“Emosi” menurut Oxford English Dictionary, adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Ada dua macam emosi yang kita kenal, yaitu: “emosi negatif” dan “emosi positif”. Untuk bisa menjalani kehidupan dengan kegembiraan, kebahagiaan yang dinamis di sepanjang hidup kita, maka kita harus bisa mengatur dan mengendalikan “emosi Anda”.
Mengendalikan emosi tidak berarti kita berhenti merasa, atau berhenti mengekspresikan diri. Ini berarti, kita harus bisa mengenali, dan bisa memahami; mana yang berupa “emosi positif” dan mana yang “emosi negatif”. “Emosi negatif” itu mempunyai ciri khas, yaitu membuat perasaan frustasi, putus asa, dendam, iri hati, dengki, dan hal negatif lainnya. Sedangkan ciri “Emosi positif” adalah selalu membuat perasaan kita gembira, damai, sejahtera, rasa persahabatan, dan hal positif lainnya.
Memang kalau dipikirkan adalah sangat mengherankan, jika dalam setiap perilaku kita, peran emosi dalam pengendalian diri kita ternyata sangat besar. Anda mau semangat atau mau frustasi, itu juga merupakan hasil kerja emosi.
Keputusan-keputusan dalam hidup kita, sebagian besar juga diambil berdasarkan emosi. Banyak sudah bukti, bahwa manusia dalam mengambil keputusan lebih sering didasarkan pada emosi. Penyair Inggris, Alexander Pope, yang pernah hidup 300 tahun lalu, mengatakan, “Nafsu yang memerintah, jadilah seperti keinginannya. Nafsu yang memerintah mengalahkan nalar pikiran”.
Mengingat bahwa emosi mempunyai dua sisi, “positif dan negatif”; maka semestinya kita bisa belajar mengatur dan mengendalikan emosi, dan bukan emosi yang justru mengatur dan mengendalikan diri kita. Kita harus selalu berusaha memahami kedua sisi emosi kita itu, semata-mata biar kita bisa mengendalikannya dengan baik.
”………Pahamilah!… Anda semua mempunyai tujuan, disadari atau tidak. Apapun bentuknya, tujuan mempengaruhi hidup Anda. Rahasia menyatakan kebenaran adalah menentukan yang menyenangkan, yang benar-benar menginspirasi kreativitas dan membangkitkan gairah……….”
Siapa Saya ?
Bahagia…. Bahagia……
Mengenai diri saya, saya sendiri mencoba untuk mengenali siapa diri saya ini, dan hal-hal apa yang bisa membuat diri saya bisa bahagia, sedih, marah, gelisah, dan terutama mengenali dan mengendalikan diri saya saat saya lagi capek.
Terlahir di Rumah Sakit DR.Soetomo Surabaya ( mungkin ngga ada kaitannya saat ini saya kuliah di Univ.DR.Soetomo……. Rasanya narsis dan ngga’ penting jika saya membahas hal itu!!) di hari dan tanggal yang indah Sabtu, 07 Juli 1984. Terlahir dari seorang ibu yang cantik, baik, dan ibu terbaik di dunia ini. Keluarga yang sederhana namun tetap bahagia, itulah keluarga saya.
Mengawali terjun di dunia pendidikan tahun 1989 di TK. Wachid Hasyim hingga sampai saat ini bisa kuliah di Unitomo kebanggaan kita semua, rasanya bahagia sekali jika saya sadar akan hal itu. Itu salah satu hal yang bias buat saya bahagia, dan jadi motivasi hidup saya. Bahwa saya harus selalu bersyukur padaNYa.
Hal lain yang bisa membuat saya bahagia adalah saat kedua orangtua saya bahagia. Seperti pada saat itu, saat aku mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan swasta di Surabaya, sehingga saya bisa melanjutkan kuliah sampai saat ini. Tanpa henti-hentinya orang tua selalu bersyukur dan sangat bahagia. Tapi sedih rasanya jika saya ingat akan hal itu.
Dua emosi layaknya dua hal yang mestinya tak saling beriringan tapi harus bersama. Dilema rasanya. Hal lain yang bisa membuat kedua orangtua saya sangat bahagia dan tentu saja diri saya sendiri tetapi kebahagiaan itu masih belum tewujud adalah mewujudkan cita-cita saya saat ini yaitu bias lulus kuliah. Tak bisa kubayangkan betapa bahagianya diriku, saat orangtua saya bisa melihat saya diwisuda.
Satu lagi yang bisa bikin saya bahagia yaitu saat saya mendapatkan sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Bisa dikatakan surprise ato kejutan. Apapun bentuknya ( tapi bukan kejutan yang menyakitkan & keterlaluan ) yang nama kejutan tersebut akan saya hargai. Karena saya tahu bikin kejutan itu ngga gampang. Jadi aku harus bisa membuatnya bahagia. Dengan aku bahagia, aku yakin dia juga bahagia.
Kapan saya bersedih…..
Sedih….. mendengar saja mungkin orang akan menghindar. Tapi kemanapun kita berlari, dimanapun kita, yang namanya sedih ngga pandang bulu. Saat dia datang, wajah jadi kusam, kucel, kusut. Kapan saya sedih? Bisa dikatakan saya jarang sedih. Saya akan bersedih saat saya kehilangan atau terpisah dari orang –orang terkasih & tersayang. Seperi halnya pada saat itu saat saya masih kelas 2 SMP, saya masih ingat hari itu hari senin nenek tercinta kembali padaNya. Saat itu saya sangat sedih sekali bahkan bisa dikatakan sangat terpukul. Bagaiman tidak, saya adalah cucu yang paling dekat dengan beliau. Bahkan kedekatan saya dengan nenek, melebihi kedekatanku dengan ibuku.
Lebih sering aku tidur di rumah nenek daripada di rumahku sendiri. Setelah pulang sekolah aku langsung ke rumah nenek, maklum saja rumahku dan rumah nenek masih satu desa. Aku hanya pulang saat akan berangkat sekolah.
Tidak beda jauh saat aku terpisah dari teman-teman kecilku. Dulu kita selau ber-empat. Kemana mana bersama. Hingga pada saatnya tiba, satu teman ku harus pindah ke luar kota, ikut orangtuanya karena mutasi tempat kerja. Saat itu kami baru saja naik kelas 2 SMP. Mulai saat itu kita ber-3 hingga kelulusan SMP. Lulus dari SMP, kita punya jalan masing-masing, tidak ada satupun dari kami bertiga yang satu sekolah. Demi kemajuan bersama, kita berpisah.
Dibangku STM, aku dapatkan sahabat baruku. Lebih dari seorang teman. Bisa dikatakan seorang saudara yang terpisah sekian lama, akhirnya bertemu saat mereka remaja. Singkat cerita kami harus berpisah, dia harus melanjutkan sekolah ke luar kota.
Mulai saat itu aku baru percaya, bahwa kebersamaan tak akan abadi. Ada saatnya berpisah. Tak ada yang abadi di dunia ini.
Untuk menghilangkan rasa sedih, saya punya cara tersendiri. Saat sedih datang, aku pergi ke tempat yang lapang atau ke sawah. Kemudian aku teriak sekencang-kencannya. Niscaya sedihku akan hilang.
Apa aku harus marah ……..?
Aku sendiri masih binggung, saat apa dan kapan aku marah. Yang dapat aku ceritakan adalah aku hanya diam, diam dan diam saat aku marah.Satu hal yang aku tekankan pada diriku adalah diam lebih baik daripada harus marah.
Saya kira itu saja yang dapat saya ceritakan tentang diri saya. Semoga ada manfaat bagi orang lain.
Semangat Pagi……………….!!
Demikian dalam mengungkapkan emosi dalam Kecakapan Sosial dan dalam menerapkan Kecakapan Antarpersonal .
Baca Selengkapnya ..
Mengendalikan emosi tidak berarti kita berhenti merasa, atau berhenti mengekspresikan diri. Ini berarti, kita harus bisa mengenali, dan bisa memahami; mana yang berupa “emosi positif” dan mana yang “emosi negatif”. “Emosi negatif” itu mempunyai ciri khas, yaitu membuat perasaan frustasi, putus asa, dendam, iri hati, dengki, dan hal negatif lainnya. Sedangkan ciri “Emosi positif” adalah selalu membuat perasaan kita gembira, damai, sejahtera, rasa persahabatan, dan hal positif lainnya.
Memang kalau dipikirkan adalah sangat mengherankan, jika dalam setiap perilaku kita, peran emosi dalam pengendalian diri kita ternyata sangat besar. Anda mau semangat atau mau frustasi, itu juga merupakan hasil kerja emosi.
Keputusan-keputusan dalam hidup kita, sebagian besar juga diambil berdasarkan emosi. Banyak sudah bukti, bahwa manusia dalam mengambil keputusan lebih sering didasarkan pada emosi. Penyair Inggris, Alexander Pope, yang pernah hidup 300 tahun lalu, mengatakan, “Nafsu yang memerintah, jadilah seperti keinginannya. Nafsu yang memerintah mengalahkan nalar pikiran”.
Mengingat bahwa emosi mempunyai dua sisi, “positif dan negatif”; maka semestinya kita bisa belajar mengatur dan mengendalikan emosi, dan bukan emosi yang justru mengatur dan mengendalikan diri kita. Kita harus selalu berusaha memahami kedua sisi emosi kita itu, semata-mata biar kita bisa mengendalikannya dengan baik.
”………Pahamilah!… Anda semua mempunyai tujuan, disadari atau tidak. Apapun bentuknya, tujuan mempengaruhi hidup Anda. Rahasia menyatakan kebenaran adalah menentukan yang menyenangkan, yang benar-benar menginspirasi kreativitas dan membangkitkan gairah……….”
Siapa Saya ?
Bahagia…. Bahagia……
Mengenai diri saya, saya sendiri mencoba untuk mengenali siapa diri saya ini, dan hal-hal apa yang bisa membuat diri saya bisa bahagia, sedih, marah, gelisah, dan terutama mengenali dan mengendalikan diri saya saat saya lagi capek.
Terlahir di Rumah Sakit DR.Soetomo Surabaya ( mungkin ngga ada kaitannya saat ini saya kuliah di Univ.DR.Soetomo……. Rasanya narsis dan ngga’ penting jika saya membahas hal itu!!) di hari dan tanggal yang indah Sabtu, 07 Juli 1984. Terlahir dari seorang ibu yang cantik, baik, dan ibu terbaik di dunia ini. Keluarga yang sederhana namun tetap bahagia, itulah keluarga saya.
Mengawali terjun di dunia pendidikan tahun 1989 di TK. Wachid Hasyim hingga sampai saat ini bisa kuliah di Unitomo kebanggaan kita semua, rasanya bahagia sekali jika saya sadar akan hal itu. Itu salah satu hal yang bias buat saya bahagia, dan jadi motivasi hidup saya. Bahwa saya harus selalu bersyukur padaNYa.
Hal lain yang bisa membuat saya bahagia adalah saat kedua orangtua saya bahagia. Seperti pada saat itu, saat aku mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan swasta di Surabaya, sehingga saya bisa melanjutkan kuliah sampai saat ini. Tanpa henti-hentinya orang tua selalu bersyukur dan sangat bahagia. Tapi sedih rasanya jika saya ingat akan hal itu.
Dua emosi layaknya dua hal yang mestinya tak saling beriringan tapi harus bersama. Dilema rasanya. Hal lain yang bisa membuat kedua orangtua saya sangat bahagia dan tentu saja diri saya sendiri tetapi kebahagiaan itu masih belum tewujud adalah mewujudkan cita-cita saya saat ini yaitu bias lulus kuliah. Tak bisa kubayangkan betapa bahagianya diriku, saat orangtua saya bisa melihat saya diwisuda.
Satu lagi yang bisa bikin saya bahagia yaitu saat saya mendapatkan sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Bisa dikatakan surprise ato kejutan. Apapun bentuknya ( tapi bukan kejutan yang menyakitkan & keterlaluan ) yang nama kejutan tersebut akan saya hargai. Karena saya tahu bikin kejutan itu ngga gampang. Jadi aku harus bisa membuatnya bahagia. Dengan aku bahagia, aku yakin dia juga bahagia.
Kapan saya bersedih…..
Sedih….. mendengar saja mungkin orang akan menghindar. Tapi kemanapun kita berlari, dimanapun kita, yang namanya sedih ngga pandang bulu. Saat dia datang, wajah jadi kusam, kucel, kusut. Kapan saya sedih? Bisa dikatakan saya jarang sedih. Saya akan bersedih saat saya kehilangan atau terpisah dari orang –orang terkasih & tersayang. Seperi halnya pada saat itu saat saya masih kelas 2 SMP, saya masih ingat hari itu hari senin nenek tercinta kembali padaNya. Saat itu saya sangat sedih sekali bahkan bisa dikatakan sangat terpukul. Bagaiman tidak, saya adalah cucu yang paling dekat dengan beliau. Bahkan kedekatan saya dengan nenek, melebihi kedekatanku dengan ibuku.
Lebih sering aku tidur di rumah nenek daripada di rumahku sendiri. Setelah pulang sekolah aku langsung ke rumah nenek, maklum saja rumahku dan rumah nenek masih satu desa. Aku hanya pulang saat akan berangkat sekolah.
Tidak beda jauh saat aku terpisah dari teman-teman kecilku. Dulu kita selau ber-empat. Kemana mana bersama. Hingga pada saatnya tiba, satu teman ku harus pindah ke luar kota, ikut orangtuanya karena mutasi tempat kerja. Saat itu kami baru saja naik kelas 2 SMP. Mulai saat itu kita ber-3 hingga kelulusan SMP. Lulus dari SMP, kita punya jalan masing-masing, tidak ada satupun dari kami bertiga yang satu sekolah. Demi kemajuan bersama, kita berpisah.
Dibangku STM, aku dapatkan sahabat baruku. Lebih dari seorang teman. Bisa dikatakan seorang saudara yang terpisah sekian lama, akhirnya bertemu saat mereka remaja. Singkat cerita kami harus berpisah, dia harus melanjutkan sekolah ke luar kota.
Mulai saat itu aku baru percaya, bahwa kebersamaan tak akan abadi. Ada saatnya berpisah. Tak ada yang abadi di dunia ini.
Untuk menghilangkan rasa sedih, saya punya cara tersendiri. Saat sedih datang, aku pergi ke tempat yang lapang atau ke sawah. Kemudian aku teriak sekencang-kencannya. Niscaya sedihku akan hilang.
Apa aku harus marah ……..?
Aku sendiri masih binggung, saat apa dan kapan aku marah. Yang dapat aku ceritakan adalah aku hanya diam, diam dan diam saat aku marah.Satu hal yang aku tekankan pada diriku adalah diam lebih baik daripada harus marah.
Saya kira itu saja yang dapat saya ceritakan tentang diri saya. Semoga ada manfaat bagi orang lain.
Semangat Pagi……………….!!
Demikian dalam mengungkapkan emosi dalam Kecakapan Sosial dan dalam menerapkan Kecakapan Antarpersonal .