Tulisan ini sebagai suatu ulasan tidak bermaksud menyajikan materi tentang cara-cara mengajar atau menyajikan materi pembelajaran di kelas, seperti tercermin pada judulnya, tetapi lebih sebagai titik tolak diskusi untuk berbagi pengalaman diantara peserta pelatihan yang terdiri atas para dosen berbagai jurusan di lingkungan Universitas Negeri Jakarta.
Melalui interaksi selama pelatihan masing-masing peserta diharapkan akan memperoleh persepsi yang tepat tentang perbedaan antara strategi pembelajaran dengan metode-metode mengajar umum yang sudah ia pelajari sebagai mahasiswa S1 Pendidikan.
Selanjutnya para peserta pelatihan diharapkan dapat memanfaatkan hasil diskusi selama pelatihan sebagai bahan untuk mengembangkan model-model atau metode mengajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan bidang studinya untuk keperluan para mahasiswa calon-calon guru.
Tahap diskusi kemudian akan dilanjutkan dengan latihan aplikasi dari strategi pembelajaran (strategi instruksional) pada mata kuliah bidang studi yang diampu dosen dan diakhiri dengan presentasi hasil pekerjaan dan penilaiannya oleh peserta-peserta yang lain.
STRATEGI INSTRUKSIONAL Atwi Suparman mengungkapkan bahwa strategi instruksional dapat juga disebut sebagai prosedur yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Apakah artinya strategi instruksional itu sama dengan metode mengajar ataukah lebih dari itu.
Sekarang mari kita lihat pengertian Strategi Instruksional yang dikemukakan Patricia L.Smith dan Tillman J.Ragan dalam ‘INSTRUCTIONAL DESIGN’ . Dalam bukunya ia mengajukan pemahaman Instructional Design yang berasal dari Reigeluth. Istilah Instructional Strategy katanya mengandung tiga aspek dengan masing-masing karakteristik yang berbeda yaitu:
1. Strategi pengaturan (Organisational strategy) yang menyangkut bagaimana urutan penyajian isi (content) materi dibuat.
2. Strategi penyampaian (Delivery strategy) yang menyangkut media dan pengelompokan siswa yang digunakan selama penyajian berlangsung.
3. Strategi Pengelolaan (Management strategy) yang menyangkut penjadwalan dan sumber daya (resources)
yang diperlukan dan digunakan saat implementasi penyajian pembelajaran yang dirancang dengan organizational strategy dan delivery strategy yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi instruksional bukan hanya menyangkut metode mengajar. Strategi instruksional tersebut di atas dapat dirancang dan dipakai untuk keperluan satu pertemuan (lesson level), untuk keperluan beberapa pertemuan (unit level) atau untuk satu mata kuliah (macro level).
Organisational strategy pada tingkat satu pelajaran (untuk satu pertemuan).
Pada tahap ini keputusan-keputusan utama yang harus dibuat pengajar ialah apa isi (content) materi, bagaimana menyajikan materi tersebut dan bagaimana pola urutan penyajian yang sebaiknya dipakai dalam rangka mencapai kompetensi atau tujuan yang kita inginkan.
Strategi instruksional yang dipilih harus memungkinkan (mampu) pebelajar melalui persepsi selektifnya, menghubungkan apa yang baru diperoleh saat mendengarkan penjelasan dosennya dengan pengetahuan-pengetahuan yang relevan yang sudah berada di benaknya sehingga ia mampu memberi makna pada pelajaran baru yang yang sedang diikutinya.
Secara umum urutan dalam organizational strategy untuk keperluan satu pelajaran mengikuti pola seperti berikut:
1. Introduction,
2. Body,
3. Conclusion dan
4. Assessment.
Terkadang pada tingkat pelajaran untuk satu pertemuan assessment segera diberikan sesudah melakukan tahap conclusion tetapi ditunda sampai selesai beberapa pertemuan (setelah sejumlah tujuan yang rinci dicapai).
Elaborasi urutan keempat tahapan besar pola organizational strategy tersebut di atas. Seperti diajukan R.Gagne menjadi rincian yang dikenal sebagai 9 events of instruction terdiri atas langkah-langkah:
1. Gaining attention (mengfokuskan perhatian mahasiswa),
2. Menginformasikan tujuan yang ingin dicapai dengan pelajaran,
3. Memberi stimulus agar para mahasiswa bisa mengingat materi/pengetahuan dari pelajaran-pelajaran sebelumnya yang diperlukan,
4. Menyajikan materi sebagai stimulus,
5. Memberikan petunjuk belajar,
6. Menghasilkan kinerja mahasiswa,
7. Memberikan umpan balik,
8. Mengases kinerja,
9. Meningkatkan retensi dan transfer dari mahasiswa.
Namun pada elaborasi urutan pola organizational strategy yang dipakai untuk kegiatan-kegiatan pelatihan di bawah ini tampak ada sedikit yang berbeda dan ada yang sama seperti:
1. Gain attention,
2. Promote motivation,
3. Give overview of lesson,
4. Explain and demonstrate knowledge,
5. Learner practice with supervision,
6. Evaluation,
7. Summary,
8. Remotivation,
9. Closure.
Pada pelatihan barangkali karena materi pembelajaran bersifat terminal artinya bukan kegiatan yang berkesinambungan untuk jangka waktu panjang dan sangat terkait dengan kebutuhan peningkatan kemampuan, sikap dan ketrampilan yang dibutuhkan peserta pelatihan pada suatu saat untuk jenis pekerjaan yang segera akan ia kerjakan di perusahaan atau lembaganya, maka materi pada setiap tahap lebih mencerminkan usaha pelatih untuk membuat peserta tertarik pada apa yang harus ia pelajari sebagai orang dewasa untuk keperluan pekerjaannya dalam waktu dekat.
Selanjutnya penulis mencoba menyajikan gabungan kedua tahapan pola yang disebut sebagai 9 events of instruction dengan pola organizational strategy yang terdiri atas empat tahap besar seperti berikut:
Introduction:
1. Activate attention to lesson (Gain attention to lesson),
2. Establish purpose (Inform learner of instructional purpose),
3. Arouse interest and motivation (stimulate learner’s attention),
4. Preview the lesson (provide overview).
Body:
1. Recall relevant prior knowledge (stimulate recall of prior knowledge),
2. Process information and examples (present information and example),
3. Focus attention (gain and focus attention),
4. Employ learning strategies (guide or suggest use of learning strategies),
5. Practice feedback (provide feedback).
Conclusion:
1. Summarize and review (provide summary and review),
2. Transfer learning (enhance transfer),
3. Remotivate and close (provide remotivation and closure).
Assessment:
1. Assess performance (conduct assessment),
2. Evaluate feedback and seek remediation (provide feedback andremediation).
Catatan: Dalam hal pelajaran mempunyai beberapa tujuan rinci (objectives) maka untuk pencapaian masing-masing tujuan tidak usah selalu diawali dengan kegiatan introduction, cukup untuk objective yang pertama sehingga pola yang tampak seperti berikut:
1. Introduction,
2. Body,
3. Body,
4. Body,
5. Conclusion,
6. Assessment.
Strategi generatif dan suplantif (Supplantive and generative strategies of instruction)
Supplantive strategies terdiri atas strategi-strategi yang membimbing mahasiswa secara tersirat (tak langsung) menyimpulkan apa yang diajarkan dan makna pelajaran yang diikutinya dengan cara mengstimulus fungsi-fungtsi kognitifnya saat proses pembelajaran di kelas berlangsung dengan mengikuti langkah-langkah yang secara rinci ditunjukan pola pembelajaran untuk satu atau beberapa pertemuan (pada lesson level) sebelumnya seperti yang ditunjukan ke 9 events of instruction.
Generative strategies terdiri atas strategi-strategi yang serupa dengan pendekatan inquiri yang sudah tak asing bagi banyak pengajar. Dalam pendekatan ini mahasiswa didorong untuk menyimpulkan sendiri makna dari pembelajaran yang diikutinya yang akan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan wawasan sebelumnya yang sudah ada di benaknya.
Makin sedikit jumlah pengetahuan sebelumnya dan makin terbatas wawasan pengetahuan relevan yang ada pada dirinya, makin sulit bagi mahasiswa yang bersangkutan untuk menyimpulkan secara komprehensif makna pelajaran yang baru diikuti. Strategi ini kurang cocok untuk dipakai dengan materi baru atau bagi mahasiswa dengan pengetahuan dan wawasan terbatas dan membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan jika menggunakan strategi supplantif.
Pola yang terdiri atas empat tahap besar atau yang rinci tersebut diatas (seperti 9 events of instruction) sangat cocok untuk keperluan merencanakan proses pembelajaran satu atau dua pertemuan (lesson level) tetapi tidak untuk menyusun urutan penyampaian materi satu mata kuliah atau mata pelajaran (course level atau unit).
Strategi-strategi pada tingkat makro atau mata kuliah (Macro-organization strategies): Lingkup, pengaturan dan pengurutan materi pada tingkat mata kuliah atau pelajaran lebih menyangkut isi (content) materi yang akan diajarkan mirip kegiatan yang biasa dilakukan seorang perancang kurikulum atau saat kita menyusun silabus. Untuk strategi-strategi jenis tersebut ada 6 jenis cara menyusun urutan materi seperti:
1. World-related structure,
2. Inquiry-related structure,
3. Utilization-related structure,
4. Learning –related structure,
5. Concept-related structure,
6. Elaboration model.
Uraian masing-masing jenis pola penyusunan:
1. World-related Structure
Disini pengaturan dan pengurutan materi bisa dilakukan berdasarkan waktu, jarak atau ruang atau berdasarkan ciri-ciri (karakteristik) fisik. Jadi materi mata kuliah biasa diurut berdasarkan waktu (dari masa sekarang mundur ke masa lampau atau sebaliknya) atau berdasarkan ruang atau jarak seperti mengajarkan nama kota-kota yang dekat dengan Jakarta, diikuti dengan nama-nama kota di Jawa Barat, Jawa Tengah sampai seluruh Pulau Jawa baru ke nama-nama kota di luar Jawa. Pengelompokan benda-benda yang punya karakteristik yang sama, kemudian berlanjut ke menjelaskan ke karakteristik yang lebih spesifik dari masing-masing benda tersebut.
2. Inquiry-Related Structure.
Disini materi disusun dengan urutan sesuai dengan langkah-langkah yang dipakai dalam kegiatan inquiri atau explorasi oleh ilmuwan dibidangnya. Jenis ini memerlukan cukup prior knowledge yang relevan pada mahasiswa yang melakukannya dan tersedianya waktu yang cukup.
3. Utilization-Related Structure.
Jenis ini mengelompokan dan mengurut materi yang diajarkan berdasarkan bagaimana pengetahuan dan ketrampilan itu nantinya digunakan. Umpama pada mata kuliah membuat Disain instruksional dimulai dengan topik analisis kebutuhan, lingkungan dan instruksional; dilanjutkan dengan langkah berikutnya memilih dan menetapkan strategi instruksional dan diakhiri dengan merancang evaluasi hasil dan program.
4. Learning- Related structure.
Pada pengelompokan dan pengurutan jenis ini didasarkan pada aturan bahwa pelajaran baru seharusnya didahului oleh belajar pengetahuan awal yang relevan (relevan prior knowledge) atau yang lebih dikenal dengan nama pre-requisite. Disini dilakukan pertama-tama menganalisis semua tasks atau pekerjaan yang harus dilakukan dan dikuasai untuk setiap kompetensi yang ingin dicapai termasuk sub-kompetensinya. Berdasarkan hasil analisis dapat kemudian dilihat hubungan pre-requisite dengan semua informasi dan ketrampilan-keterampilan yang ada dalam mata kuliah yang diajarkan atau dengan bahasa sederhana kita mulai dengan mengajarkan materi-materi yang sudah familiar bagi mahasiswa.
5. Concept-related structure.
Disini materi disusun berdasarkan struktur yang berlaku dalam ilmu yang bersangkutan. Umpama mulai dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sifatnya komprehensif atau super ordinate diikuti dengan contoh-contoh kasus aplikasinya. Keunggulan dari cara ini bisa membantu pebelajar memahami konsep-konsep dan pengetahuan yang terintegrasi dengan hubungan antara idea-ideanya secara jelas. Umpama mengajarkan lebih dahulu konsep atom sebelum electricity.
6. Elaboration model.
Dalam model ini Reigeluth mengatur dan menyusun materi mata kuliah berdasarkan tiga jenis kompetensi yaitu makna konsep, prinsip dan dan prosedur. Apapun jenis isi (content) materi yang diajarkan seharusnya diajarkan untuk mencapai ketiga kompetensi tersebut.
Dan dalam model ini orang mulai dengan apa yg disebut epitome dimana disajikan atau diajarkan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan prosedur yang sifatnya menyeluruh (over arching) dan mendasar. Penyajian harus diikuti dengan dengan contoh-contoh aplikasinya. Setelah pada tahap epitome konsep, prinsip dan prosedur dan aplikasinya diajarkan baru dilanjutkan dengan mengajarkan yang lebih rinci untuk keperluan elaborasi isi materi (content).
Model ini mirip dengan bentuk spiral pada modelnya Brunner. Keenam cara mengatur dan mengurut penyampaian isi materi sebaiknya hanya dipakai untuk tingkat mata kuliah dan tidak untuk tingkat satu pertemuan atau beberap pertemuan (lesson level).
Ringkasan umum:
Komponen-komponen strategi pembelajaran (instructional strategies):
A. Strategi-strategi pengaturan urutan penyampaian (organizational strategies):
1. Strategi untuk penyusunan urutan penyampaian satu pelajaran untuk satu atau beberapa pertemuan (Micro-strategies-expanded instructional events).
2. Strategi-strategi untuk pengaturan urutan penyampaian isi materi (content) untuk satu mata kuliah pelajaran (Macro-strategies-scope and sequence structures).
B. Strategi-strategi penyampaian ( Delivery strategies):
1. Memilih Media.
2. Strategi2 pengelompokan mahasiswa.
C. Strategi-strategi Pengelolaan:
1. Penjadwalan
2. Mencari, mengusahakan ketersediaan sumber daya yg diperlukan (resources)
Pola penyusunan pembelajaran untuk satu atau beberapa pertemuan (Expanded instructional Events) terdiri atas langkah-langkah:
1. Introduction. Tahap ini meliputi kegiatan-kegiatan:
a. Mengarahkan perhatian mahasiswa (activate attention),
b. Menetapkan tujuan pembelajaran (kompetensi) atau Establish instructional purpose,
c. Mengstimulus/menggugah minat dan motivasi mahasiswa pada materi yang sedang dikerjakan (Arouse interest and motivation),
d. Menjelaskan secara umum dan singkat pelajaran yang akan dibahas (preview lesson).
2. Bagian utama (Body) Tahap ini meliputi kegiatan-kegiatan:
a. Mengingatkan mahasiswa pengetahuan sebelumnya yang relevan (recall prior knowledge),
b. Mengarahkan perhatian mahasiswa (focus attention),
c. Membantu siswa menggunakan strategi-strategi belajar yang sesuai (employ learning strategies),
d. Berlatih (practice),
e. Mengevaluasi umpan balik yang datang (evaluate feed back).
3. Kesimpullan. Tahap ini berisi kegiatan-kegiatan:
a. Menyajikan ringkasan pelajaran yang baru disajikan (Summarise and review),
b. Mengaplikasikan materi pada situasi yg berbeda (transfer knowledge),
c. Membangkitkan kembali motivasi mahasiswa dan menutup pelajaran (Remotivate and close),
4. Asesmen (Assessment). Tahap ini meliputi kegiatan-kegiatan:
a. Mengases kinerja( Assess performance),
b. Mengevaluasi umpan balik dari mahasiswa dan melakukan remediasi bila diperlukan (Evaluate feedback and remediate).
Pengaturan dan penyusunan urutan materi pada tingkat mata kuliah (Macro-Organizational strategies):
1. World related structure:
a. Berdasarkan ruang, tempat,atau jarak (space)
b. Berdasarkan urutan waktu (time)
c. Berdasarkan karakteristik pisik( physical attributes)
2. Utilization related structure:
a. Berdasarkan posedur
b. Berdasarkan jumlah pemakaian (frequency of use)
3. Inquiry- related structure
4. Learning – Related structure:
a. Prerequisites
b. Familiarity
5. Concept- Related structure
6. Elaboration model
DAFTAR PUSTAKA
Atwi Suparman, Desain Instruksional
Patricia L. Smith dan Tillman J.Ragan, Instructional Design, New York, Macmillan Publishing Company, 1993
Brooks, CT. (n.d), The Elaboration Theory of Instruction. Retrieved March ‘1 2003 from http.uark.edu/brooks/elaboration.html
Baca Selengkapnya ..
Melalui interaksi selama pelatihan masing-masing peserta diharapkan akan memperoleh persepsi yang tepat tentang perbedaan antara strategi pembelajaran dengan metode-metode mengajar umum yang sudah ia pelajari sebagai mahasiswa S1 Pendidikan.
Selanjutnya para peserta pelatihan diharapkan dapat memanfaatkan hasil diskusi selama pelatihan sebagai bahan untuk mengembangkan model-model atau metode mengajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan bidang studinya untuk keperluan para mahasiswa calon-calon guru.
Tahap diskusi kemudian akan dilanjutkan dengan latihan aplikasi dari strategi pembelajaran (strategi instruksional) pada mata kuliah bidang studi yang diampu dosen dan diakhiri dengan presentasi hasil pekerjaan dan penilaiannya oleh peserta-peserta yang lain.
STRATEGI INSTRUKSIONAL Atwi Suparman mengungkapkan bahwa strategi instruksional dapat juga disebut sebagai prosedur yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Apakah artinya strategi instruksional itu sama dengan metode mengajar ataukah lebih dari itu.
Sekarang mari kita lihat pengertian Strategi Instruksional yang dikemukakan Patricia L.Smith dan Tillman J.Ragan dalam ‘INSTRUCTIONAL DESIGN’ . Dalam bukunya ia mengajukan pemahaman Instructional Design yang berasal dari Reigeluth. Istilah Instructional Strategy katanya mengandung tiga aspek dengan masing-masing karakteristik yang berbeda yaitu:
1. Strategi pengaturan (Organisational strategy) yang menyangkut bagaimana urutan penyajian isi (content) materi dibuat.
2. Strategi penyampaian (Delivery strategy) yang menyangkut media dan pengelompokan siswa yang digunakan selama penyajian berlangsung.
3. Strategi Pengelolaan (Management strategy) yang menyangkut penjadwalan dan sumber daya (resources)
yang diperlukan dan digunakan saat implementasi penyajian pembelajaran yang dirancang dengan organizational strategy dan delivery strategy yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi instruksional bukan hanya menyangkut metode mengajar. Strategi instruksional tersebut di atas dapat dirancang dan dipakai untuk keperluan satu pertemuan (lesson level), untuk keperluan beberapa pertemuan (unit level) atau untuk satu mata kuliah (macro level).
Organisational strategy pada tingkat satu pelajaran (untuk satu pertemuan).
Pada tahap ini keputusan-keputusan utama yang harus dibuat pengajar ialah apa isi (content) materi, bagaimana menyajikan materi tersebut dan bagaimana pola urutan penyajian yang sebaiknya dipakai dalam rangka mencapai kompetensi atau tujuan yang kita inginkan.
Strategi instruksional yang dipilih harus memungkinkan (mampu) pebelajar melalui persepsi selektifnya, menghubungkan apa yang baru diperoleh saat mendengarkan penjelasan dosennya dengan pengetahuan-pengetahuan yang relevan yang sudah berada di benaknya sehingga ia mampu memberi makna pada pelajaran baru yang yang sedang diikutinya.
Secara umum urutan dalam organizational strategy untuk keperluan satu pelajaran mengikuti pola seperti berikut:
1. Introduction,
2. Body,
3. Conclusion dan
4. Assessment.
Terkadang pada tingkat pelajaran untuk satu pertemuan assessment segera diberikan sesudah melakukan tahap conclusion tetapi ditunda sampai selesai beberapa pertemuan (setelah sejumlah tujuan yang rinci dicapai).
Elaborasi urutan keempat tahapan besar pola organizational strategy tersebut di atas. Seperti diajukan R.Gagne menjadi rincian yang dikenal sebagai 9 events of instruction terdiri atas langkah-langkah:
1. Gaining attention (mengfokuskan perhatian mahasiswa),
2. Menginformasikan tujuan yang ingin dicapai dengan pelajaran,
3. Memberi stimulus agar para mahasiswa bisa mengingat materi/pengetahuan dari pelajaran-pelajaran sebelumnya yang diperlukan,
4. Menyajikan materi sebagai stimulus,
5. Memberikan petunjuk belajar,
6. Menghasilkan kinerja mahasiswa,
7. Memberikan umpan balik,
8. Mengases kinerja,
9. Meningkatkan retensi dan transfer dari mahasiswa.
Namun pada elaborasi urutan pola organizational strategy yang dipakai untuk kegiatan-kegiatan pelatihan di bawah ini tampak ada sedikit yang berbeda dan ada yang sama seperti:
1. Gain attention,
2. Promote motivation,
3. Give overview of lesson,
4. Explain and demonstrate knowledge,
5. Learner practice with supervision,
6. Evaluation,
7. Summary,
8. Remotivation,
9. Closure.
Pada pelatihan barangkali karena materi pembelajaran bersifat terminal artinya bukan kegiatan yang berkesinambungan untuk jangka waktu panjang dan sangat terkait dengan kebutuhan peningkatan kemampuan, sikap dan ketrampilan yang dibutuhkan peserta pelatihan pada suatu saat untuk jenis pekerjaan yang segera akan ia kerjakan di perusahaan atau lembaganya, maka materi pada setiap tahap lebih mencerminkan usaha pelatih untuk membuat peserta tertarik pada apa yang harus ia pelajari sebagai orang dewasa untuk keperluan pekerjaannya dalam waktu dekat.
Selanjutnya penulis mencoba menyajikan gabungan kedua tahapan pola yang disebut sebagai 9 events of instruction dengan pola organizational strategy yang terdiri atas empat tahap besar seperti berikut:
Introduction:
1. Activate attention to lesson (Gain attention to lesson),
2. Establish purpose (Inform learner of instructional purpose),
3. Arouse interest and motivation (stimulate learner’s attention),
4. Preview the lesson (provide overview).
Body:
1. Recall relevant prior knowledge (stimulate recall of prior knowledge),
2. Process information and examples (present information and example),
3. Focus attention (gain and focus attention),
4. Employ learning strategies (guide or suggest use of learning strategies),
5. Practice feedback (provide feedback).
Conclusion:
1. Summarize and review (provide summary and review),
2. Transfer learning (enhance transfer),
3. Remotivate and close (provide remotivation and closure).
Assessment:
1. Assess performance (conduct assessment),
2. Evaluate feedback and seek remediation (provide feedback andremediation).
Catatan: Dalam hal pelajaran mempunyai beberapa tujuan rinci (objectives) maka untuk pencapaian masing-masing tujuan tidak usah selalu diawali dengan kegiatan introduction, cukup untuk objective yang pertama sehingga pola yang tampak seperti berikut:
1. Introduction,
2. Body,
3. Body,
4. Body,
5. Conclusion,
6. Assessment.
Strategi generatif dan suplantif (Supplantive and generative strategies of instruction)
Supplantive strategies terdiri atas strategi-strategi yang membimbing mahasiswa secara tersirat (tak langsung) menyimpulkan apa yang diajarkan dan makna pelajaran yang diikutinya dengan cara mengstimulus fungsi-fungtsi kognitifnya saat proses pembelajaran di kelas berlangsung dengan mengikuti langkah-langkah yang secara rinci ditunjukan pola pembelajaran untuk satu atau beberapa pertemuan (pada lesson level) sebelumnya seperti yang ditunjukan ke 9 events of instruction.
Generative strategies terdiri atas strategi-strategi yang serupa dengan pendekatan inquiri yang sudah tak asing bagi banyak pengajar. Dalam pendekatan ini mahasiswa didorong untuk menyimpulkan sendiri makna dari pembelajaran yang diikutinya yang akan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan wawasan sebelumnya yang sudah ada di benaknya.
Makin sedikit jumlah pengetahuan sebelumnya dan makin terbatas wawasan pengetahuan relevan yang ada pada dirinya, makin sulit bagi mahasiswa yang bersangkutan untuk menyimpulkan secara komprehensif makna pelajaran yang baru diikuti. Strategi ini kurang cocok untuk dipakai dengan materi baru atau bagi mahasiswa dengan pengetahuan dan wawasan terbatas dan membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan jika menggunakan strategi supplantif.
Pola yang terdiri atas empat tahap besar atau yang rinci tersebut diatas (seperti 9 events of instruction) sangat cocok untuk keperluan merencanakan proses pembelajaran satu atau dua pertemuan (lesson level) tetapi tidak untuk menyusun urutan penyampaian materi satu mata kuliah atau mata pelajaran (course level atau unit).
Strategi-strategi pada tingkat makro atau mata kuliah (Macro-organization strategies): Lingkup, pengaturan dan pengurutan materi pada tingkat mata kuliah atau pelajaran lebih menyangkut isi (content) materi yang akan diajarkan mirip kegiatan yang biasa dilakukan seorang perancang kurikulum atau saat kita menyusun silabus. Untuk strategi-strategi jenis tersebut ada 6 jenis cara menyusun urutan materi seperti:
1. World-related structure,
2. Inquiry-related structure,
3. Utilization-related structure,
4. Learning –related structure,
5. Concept-related structure,
6. Elaboration model.
Uraian masing-masing jenis pola penyusunan:
1. World-related Structure
Disini pengaturan dan pengurutan materi bisa dilakukan berdasarkan waktu, jarak atau ruang atau berdasarkan ciri-ciri (karakteristik) fisik. Jadi materi mata kuliah biasa diurut berdasarkan waktu (dari masa sekarang mundur ke masa lampau atau sebaliknya) atau berdasarkan ruang atau jarak seperti mengajarkan nama kota-kota yang dekat dengan Jakarta, diikuti dengan nama-nama kota di Jawa Barat, Jawa Tengah sampai seluruh Pulau Jawa baru ke nama-nama kota di luar Jawa. Pengelompokan benda-benda yang punya karakteristik yang sama, kemudian berlanjut ke menjelaskan ke karakteristik yang lebih spesifik dari masing-masing benda tersebut.
2. Inquiry-Related Structure.
Disini materi disusun dengan urutan sesuai dengan langkah-langkah yang dipakai dalam kegiatan inquiri atau explorasi oleh ilmuwan dibidangnya. Jenis ini memerlukan cukup prior knowledge yang relevan pada mahasiswa yang melakukannya dan tersedianya waktu yang cukup.
3. Utilization-Related Structure.
Jenis ini mengelompokan dan mengurut materi yang diajarkan berdasarkan bagaimana pengetahuan dan ketrampilan itu nantinya digunakan. Umpama pada mata kuliah membuat Disain instruksional dimulai dengan topik analisis kebutuhan, lingkungan dan instruksional; dilanjutkan dengan langkah berikutnya memilih dan menetapkan strategi instruksional dan diakhiri dengan merancang evaluasi hasil dan program.
4. Learning- Related structure.
Pada pengelompokan dan pengurutan jenis ini didasarkan pada aturan bahwa pelajaran baru seharusnya didahului oleh belajar pengetahuan awal yang relevan (relevan prior knowledge) atau yang lebih dikenal dengan nama pre-requisite. Disini dilakukan pertama-tama menganalisis semua tasks atau pekerjaan yang harus dilakukan dan dikuasai untuk setiap kompetensi yang ingin dicapai termasuk sub-kompetensinya. Berdasarkan hasil analisis dapat kemudian dilihat hubungan pre-requisite dengan semua informasi dan ketrampilan-keterampilan yang ada dalam mata kuliah yang diajarkan atau dengan bahasa sederhana kita mulai dengan mengajarkan materi-materi yang sudah familiar bagi mahasiswa.
5. Concept-related structure.
Disini materi disusun berdasarkan struktur yang berlaku dalam ilmu yang bersangkutan. Umpama mulai dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sifatnya komprehensif atau super ordinate diikuti dengan contoh-contoh kasus aplikasinya. Keunggulan dari cara ini bisa membantu pebelajar memahami konsep-konsep dan pengetahuan yang terintegrasi dengan hubungan antara idea-ideanya secara jelas. Umpama mengajarkan lebih dahulu konsep atom sebelum electricity.
6. Elaboration model.
Dalam model ini Reigeluth mengatur dan menyusun materi mata kuliah berdasarkan tiga jenis kompetensi yaitu makna konsep, prinsip dan dan prosedur. Apapun jenis isi (content) materi yang diajarkan seharusnya diajarkan untuk mencapai ketiga kompetensi tersebut.
Dan dalam model ini orang mulai dengan apa yg disebut epitome dimana disajikan atau diajarkan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan prosedur yang sifatnya menyeluruh (over arching) dan mendasar. Penyajian harus diikuti dengan dengan contoh-contoh aplikasinya. Setelah pada tahap epitome konsep, prinsip dan prosedur dan aplikasinya diajarkan baru dilanjutkan dengan mengajarkan yang lebih rinci untuk keperluan elaborasi isi materi (content).
Model ini mirip dengan bentuk spiral pada modelnya Brunner. Keenam cara mengatur dan mengurut penyampaian isi materi sebaiknya hanya dipakai untuk tingkat mata kuliah dan tidak untuk tingkat satu pertemuan atau beberap pertemuan (lesson level).
Ringkasan umum:
Komponen-komponen strategi pembelajaran (instructional strategies):
A. Strategi-strategi pengaturan urutan penyampaian (organizational strategies):
1. Strategi untuk penyusunan urutan penyampaian satu pelajaran untuk satu atau beberapa pertemuan (Micro-strategies-expanded instructional events).
2. Strategi-strategi untuk pengaturan urutan penyampaian isi materi (content) untuk satu mata kuliah pelajaran (Macro-strategies-scope and sequence structures).
B. Strategi-strategi penyampaian ( Delivery strategies):
1. Memilih Media.
2. Strategi2 pengelompokan mahasiswa.
C. Strategi-strategi Pengelolaan:
1. Penjadwalan
2. Mencari, mengusahakan ketersediaan sumber daya yg diperlukan (resources)
Pola penyusunan pembelajaran untuk satu atau beberapa pertemuan (Expanded instructional Events) terdiri atas langkah-langkah:
1. Introduction. Tahap ini meliputi kegiatan-kegiatan:
a. Mengarahkan perhatian mahasiswa (activate attention),
b. Menetapkan tujuan pembelajaran (kompetensi) atau Establish instructional purpose,
c. Mengstimulus/menggugah minat dan motivasi mahasiswa pada materi yang sedang dikerjakan (Arouse interest and motivation),
d. Menjelaskan secara umum dan singkat pelajaran yang akan dibahas (preview lesson).
2. Bagian utama (Body) Tahap ini meliputi kegiatan-kegiatan:
a. Mengingatkan mahasiswa pengetahuan sebelumnya yang relevan (recall prior knowledge),
b. Mengarahkan perhatian mahasiswa (focus attention),
c. Membantu siswa menggunakan strategi-strategi belajar yang sesuai (employ learning strategies),
d. Berlatih (practice),
e. Mengevaluasi umpan balik yang datang (evaluate feed back).
3. Kesimpullan. Tahap ini berisi kegiatan-kegiatan:
a. Menyajikan ringkasan pelajaran yang baru disajikan (Summarise and review),
b. Mengaplikasikan materi pada situasi yg berbeda (transfer knowledge),
c. Membangkitkan kembali motivasi mahasiswa dan menutup pelajaran (Remotivate and close),
4. Asesmen (Assessment). Tahap ini meliputi kegiatan-kegiatan:
a. Mengases kinerja( Assess performance),
b. Mengevaluasi umpan balik dari mahasiswa dan melakukan remediasi bila diperlukan (Evaluate feedback and remediate).
Pengaturan dan penyusunan urutan materi pada tingkat mata kuliah (Macro-Organizational strategies):
1. World related structure:
a. Berdasarkan ruang, tempat,atau jarak (space)
b. Berdasarkan urutan waktu (time)
c. Berdasarkan karakteristik pisik( physical attributes)
2. Utilization related structure:
a. Berdasarkan posedur
b. Berdasarkan jumlah pemakaian (frequency of use)
3. Inquiry- related structure
4. Learning – Related structure:
a. Prerequisites
b. Familiarity
5. Concept- Related structure
6. Elaboration model
DAFTAR PUSTAKA
Atwi Suparman, Desain Instruksional
Patricia L. Smith dan Tillman J.Ragan, Instructional Design, New York, Macmillan Publishing Company, 1993
Brooks, CT. (n.d), The Elaboration Theory of Instruction. Retrieved March ‘1 2003 from http.uark.edu/brooks/elaboration.html