Oleh Ani Marlina
Berdasarkan Teori Nature dan Teori Nurture , Gender dibedakan berdasarkan peran kerjanya di Masyarakat , kedua teori ini bertentangan antara satu sama lain , tetapi tujuan dari keduanya akan menentukan peran kerja perempuan dalam gender . -- Achmad Zulfikar
Secara badaniah wanita berbeda dengan laki-laki. Alat kelamin wanita berbeda dengan alat kelamin laki-laki. wanita punya buah dada yang lebih besar. Suara wanita lebih halus, wanita melahirkan anak dan sebagainya. Kata orang, wanita juga berbeda secara psikologis, laki-laki lebih rasional, lebih aktif, lebih agresif. wanita sebaliknya : lebih emosional, lebih pasif, lebih submisif.
Karena itu, banyak orang percaya bahwa wanita sudah sewajarnya hidup di lingkungan rumah tangga. tugas ini adalah tugas yang diberikan alam kepada mereka: melahirkan dan membesarkan anak-anak di dalam lingkungan rumah tangga, serta memasak memberikan perhatian kepada suaminya, supaya rumah tangga yang tenteram dan sejahtera dapat diciptakan.
Laki-laki punya tugas lain, yakni pergi ke luar rumah untuk mencarai makan untuk keluarganya, baik berburu (zaman dulu) atau bekerja untuk mendapatkan gaji (zaman sekarang). Inilah pembagian kerja yang didasarkan atas perbedaan seks, yang diatur oleh alam (demikian kata orang) untuk menciptakan kehidupan masyarakat manusia yang beradab. pembagian kerja secara seksual ini sudah berlangsung ribuan tahun.
Karena itu orang cenderung menganggapnya sebagai sesuatu yang alamiah. banyak diantara kita tidak bertanya lagi apakah pembagian kerja seperti itu adil, dan siapa yang diuntungkan dalam pembagian kerja seperti ini. kita (termasuk kaum wanita sendiri) cenderung beranggapan bahwa perbedaan peran yang diberikan kepada wanita dan laki-laki sama nilainya: keduanya adalah peran yang luhur dan karena itu patut dipertahankan.
Pada saat ini, terutama di negara-negara Barat yang ekonominya sudah maju, pembagian kerja seksual tidak lagi diterima begitu saja oleh terutama kaum wanitanya. mereka merasa bahwa pembagian kerja seperti itu, wanita di rumah tangga dan laki-laki di luar rumah, hanya menguntungkan laki-laki saja.
Pembagian kerja yang menempatkan wanita di rumah tangga untuk memasak dan mengurus anak membuat wanita tidak berkembang sebagi manusia. mereka menjadi kerdil seumur hidupnya karena dunianya yang serba terbatas. Sementara laki-laki yang berkecimpung dengan kehidupan di luar rumah dapat mengembangkan dirinya secara optimal.
Memang secara badaniah laki-laki berbeda dengan wanita. persoalan timbul kalau kita bicara tentang perbedaan psikologis ini sesuatu yang alamiah juga? atau perbedaan ini hanyalah sekedar peran yang dimainkan baik oleh laki-laki maupun wanita.
Kalau perbedaan ini hanya sekedar peran, timbul pertanyaan mengapa wanita sebagai pihak yang dirugikan, mau memerankan peran tersebut begitu lama, sampai beribu-ribu tahun? faktor-faktor apa yang mendasari gejala ini?
Perbedaan tentang perdebatan psikologis antara laki-laki dan wanita pada dasarnya berputar di sekitar 2 teori besar: teori nature dan teori nurture. Pengikut teori nature yang ekstrem beranggapan bahwa perbedaan psikologis antara laki-laki dan wanita disebabkan oleh faktor-faktor biologis kedua insan ini.
Pengikut teori nurture beranggapan bahwa perbedaan ini tercipta melalui proses belajar dari lingkungan. diantara kedua teori yang ekstrem ini, tentu saja ada teori-teori yang mencoba menjelaskan bahwa perbedaan ini disebabkan oleh semacam interaksi antara faktor-faktor biologis dan faktor-faktor sosio kultural. (Skolnik dan Skolnik, 1974:131).
Hubungan antara faktor-faktor biologis dan sosio kultural dalam proses pembentukan perbedaan seksual antara laki-laki dan wanita yang telah mengakibatkan pembagian kerja secara seksual serta perubahan-perubanhannya yang terjadi sepanjang sejarah.
Kita semua tahu, kalau kita (terutama kaum laki-laki) mau berpikir secara jernih dan ksatria, peran yang didapatkan oleh kaum wanita dalam pembagian kerja secara seksual ini merupakan peran yang lebih menyenangkan daripada peran yang diberikan kepada laki-laki.
Ini tentu saja tidak berarti bahwa peran yang diberikan kepada kaum laki-laki dapat dikatakan lebih menyenangkan, karena lebih memberikan kemungkinan bagi laki-laki untuk mengembangkan dirinya.
Dalam masyarakat masa kini seperti halnya masyarakat Indonesia, kehidupan wanita berputar di sekitar kehidupan rumah tangga. tujuan wanita seakan-akan hanyalah untuk menikah, hampir seluruh kehidupan wanita dilewatkan di dalam rumah tangga.
Dalam keadaan seperti ini, wanita jadi tergantung kepada laki-laki secara ekonomis, karena pekerjaan yang dilakukan di rumah tangga tidak menghasilkan gaji. ditambah lagi, wanita seakan-akan dipenjarakan di suatu dunia yang tidak merangsang perkembangan kepribadiannya. mereka mengerjakan pekerjaan yang itu-itu juga setiap hari, diulang jutaan kali. teman-temanya serba terbatas, dan hidupnya kebanyakan dilewati bersama anak-anaknya.
Betty Friedan, seorang tokoh gerakan feminis Amerika secara dramatis melukiskan keadaan ini “Seorang wanita akan berkata, ‘saya merasa kosong…merasa tidak lengkap…” Kadang-kadang (si wanita melanjutkan) dia mengelu kepada seorang dokter tentang gejala-gejala perasaan yang tidak bisa dia gambarkan dengan baik, “Saya merasa lelah…saya jadi cepat marah kepada anak-anak saya, dan ini membuat saya khawatir…saya seperti mau menangis tanpa tahu apa sebabnya”. (Friedan, 1974:20)
Karena masyarakat beranggapan bahwa wanita seharusnya bahagia menjadi “Ratu” (sic) rumah tangga (bukankah ini sesuai dengan kodratnya?) seorang psikiater (yang biasanya seorang laki-laki) berkata, “saya tidak tahu apa yang salah pada wanita jaman sekarang…saya hanya tahu ada ada sesuatu yang salah pada mereka, karena banyak wanita yang menjadi pasien saya. sesudah saya periksa, persoalan mereka bukanlah persoalan ketidakbahagiaan seksual”. persoalan yang dihadapi wanita dalam dunia yang dikuasai laki-laki adalah persoalan yang belum punya nama.
Maka kita dihadapkan pada kenyataan bahwa tidak semua wanita bahagia hidup dalam lingkungan rumah tangga, ini berarti, hidup dalam ingkungan rumah tangga bagi wanita belum tentu merupakan kodrat alamiah wanita. sebab, kalau tidak, tentunya wanita akan bahagia menunaikan tugas yang diberikan oleh kodrat mereka.
Kalau wanita tidak dikodratkan sebagai “wanita” dalam bentuk yang sudah dikenal umat manusia sampai saat ini, maka kita juga meragukan apakah sifat-sifat manusia yang lebih emosional, atau lebih pasif, atau lebih submusif merupakan sesuatu yang alamiah juga? keraguan ini timbul belum begitu lama dalam sejarah umat manusia.
Salah satu buku yang terkenal yang membicarakan keraguan ini ditulis oleh ahli filsafat Inggris John Stuart Mill pada tahun 1869. Dalam esai yang berjudul The Subjection of Women, dia berkata bahwa apa yang disebut sebagai sifat kewanitaan adalah hasil pemupukan masyarakat melalui suatu sistem pendidikan, dia percaya bahwa usaha untuk membagi manusiamenjadi 2 golongan, laki-laki dan wanita, dan usaha untuk membedakan kedua golongan manusia ini dalam peranan sosial mereka merupakan suatu tindakan politik yang direncanakan. golongan yang lebih kuat, yakni kaum laki-laki, selalu melihat keunggulannya sebagai sesuatu yang alamiah.
Mill melanjutkan bahwa nasib wanita dalam pembagian kerja secara seksual ini lebih buruk dari budak. budak hanya diharapkan dapat memberi perlayanan kepada majikannya saja. tapi wanita tidak hanya diharapkan memberi perlayanan kepada majikannya saja. tapi wanita tidak hanya diharapkan memberi perlayanan kepada laki-laki secara badaniah saja, tapi juga mereka harus memberikan perasaan cinta mereka yang terdalam.
Laki- laki tidak hanya menginginkan wanita sebagai “budak yang terpaksa, melainkan budak yang sukarela; bukan hanya budak biasa, tapi budak yang terbaik. laki-laki menginginkan wanita menjadi budak yang mencintai majikannya dengan segenap hatinya. karena itu laki-laki mengerahkan segenap kekuatan-kekuatan pendidikan untuk mencapai tujuan ini. “semua wanita sejak mula-mula dibesarkan dengan kepercayaan bahwa sifat-sifat yang bertentangan dengan laki-laki: wanita tidak boleh memiliki keinginan sendiri, wanita harus mengendalikan dirinya, mereka harus menjadi seorang yang penurut dan sudi dikendalikan oleh orang lain.
Mereka selalu diajarkan bahwa kewajiban dan hakekat merreka adalah untuk menyerahkan kehidupan mereka untuk orang lain: untuk menyangkal dari mereka sendiri, dan untuk tidak memiliki hidup mereka sendiri. wanita hanya boleh punya perasaan”. (Mill, 1971:141) kodrat wanita adalah hasil buatan_hasil dari kombinasi tekanan dan paksaan di satu pihak, dan rangsangan yang tidak wajar dan menyesatkan di lain pihak.
Teori Nurture untuk membantah teori Nature tentu saja mendapat sambutan dari kaum wanita. tapi teori nature tentu saja tidak mau menyerah begitu saja. kebangkitan kembali dari teori Nature terjadi belum lama, yakni dengan munculnya teori sosio-biologis dari Wilson.
Pembagian kerja secara seksual adalah sesuatu yang wajar, bersumber pada perbedaan struktur genetis dari laki-laki dan wanita. karena itu pembagian kerja ini bisa terus hidup sampai sekarang. teori ini beranggapan bahwa sudah menjadi kodrat wanita untuk menjadi lebih lemah dan karena itu tergantung kepada laki-laki dalam banyak hal untuk hidupnya.
Teori nature sudah ada sejak zaman permulaan lahirnya filsafat di dunia Barat. Aristoteles misalnya beranggapan bahwa wanita adalah laki-laki yang tidak lengkap. wanita kurang bisa mengerami atau memasak, darah yang dikeluarkan pada masa haidnya ke taraf yang lebih sempurna menjadi air mani. karena itu, wanita tidak bisa menyumbangkan air mani dalam proses pembentukan janin manusia_wanita hanya menyumbangkan selongsongnya saja, dan kemudian memberi janin itu makanan untuk tumbuh. tapi benih dari janin itu harus datang dari laki-laki.
Menurut Aristoteles adalah wajar bahwa laki-laki dewasa menguasai budak-budak, anak-anak dan wanita. laki-laki dewasa menguasai budak karena budak memang dikodratkan utnuk menjadi budak. laki-laki dewasa menguasai anak-anak yang bukan budak dan yang laki-laki, karena anak-anak belum berkembang jiwanya. laki-laki menguasai wanita, karena wanita memang tidak sempurna. (Whitbeck, 1976:58).
Istilah famili dalam bahasa Inggris kenyataanya berasal dari kata famulus yang berarti budak domestik, dan familia berarti sejumlah budak-budak yang dimiliki seorang laki-laki dewasa, termasuk di dalamnya isteri dan anak-anaknya.
Demikian penjelasan dari teori Nature dan teori Nurture dimana wanita dalam perannya di masyarakat ditentukan dengan beberapa sudut pandang dan cara pandang dari teori tersebut .
Sumber : http://animarlina.wordpress.com/2009/10/23/82/
0 comments:
Post a Comment
Tim Gudang Materi mengharapkan komentar anda sebagai kritik dan saran untuk kami .. Hubungi kami jika anda mengalami kesulitan !