatkan dalam kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri.
Kegiatan intrakurikuler, membentuk konsep-konsep dasar dan cara-cara pemanfaatan berbagai sumber belajar yang akan menjadi dasar pengembangan kemandirian belajar di dalam bentuk-bentuk kegiatan terstruktur dan mandiri. Kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.
Adapun ciri-ciri yang diisyaratkan oleh spektrum ke-Indonesiaan program studi dan jurusan antar fakultas yang berkembang dalam lingkungan UPI dan mengingat kepedulian lintas bidang dari kalangan non spesialis, selain bersifat sistematis, krisis, metodologis serta komprehenshif. (UNJ, 2009)
1. Beraspirasi Otonomi
Ilmu pendidikan yang berayun antara mandiri dan perlu bantuan hasil ilmu lain yang lebih maju mengenali karakteristik perilaku manusia, bukan proses perkembangan individual sewajarnya ataupun terwujudnya proses sosialisasi, melainkan ialah kematangan dan kemandirian dalam relasi dengan sesama diri sendiri dan lingkungan di alam itu sendiri.
1. Komprehensif, secara menyeluruh dalam proses pendidikan dari intelektual sampai kepada pendidikan spiritual
2. Kritis, tidak begitu saja menerima ilmu yang disampaikan
3. Metodologis, proses pendidikan secara sistematis dan logis
4. Sistematis, proses pendidikan secara teratur, mengandur makna dan tujuan tertentu
5. Dasar Kefilsafatan, proses pemanusiaan manusia muda pendidikan berpendirian sendiri sekurangnya secara minimum tentang hakekat manusia sebagai makhluk pendidikan.
Disinilah peran kita sebagai tenaga pendidik ditantang untuk melakukan re-Orientasi Kependidikan untuk pengembangan Pendidikan di Indonesia --
0 comments:
Post a Comment
Tim Gudang Materi mengharapkan komentar anda sebagai kritik dan saran untuk kami .. Hubungi kami jika anda mengalami kesulitan !