Autobiografi adalah Biografi yang ditulis oleh seorang Tokoh tentang kehidupannya dan tentang perjalanan hidup yang dilaluinya. Mulai dari kanak - kanak sampai waktu yang ditentukan oleh Penulis Autobiografi.
Asal Usul Autobiografi
Kata autobiografi pertama kali digunakan oleh William Taylor pada 1797 di Inggris dan diterbitkan secara berkala yang berupa Review Bulanan. Namun bentuk autobiografi kembali ke jaman dahulu.
Penulis aubiografi umumnya mengandalkan pada berbagai dokumen dan sudut pandang; autobiografinya namun mungkin didasarkan sepenuhnya pada memori penulis. Erat terkait dengan otobiografi (dan kadang-kadang sulit untuk tepat membedakan dari itu) adalah bentuk memoir.
Ratusan sudah buku autobiografi, memoar, perjalanan hidup dan semacamnya yang diterbitkan oleh penerbit Indonesia. Dari tahun ke tahun ada saja penerbit yang menerbitkan kisah hidup (biografi) orang-orang terkenal, para pemimpin atau mereka yang merasa ada sesuatu yang penting dalam perjalanan hidupnya. Buku tampaknya merupakan tugu kenangan bagi orang-orang tertentu, terutama bagi mereka yang menulis sendiri riwayat hidupnya.
Mengapa orang tertarik untuk menerbitkan buku semacam ini? Apakah karena penerbitan buku kisah kehidupan ini laris di pasaran dan mendatangkan keuntungan baik kepada penerbit maupun pengarang? Dari antara sekian banyak autobiografi yang terbit di Indonesia, ada sebuah buku yang menarik dari segi pemasaran, yakni buku yang berjudul Soemitro, dari Pangdam Mulawarman sampai Pangkopkamtib sebagaimana dituturkan kepada Ramadhan K.H., yang diterbitkan oleh Pustaka Sinar Harapan tahun 1994. Hebatnya, buku ini dicetak ulang sampai empat kali dalam sebulan! Buku kisah kehidupan lainnya belum sehebat itu.
Menurut beberapa penerbit, buku semacam ini umumnya seret peredarannya. Tidak jarang pengarangnya sendiri turut membiayai penerbitannya. Buku biografi jadilah semacam sumbangsih pemikiran orang tertentu untuk masyarakat, paling sedikit bagi masyarakat sekeliling tokoh yang dikisahkan.
Bagaimana orang menanggapi sebuah autobiografi, memoar, biografi atau semacamnya? Banyak ragam pendapat orang. Ada yang menganggap buku itu bagus, meluruskan sesuatu hal yang tadinya dianggap lurus, memberikan kenikmatan hidup atau sebaliknya, ada yang beranggapan bahwa buku semacam itu hanya pamer pujian kepada diri sendiri, tidak jujur karena tidak mengungkapkan kisah yang sebenarnya.
Di negeri yang sudah maju, riwayat hidup yang dibukukan dianggap sebagai sebuah karya sastra yang menarik untuk dikaji. Sallie Mcfaqua dalam buku Speaking in Parables menyediakan satu bab khusus membahas kisah kehidupan diri ini. Ia beranggapan bahwa autobiografi dan semacamnya perlu diperhatikan dan dinikmati karena di dalamnya terdapat sebuah kisah kehidupan.
Peristiwa yang dihadapi sang tokoh diungkapkan khususnya yang tak lazim terdengar, rahasia kehidupan (gagal ataupun sukses), rangkaian kejadian dari lingkungan yang diakrabi sang tokoh.
Sebuah autobiografi yang baik mirip sebuah parabel yang dalam ruang lingkup agama, semacam pengakuan tokoh agama, sekadar contoh Pengakuan Agustinus terus dibaca orang dari abad ke abad karena yang diungkapkan merupakan sesuatu yang kurang lazim, bukan yang menarik dari diri sendiri melainkan tentang diri dalam hubungannya dengan Tuhan. Dalam hal ini, orang membaca autobiografi karena ia mencari diri sendiri, membaca perjalanan hidup diri sendiri, semacam metafora diri, siapakah aku ini? Kisah diri diungkapkan sedemikian rupa, sebuah inti kehidupan yang menurut Roy Pascal memunculkan master form.
Orang membaca autobiografi bukan khusus mencari penanggalan (kecuali kepentingan sejarah), nama, tempat, melainkan untuk mengetahui cara menanggapi, penyusunan, pemahaman tentang apa yang dirasakan seorang individu, bagaimana ia mengungkapkannya, bahwa seorang individu dapat dihubungkan dengan diri orang lain. Lalu, hal ini dapat menolong pembaca membayangkan diri sendiri. Kisah yang demikian menjadi narasi yang indah, sebuah kisah yang efektif, artinya pengaruhnya menjelma di dalam diri pembaca. Semacam dialog yang hidup.
Penutur kisah--tentu dengan penyajian yang estetis dan berseni--yang membuat karya tentang hidupnya menjadi seperti sebuah metafora diri, bertujuan mengungkapkan diri, kesadaran dunia dalam melalui tahapan rincian hidup yang historis dan aktual. Itu semacam proses yang membawa pembaca kepada pengenalan diri sang tokoh sehingga melibatkan pembaca dalam perjalanan hidupnya.
Begitulah, sebuah autobiografi sejati hanya dapat ditulis oleh orang yang berjiwa matang, merasakan kehidupan berdialog dengan kehidupan itu antara interaksi jiwa luar-dalam. Jarang ada autobiografi yang ditulis dalam usia muda, kecuali autobiografi Malcolm X (diterbitkan oleh Risalah Gusti, 1995) yang mengusung penderitaan kelompoknya (semacam jurubicara yang menghayati dan menjadi master from dari komunitasnya).
Sebagai karya seni, penulis kisah kehidupan diri ini tentu memiliki sudut pandang diri. Ia tidak hanya bertutur tentang sejumlah kejadian. Kalau ia menuturkan sejumlah kejadian, ada maksud di dalamnya dan memiliki kesatuan (unity). Setiap kejadian harus ditampakkan sebagai bagian dari proses, berjalin satu dengan yang lain, menjadi satu untaian yang menyatu dari sudut pandang tertentu sehingga menimbulkan suasana "sense" dan "makna" di hati pembaca.
Dari sudut estetika, di dalam sebuah autobiografi terjadi proses peleburan dunia-dalam dan dunia-luar secara integral. Atau menurut Roy Pascal, kebenaran autobiografis dan estetis bukanlah kebenaran atas pemahaman, melainkan karena keberadaannya (of being). Bukan sekadar pengetahuan atas sesuatu, melainkan sebuah kehidupan yang hidup.
Sesungguhnya, autobiografi atau biografi, memoar dan semacamnya yang sejati bukanlah tiruan dari sejumlah fakta yang rinci secara lahiriah, melainkan konsistensi pola susunan atau master form dalam hubungannya dengan perjumpaan seseorang dengan dunianya.
Kita membaca kisah seorang tokoh karena di dalamnya ada sebuah kenyataan hidup yang diolah kembali dengan nalar-batiniah sehingga memantulkan bagian hidup yang menginti dan bermakna.
Membaca sebuah kisah kehidupan, berarti kita menelusuri kisah kehidupan lahir dan batin pengisah sehingga kita mendapati sebuah hikmat yang praktis dari dalam kehidupan ini.
Sebuah karya yang jujur akan mudah diketahui. Sementara, kisah-kisah kehidupan yang sudah super ... akan berlalu seperti angin.
Kita membaca kisah seorang tokoh karena di dalamnya ada sebuah kenyataan hidup yang diolah kembali dengan nalar-batiniah sehingga memantulkan bagian hidup yang menginti dan bermakna.
Beberapa Jenis Autobiografi
Autobiografi sebagai kritik Totalitarianisme
Korban dan penentang rezim totaliter telah mampu menyajikan kritik mencolok dari rezim melalui bentuk autobiografi dari penindasan mereka. Di antara autobiografi terkenal dari karya-karya tersebut adalah tulisan-tulisan Primo Levi, salah satunya adalah Shoah. Demikian pula, ada banyak karya rincian kekejaman dan kedengkian rezim Komunis (misalnya, Nadezhda Mandelstam's Hope terhadap Hope).
Autobiografi Sensasional
Dari abad ke-17 dan seterusnya, "skandal memoar" oleh Libertini seharusnya, melayani selera publik , telah sering dipublikasikan. Biasanya samaran, mereka (dan) sebagian besar karya fiksi yang ditulis oleh ghostwriters.
Jadi yang disebut "autobiografi" atlet profesional modern dan media selebriti-dan pada tingkat lebih rendah tentang politisi, umumnya ditulis oleh pengarang untuk orang lain yang, secara rutin diterbitkan. Beberapa selebriti, seperti Naomi Campbell, mengaku tidak membaca autobiografi mereka.
Autobiografi seseorang yang tidak terkenal
Sampai tahun terakhir, beberapa orang tanpa klaim asli terkenal menulis atau menerbitkan autobiografi bagi masyarakat umum. Dengan keberhasilan kritis dan komersial di Amerika Serikat memoar seperti Angela's Ashes dan The Color of Air, Namun, semakin banyak orang telah didorong untuk mencoba tangan mereka di genre ini.
Autobiografi Palsu
Tren ini juga mendorong autobiografi palsu, terutama yang terkait dengan 'penderitaan menyala,' di mana penulis telah diduga menderita menjadi bagian dari sebuah keluarga yang disfungsional, atau dari masalah sosial, atau penindasan politik.
Autobiografi Fiksi
Istilah "autobiografi fiksi" telah diciptakan untuk mendefinisikan novel tentang seorang tokoh fiktif yang ditulis seolah-olah karakter itu menulis biografi mereka sendiri, yang Flanders Daniel Defoe Moll, adalah sebuah contoh awal. Charles Dickens 'David Copperfield klasik seperti lain, dan JD Salinger's The Catcher in the Rye adalah contoh modern terkenal otobiografi fiksi.
Charlotte Bronte's Jane Eyre adalah contoh lain dari autobiografi fiktif, seperti yang tercantum pada halaman depan versi asli. Istilah ini juga dapat berlaku untuk karya fiksi yang mengaku otobiografi karakter nyata, misalnya, Stephen Marlowe Kematian dan Kehidupan Miguel de Cervantes.
Beberapa masalah dengan autobiografi adalah :
1. Kecenderungan untuk melebih-lebihkan jika berbicara mengenai diri mereka, dan membuat opini seolah sebagai fakta.
2. Tidak dapat dipastikan. Jika satu-satunya sumber dari suatu fakta mengenai salah seorang tokoh adalah diri tokoh tersebut sendiri, maka pembaca tidak dapat memastikannya. Pembaca tidak akan dapat memastikan harapan, mimpi, pemikiran, dan aspirasi tokoh tersebut. Walaupun mungkin benar, jika pembaca tidak dapat memastikan hal tersebut, hal tersebut tidak layak dipublikasikan.
3. Orang sering memasukkan informasi ke dalam autobiografi yang belum pernah diterbitkan di tempat lain, atau merupakan hasil dari pengetahuan dari tangan pertama. Informasi semacam ini mengharuskan pembaca untuk melakukan riset primer untuk dapat memastikannya. (Sebagai contoh: Kecuali jika ukuran sepatu Anda, untuk suatu alasan yang luar biasa, telah menjadi pengetahuan publik, memasukkan ukuran sepatu Anda ke dalam artikel mengenai diri Anda adalah riset orisinal, karena untuk memastikan hal itu mengharuskan pembaca untuk datang kepada Anda dan mengukur kaki Anda sendiri.).
Contoh Autobiografi Tokoh Dunia
Peter Abelard, Historia Calamitatum, 12th century
Henry Adams, The Education of Henry Adams, 1907
Nadezhda Mandelstam, Hope Against Hope, 1970
Maya Angelou, I Know Why The Caged Bird Sings, 1969
Augustine of Hippo, Confessions, 397
Black Elk and John J. Neihardt, Black Elk Speaks, 1931
Giacomo Casanova, Histoire de ma vie, published posthumously in 1826.
Fidel Castro, My Life - A Spoken Autobiography, 2006
Benvenuto Cellini, The Autobiography of Benvenuto Cellini, c1570, published 1728
Bill Clinton,My Life, 2004
Jackie Chan, I Am Jackie Chan: My Life in Action, 1998
Nirad C. Chaudhuri,The Autobiography of an Unknown Indian 1951
Roald Dahl, Boy & Going Solo, 1986
Charles Darwin, The Autobiography of Charles Darwin 1809-1882, published posthumously in 1887.
Frederick Douglass, Narrative of the Life of Frederick Douglass, an American Slave, Written By Himself, 1845
Frederick Douglass, My Bondage and My Freedom, 1855
Frederick Douglass, Life and Times of Frederick Douglass, 1881; revised and expanded, 1892
Alexandre Dumas, père, Mes Mémoires, 1852 - 1856
Isadora Duncan, My Life, 1927
Benjamin Franklin, The Autobiography of Benjamin Franklin, 1869
Stephen Fry, Moab is my Washpot, 1997
Mahatma Gandhi, The Story of My Experiments with Truth, 1927 and 1929
Al-Ghazali, The Deliverer from Error, 12th century
Dizzy Gillespie, Dizzy: To be or not to bop : the autobiography of Dizzy Gillespie with Al Fraser
Ulysses S. Grant, Personal Memoirs of Ulysses S. Grant, 1885
Johann Wolfgang Von Goethe, The Autobiography Of Goethe: Truth And Poetry, From My Own Life, 1848
Adolf Hitler, Mein Kampf, 1925
Zora Neale Hurston, Dust Tracks on the Road, 1942
Harriet Jacobs, Incidents in the Life of a Slave Girl, 1861
Thomas Jefferson, Autobiography
Helen Keller, The Story of My Life, 1903
Jamaica Kincaid, A Small Place, 1988
Alphonse de Lamartine, Les Confidences, 1849, Nouvelles confidences, 1851, Mémoires Politiques, 1963, etc
C. S. Lewis, Surprised by Joy: The Shape of My Early Life
Leonor López de Córdoba, Memorias, early 15th century
Untuk list selengkapnya Autobiografi tokoh - tokoh dapat dilihat di tautan berikut ..
Kontributor
http://gubuk.sabda.org/membaca_autobiografi
http://en.wikipedia.org/wiki/Autobiography
Baca Selengkapnya ..
Asal Usul Autobiografi
Kata autobiografi pertama kali digunakan oleh William Taylor pada 1797 di Inggris dan diterbitkan secara berkala yang berupa Review Bulanan. Namun bentuk autobiografi kembali ke jaman dahulu.
Penulis aubiografi umumnya mengandalkan pada berbagai dokumen dan sudut pandang; autobiografinya namun mungkin didasarkan sepenuhnya pada memori penulis. Erat terkait dengan otobiografi (dan kadang-kadang sulit untuk tepat membedakan dari itu) adalah bentuk memoir.
Ratusan sudah buku autobiografi, memoar, perjalanan hidup dan semacamnya yang diterbitkan oleh penerbit Indonesia. Dari tahun ke tahun ada saja penerbit yang menerbitkan kisah hidup (biografi) orang-orang terkenal, para pemimpin atau mereka yang merasa ada sesuatu yang penting dalam perjalanan hidupnya. Buku tampaknya merupakan tugu kenangan bagi orang-orang tertentu, terutama bagi mereka yang menulis sendiri riwayat hidupnya.
Mengapa orang tertarik untuk menerbitkan buku semacam ini? Apakah karena penerbitan buku kisah kehidupan ini laris di pasaran dan mendatangkan keuntungan baik kepada penerbit maupun pengarang? Dari antara sekian banyak autobiografi yang terbit di Indonesia, ada sebuah buku yang menarik dari segi pemasaran, yakni buku yang berjudul Soemitro, dari Pangdam Mulawarman sampai Pangkopkamtib sebagaimana dituturkan kepada Ramadhan K.H., yang diterbitkan oleh Pustaka Sinar Harapan tahun 1994. Hebatnya, buku ini dicetak ulang sampai empat kali dalam sebulan! Buku kisah kehidupan lainnya belum sehebat itu.
Menurut beberapa penerbit, buku semacam ini umumnya seret peredarannya. Tidak jarang pengarangnya sendiri turut membiayai penerbitannya. Buku biografi jadilah semacam sumbangsih pemikiran orang tertentu untuk masyarakat, paling sedikit bagi masyarakat sekeliling tokoh yang dikisahkan.
Bagaimana orang menanggapi sebuah autobiografi, memoar, biografi atau semacamnya? Banyak ragam pendapat orang. Ada yang menganggap buku itu bagus, meluruskan sesuatu hal yang tadinya dianggap lurus, memberikan kenikmatan hidup atau sebaliknya, ada yang beranggapan bahwa buku semacam itu hanya pamer pujian kepada diri sendiri, tidak jujur karena tidak mengungkapkan kisah yang sebenarnya.
Di negeri yang sudah maju, riwayat hidup yang dibukukan dianggap sebagai sebuah karya sastra yang menarik untuk dikaji. Sallie Mcfaqua dalam buku Speaking in Parables menyediakan satu bab khusus membahas kisah kehidupan diri ini. Ia beranggapan bahwa autobiografi dan semacamnya perlu diperhatikan dan dinikmati karena di dalamnya terdapat sebuah kisah kehidupan.
Peristiwa yang dihadapi sang tokoh diungkapkan khususnya yang tak lazim terdengar, rahasia kehidupan (gagal ataupun sukses), rangkaian kejadian dari lingkungan yang diakrabi sang tokoh.
Sebuah autobiografi yang baik mirip sebuah parabel yang dalam ruang lingkup agama, semacam pengakuan tokoh agama, sekadar contoh Pengakuan Agustinus terus dibaca orang dari abad ke abad karena yang diungkapkan merupakan sesuatu yang kurang lazim, bukan yang menarik dari diri sendiri melainkan tentang diri dalam hubungannya dengan Tuhan. Dalam hal ini, orang membaca autobiografi karena ia mencari diri sendiri, membaca perjalanan hidup diri sendiri, semacam metafora diri, siapakah aku ini? Kisah diri diungkapkan sedemikian rupa, sebuah inti kehidupan yang menurut Roy Pascal memunculkan master form.
Orang membaca autobiografi bukan khusus mencari penanggalan (kecuali kepentingan sejarah), nama, tempat, melainkan untuk mengetahui cara menanggapi, penyusunan, pemahaman tentang apa yang dirasakan seorang individu, bagaimana ia mengungkapkannya, bahwa seorang individu dapat dihubungkan dengan diri orang lain. Lalu, hal ini dapat menolong pembaca membayangkan diri sendiri. Kisah yang demikian menjadi narasi yang indah, sebuah kisah yang efektif, artinya pengaruhnya menjelma di dalam diri pembaca. Semacam dialog yang hidup.
Penutur kisah--tentu dengan penyajian yang estetis dan berseni--yang membuat karya tentang hidupnya menjadi seperti sebuah metafora diri, bertujuan mengungkapkan diri, kesadaran dunia dalam melalui tahapan rincian hidup yang historis dan aktual. Itu semacam proses yang membawa pembaca kepada pengenalan diri sang tokoh sehingga melibatkan pembaca dalam perjalanan hidupnya.
Begitulah, sebuah autobiografi sejati hanya dapat ditulis oleh orang yang berjiwa matang, merasakan kehidupan berdialog dengan kehidupan itu antara interaksi jiwa luar-dalam. Jarang ada autobiografi yang ditulis dalam usia muda, kecuali autobiografi Malcolm X (diterbitkan oleh Risalah Gusti, 1995) yang mengusung penderitaan kelompoknya (semacam jurubicara yang menghayati dan menjadi master from dari komunitasnya).
Sebagai karya seni, penulis kisah kehidupan diri ini tentu memiliki sudut pandang diri. Ia tidak hanya bertutur tentang sejumlah kejadian. Kalau ia menuturkan sejumlah kejadian, ada maksud di dalamnya dan memiliki kesatuan (unity). Setiap kejadian harus ditampakkan sebagai bagian dari proses, berjalin satu dengan yang lain, menjadi satu untaian yang menyatu dari sudut pandang tertentu sehingga menimbulkan suasana "sense" dan "makna" di hati pembaca.
Dari sudut estetika, di dalam sebuah autobiografi terjadi proses peleburan dunia-dalam dan dunia-luar secara integral. Atau menurut Roy Pascal, kebenaran autobiografis dan estetis bukanlah kebenaran atas pemahaman, melainkan karena keberadaannya (of being). Bukan sekadar pengetahuan atas sesuatu, melainkan sebuah kehidupan yang hidup.
Sesungguhnya, autobiografi atau biografi, memoar dan semacamnya yang sejati bukanlah tiruan dari sejumlah fakta yang rinci secara lahiriah, melainkan konsistensi pola susunan atau master form dalam hubungannya dengan perjumpaan seseorang dengan dunianya.
Kita membaca kisah seorang tokoh karena di dalamnya ada sebuah kenyataan hidup yang diolah kembali dengan nalar-batiniah sehingga memantulkan bagian hidup yang menginti dan bermakna.
Membaca sebuah kisah kehidupan, berarti kita menelusuri kisah kehidupan lahir dan batin pengisah sehingga kita mendapati sebuah hikmat yang praktis dari dalam kehidupan ini.
Sebuah karya yang jujur akan mudah diketahui. Sementara, kisah-kisah kehidupan yang sudah super ... akan berlalu seperti angin.
" Autobiografi bukanlah tiruan fakta lahiriah, melainkan konsistensi pola susunan dalam hubungannya dengan perjumpaan seseorang dengan dunianya. "
Kita membaca kisah seorang tokoh karena di dalamnya ada sebuah kenyataan hidup yang diolah kembali dengan nalar-batiniah sehingga memantulkan bagian hidup yang menginti dan bermakna.
Beberapa Jenis Autobiografi
Autobiografi sebagai kritik Totalitarianisme
Korban dan penentang rezim totaliter telah mampu menyajikan kritik mencolok dari rezim melalui bentuk autobiografi dari penindasan mereka. Di antara autobiografi terkenal dari karya-karya tersebut adalah tulisan-tulisan Primo Levi, salah satunya adalah Shoah. Demikian pula, ada banyak karya rincian kekejaman dan kedengkian rezim Komunis (misalnya, Nadezhda Mandelstam's Hope terhadap Hope).
Autobiografi Sensasional
Dari abad ke-17 dan seterusnya, "skandal memoar" oleh Libertini seharusnya, melayani selera publik , telah sering dipublikasikan. Biasanya samaran, mereka (dan) sebagian besar karya fiksi yang ditulis oleh ghostwriters.
Jadi yang disebut "autobiografi" atlet profesional modern dan media selebriti-dan pada tingkat lebih rendah tentang politisi, umumnya ditulis oleh pengarang untuk orang lain yang, secara rutin diterbitkan. Beberapa selebriti, seperti Naomi Campbell, mengaku tidak membaca autobiografi mereka.
Autobiografi seseorang yang tidak terkenal
Sampai tahun terakhir, beberapa orang tanpa klaim asli terkenal menulis atau menerbitkan autobiografi bagi masyarakat umum. Dengan keberhasilan kritis dan komersial di Amerika Serikat memoar seperti Angela's Ashes dan The Color of Air, Namun, semakin banyak orang telah didorong untuk mencoba tangan mereka di genre ini.
Autobiografi Palsu
Tren ini juga mendorong autobiografi palsu, terutama yang terkait dengan 'penderitaan menyala,' di mana penulis telah diduga menderita menjadi bagian dari sebuah keluarga yang disfungsional, atau dari masalah sosial, atau penindasan politik.
Autobiografi Fiksi
Istilah "autobiografi fiksi" telah diciptakan untuk mendefinisikan novel tentang seorang tokoh fiktif yang ditulis seolah-olah karakter itu menulis biografi mereka sendiri, yang Flanders Daniel Defoe Moll, adalah sebuah contoh awal. Charles Dickens 'David Copperfield klasik seperti lain, dan JD Salinger's The Catcher in the Rye adalah contoh modern terkenal otobiografi fiksi.
Charlotte Bronte's Jane Eyre adalah contoh lain dari autobiografi fiktif, seperti yang tercantum pada halaman depan versi asli. Istilah ini juga dapat berlaku untuk karya fiksi yang mengaku otobiografi karakter nyata, misalnya, Stephen Marlowe Kematian dan Kehidupan Miguel de Cervantes.
Beberapa masalah dengan autobiografi adalah :
1. Kecenderungan untuk melebih-lebihkan jika berbicara mengenai diri mereka, dan membuat opini seolah sebagai fakta.
2. Tidak dapat dipastikan. Jika satu-satunya sumber dari suatu fakta mengenai salah seorang tokoh adalah diri tokoh tersebut sendiri, maka pembaca tidak dapat memastikannya. Pembaca tidak akan dapat memastikan harapan, mimpi, pemikiran, dan aspirasi tokoh tersebut. Walaupun mungkin benar, jika pembaca tidak dapat memastikan hal tersebut, hal tersebut tidak layak dipublikasikan.
3. Orang sering memasukkan informasi ke dalam autobiografi yang belum pernah diterbitkan di tempat lain, atau merupakan hasil dari pengetahuan dari tangan pertama. Informasi semacam ini mengharuskan pembaca untuk melakukan riset primer untuk dapat memastikannya. (Sebagai contoh: Kecuali jika ukuran sepatu Anda, untuk suatu alasan yang luar biasa, telah menjadi pengetahuan publik, memasukkan ukuran sepatu Anda ke dalam artikel mengenai diri Anda adalah riset orisinal, karena untuk memastikan hal itu mengharuskan pembaca untuk datang kepada Anda dan mengukur kaki Anda sendiri.).
Contoh Autobiografi Tokoh Dunia
Peter Abelard, Historia Calamitatum, 12th century
Henry Adams, The Education of Henry Adams, 1907
Nadezhda Mandelstam, Hope Against Hope, 1970
Maya Angelou, I Know Why The Caged Bird Sings, 1969
Augustine of Hippo, Confessions, 397
Black Elk and John J. Neihardt, Black Elk Speaks, 1931
Giacomo Casanova, Histoire de ma vie, published posthumously in 1826.
Fidel Castro, My Life - A Spoken Autobiography, 2006
Benvenuto Cellini, The Autobiography of Benvenuto Cellini, c1570, published 1728
Bill Clinton,My Life, 2004
Jackie Chan, I Am Jackie Chan: My Life in Action, 1998
Nirad C. Chaudhuri,The Autobiography of an Unknown Indian 1951
Roald Dahl, Boy & Going Solo, 1986
Charles Darwin, The Autobiography of Charles Darwin 1809-1882, published posthumously in 1887.
Frederick Douglass, Narrative of the Life of Frederick Douglass, an American Slave, Written By Himself, 1845
Frederick Douglass, My Bondage and My Freedom, 1855
Frederick Douglass, Life and Times of Frederick Douglass, 1881; revised and expanded, 1892
Alexandre Dumas, père, Mes Mémoires, 1852 - 1856
Isadora Duncan, My Life, 1927
Benjamin Franklin, The Autobiography of Benjamin Franklin, 1869
Stephen Fry, Moab is my Washpot, 1997
Mahatma Gandhi, The Story of My Experiments with Truth, 1927 and 1929
Al-Ghazali, The Deliverer from Error, 12th century
Dizzy Gillespie, Dizzy: To be or not to bop : the autobiography of Dizzy Gillespie with Al Fraser
Ulysses S. Grant, Personal Memoirs of Ulysses S. Grant, 1885
Johann Wolfgang Von Goethe, The Autobiography Of Goethe: Truth And Poetry, From My Own Life, 1848
Adolf Hitler, Mein Kampf, 1925
Zora Neale Hurston, Dust Tracks on the Road, 1942
Harriet Jacobs, Incidents in the Life of a Slave Girl, 1861
Thomas Jefferson, Autobiography
Helen Keller, The Story of My Life, 1903
Jamaica Kincaid, A Small Place, 1988
Alphonse de Lamartine, Les Confidences, 1849, Nouvelles confidences, 1851, Mémoires Politiques, 1963, etc
C. S. Lewis, Surprised by Joy: The Shape of My Early Life
Leonor López de Córdoba, Memorias, early 15th century
Untuk list selengkapnya Autobiografi tokoh - tokoh dapat dilihat di tautan berikut ..
Kontributor
http://gubuk.sabda.org/membaca_autobiografi
http://en.wikipedia.org/wiki/Autobiography