Di era sekarang, eksistensi pendidikan nasional sedang dihadapkan dengan berbagai dinamika perubahan. Dari beragam faktor yang memberikan pengaruh tidak ada yang lebih mendasar daripada beberapa perubahan yang terjadi dalam kurikulum. Bentuk yang langsung menyentuh sendi-sendi perbaikan mutu pendidikan ini merupakan suatu rancangan pendidikan yang memiliki kedudukan sentris dalam seluruh aktivitas pembelajaran, yang sangat menentukan proses dari hasil belajar.
Atas dasar itulah pembinaan dan pengembangan kurikulum tidak dapat dioperasikan secara sembarang tetapi juga harus memerlukan landasan yang kuat berdasarkan pemikiran dan potensi-potensi utama dalam setiap pengembangannya. Demikian halnya dengan pengembangan kurikulum muatan lokal.
Dimasukkannya unsur muatan lokal dalam kurikulum pada hakikatnya tidak lepas relevansinya dari realita bahwa Indonesia memiliki keberagaman dalam segala hal, terlebih untuk adat istiadat, kesenian, tata cara, tata krama pergaulan, bahasa dan pola-pola kehidupan yang temurun dari nenek moyang bangsa Indonesia, menjadi rujukan penting bagi bangsa ini agar tidak kehilangan ciri khas dan jati dirinya.
Upaya menjaga kekhasan ini memang tidak mudah karena harus dimulai sedini mungkin pada usia prasekolah untuk selanjutnya ditingkatkan secara formal melalui pendidikan sekolah menengah sampai perguruan tinggi.
Konkretisasi dalam langkah pengenalan terhadap lingkungan alam, sosial dan budaya kepada siswa memberikan kemungkinan kepada mereka untuk terhindar dari keterasingan terhadap lingkungannya. Dalam hal itu pula, muatan lokal difungsikan guna memberikan kesempatan kepada siswa untuk menumbuh kembangkan pengetahuan dan kompetensi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan lingkungannya sendiri.
Dalam konteks khusus, suatu pembelajaran sejarah agar menarik dan menyenangkan siswa dapat dilakukan dengan berbagai pengembangan muatan lokal, yang mengajak siswa pada peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di sekitar siswa. Banyak. lingkungan disekitar siswa yang memiliki peristiwa sejarah yang dapat membantu guru untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang masa lalu.
Umumnya siswa akan lebih tertarik terhadap pelajaran sejarah bila dihubungkan dengan situasi nyata disekitarnya, karena dapat menggambarkan dalam penalarannya suatu peristiwa masa lalu seperti dalam pelajaran sejarah. Kondisi nyata disekitar siswa dapat digunakan oleh guru sebagai cara untuk menggambarkan dan mengantarkan suatu peristiwa sejarah.
Apalagi setiap daerah di Indonesia mengalami perjalanan waktu dari zaman pra sejarah hingga zaman sekarang ini, sehingga secara implisit banyak daerah-daerah yang menyimpan berbagai peninggalan sejarah sebagai bukti konkrit terjadinya peristiwa sejarah disuatu daerah, yang saling berkaitan satu sama lain dengan peristiwa didaerah lain.
Menilik konseptual diatas, tentunya hal tersebut menjadi interpretasi baru bagi kita dalam menilai pentingnya pengembangan muatan lokal didalam pembelajaran sejarah. Apakah pengembangan muatan lokal memang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran sejarah, mengingat muatan lokal itu sendiri tidak termasuk dalam materi pembelajaran evaluasi akhir yang diujikan oleh pendidikan Nasional.
Hal ini menjadi menarik untuk direintepretasi lagi, karena apapun solusi yang didapat dari kajian ini menjadi langkah baik didalam memperbaiki kualitas pembelajaran sejarah. Pembelajaran sejarah memiliki peranan mengaktualisasikan unsur pembelajaran dan pendidikan. Hasil pembelajaran sejarah menjadikan siswa memiliki kepribadian kuat dan mengerti sesuatu dalam menentukan segala sikapnya. Pentingnya pemahaman pengertian sejarah untuk kehidupan sehari-hari menjadikan siswa mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dimasyarakat.
Sejarah dapat diibaratkan pendidik, karena dapat mendidik jiwa manusia lewat hasil yang dicapainya (Trevelyan, 1957:228). Pembelajaran sejarah bukan hanya untuk menanamkan pemahaman masa lampau hingga masa kini, tapi juga untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat kebangsaan dan citra tanah air.
Bangga sebagai bangsa Indonesia merupakan pengalaman berarti untuk menumbuh kembangkan rasa kebanggaan dan kecintaan pada manusia secara universal. Atas dasar itu, pembelajaran sejarah lazim dipandang sebagai bagian dalam membangkitkan minat terhadap sejarah tanah airnya sendiri, untuk dilanjutkan pada suatu inspirasi sejarah dari contoh kisah kepahlawanan maupun peristiwa-peristiwa tragedi Nasional.
Dari kisah-kisah kepahlawanan yang berangkat dari daerahnya inilah, pengembangan muatan lokal coba ditempatkan diantara pembelajaran-pembelajaran sejarah umum. Terkait hal tersebut diatas, keterampilan guru sangat diperlukan dalam upayanya memberikan gambaran peristiwa secara jelas kepada siswa, sehingga mereka mempunyai bayangan dari suatu peristiwa sejarah.
Imaginasi diperlukan siswa, karena ia akan diajak oleh guru untuk memahami suatu peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Melalui pengembangan muatan local ini, siswa coba diarahkan untuk mengembangkan imaginasinya dalam menghayati peristiwa-peristiwa sejarah secara umum dengan perantara berbagai macam peristiwa yang terjadi disekitar siswa.
Siswa diajak untuk benar-benar mengenali peristiwa-peristiwa sejarah dari daerahnya sendiri, sehingga tidak ada kesan bahwa siswa lebih cendrung mengetahui peristiwa sejarah atau tokoh-tokoh pahlawan dari luar daerahnya dari pada sejarah atau pahlawan dari daerahnya sendiri. Siswa yang berdomisili di Banjarmasin sejatinya benar-benar kenal akan sejarah Banjarmasin ataupun tokoh-tokoh pahlawan dari daerahnya ini.
Menilik kenyataan yang ada, konsepsi semacam itu kebanyakan justru bertolak-belakang dengan realita sebenarnya. Ketika Banjarmasin dikenal dengan pahlawan Pangeran Antasarinya, banyak siswa yang tidak tahu dimana keberadaan makam Pangeran Antasari tersebut. Keberadaan makam Antasari memang jauh dari hingar bingar kota Banjarmasin, tapi itu semua bukan menjadi alasan untuk tidak mengetahui letak makam Antasari.
Bertolak dari eksplanasi diatas, tentunya dapat kita konklusikan satu jawaban dari interpretasi sebelumnya bahwa pengembangan muatan lokal memang perlu untuk diimplikasikan dalam pembelajaran sejarah, kendati secara riil muatan lokal bukanlah termasuk dalam pembelajaran evaluasi akhir sejarah yang diujikan Pendidikan Nasional.
Pembelajaran sejarah yang berwawasan muatan lokal merupakan upaya baik dalam menghantarkan pemahaman sejarah secara keseluruhan. Mulai hal yang terkecil hingga hal yang berskala luas menjadi opsi prioritas utama dalam pembelajaran sejarah yang berwawasan muatan lokal.
Oleh karena itu, pembelajaran sejarah yang berwawasan muatan lokal hendaknya tetapi menjadi pilihan penting bagi tiap guru sejarah saat ini dalam menerapkan strategi belajar mengajarnya, karena bagaimanapun pembelajaran sejarah, mempunyai peranan dalam menempa suatu pengalaman konfigurasi dalam pengetahuan realitas yang harus dilalui dalam penggemblengen jiwa untuk menjadi kuat dan tahan dalam menghadapi setiap polemik serta kekacauan yang mewarnai kehidupan.
Baca Selengkapnya ..
Atas dasar itulah pembinaan dan pengembangan kurikulum tidak dapat dioperasikan secara sembarang tetapi juga harus memerlukan landasan yang kuat berdasarkan pemikiran dan potensi-potensi utama dalam setiap pengembangannya. Demikian halnya dengan pengembangan kurikulum muatan lokal.
Dimasukkannya unsur muatan lokal dalam kurikulum pada hakikatnya tidak lepas relevansinya dari realita bahwa Indonesia memiliki keberagaman dalam segala hal, terlebih untuk adat istiadat, kesenian, tata cara, tata krama pergaulan, bahasa dan pola-pola kehidupan yang temurun dari nenek moyang bangsa Indonesia, menjadi rujukan penting bagi bangsa ini agar tidak kehilangan ciri khas dan jati dirinya.
Upaya menjaga kekhasan ini memang tidak mudah karena harus dimulai sedini mungkin pada usia prasekolah untuk selanjutnya ditingkatkan secara formal melalui pendidikan sekolah menengah sampai perguruan tinggi.
Konkretisasi dalam langkah pengenalan terhadap lingkungan alam, sosial dan budaya kepada siswa memberikan kemungkinan kepada mereka untuk terhindar dari keterasingan terhadap lingkungannya. Dalam hal itu pula, muatan lokal difungsikan guna memberikan kesempatan kepada siswa untuk menumbuh kembangkan pengetahuan dan kompetensi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan lingkungannya sendiri.
Dalam konteks khusus, suatu pembelajaran sejarah agar menarik dan menyenangkan siswa dapat dilakukan dengan berbagai pengembangan muatan lokal, yang mengajak siswa pada peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di sekitar siswa. Banyak. lingkungan disekitar siswa yang memiliki peristiwa sejarah yang dapat membantu guru untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang masa lalu.
Umumnya siswa akan lebih tertarik terhadap pelajaran sejarah bila dihubungkan dengan situasi nyata disekitarnya, karena dapat menggambarkan dalam penalarannya suatu peristiwa masa lalu seperti dalam pelajaran sejarah. Kondisi nyata disekitar siswa dapat digunakan oleh guru sebagai cara untuk menggambarkan dan mengantarkan suatu peristiwa sejarah.
Apalagi setiap daerah di Indonesia mengalami perjalanan waktu dari zaman pra sejarah hingga zaman sekarang ini, sehingga secara implisit banyak daerah-daerah yang menyimpan berbagai peninggalan sejarah sebagai bukti konkrit terjadinya peristiwa sejarah disuatu daerah, yang saling berkaitan satu sama lain dengan peristiwa didaerah lain.
Menilik konseptual diatas, tentunya hal tersebut menjadi interpretasi baru bagi kita dalam menilai pentingnya pengembangan muatan lokal didalam pembelajaran sejarah. Apakah pengembangan muatan lokal memang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran sejarah, mengingat muatan lokal itu sendiri tidak termasuk dalam materi pembelajaran evaluasi akhir yang diujikan oleh pendidikan Nasional.
Hal ini menjadi menarik untuk direintepretasi lagi, karena apapun solusi yang didapat dari kajian ini menjadi langkah baik didalam memperbaiki kualitas pembelajaran sejarah. Pembelajaran sejarah memiliki peranan mengaktualisasikan unsur pembelajaran dan pendidikan. Hasil pembelajaran sejarah menjadikan siswa memiliki kepribadian kuat dan mengerti sesuatu dalam menentukan segala sikapnya. Pentingnya pemahaman pengertian sejarah untuk kehidupan sehari-hari menjadikan siswa mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dimasyarakat.
Sejarah dapat diibaratkan pendidik, karena dapat mendidik jiwa manusia lewat hasil yang dicapainya (Trevelyan, 1957:228). Pembelajaran sejarah bukan hanya untuk menanamkan pemahaman masa lampau hingga masa kini, tapi juga untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat kebangsaan dan citra tanah air.
Bangga sebagai bangsa Indonesia merupakan pengalaman berarti untuk menumbuh kembangkan rasa kebanggaan dan kecintaan pada manusia secara universal. Atas dasar itu, pembelajaran sejarah lazim dipandang sebagai bagian dalam membangkitkan minat terhadap sejarah tanah airnya sendiri, untuk dilanjutkan pada suatu inspirasi sejarah dari contoh kisah kepahlawanan maupun peristiwa-peristiwa tragedi Nasional.
Dari kisah-kisah kepahlawanan yang berangkat dari daerahnya inilah, pengembangan muatan lokal coba ditempatkan diantara pembelajaran-pembelajaran sejarah umum. Terkait hal tersebut diatas, keterampilan guru sangat diperlukan dalam upayanya memberikan gambaran peristiwa secara jelas kepada siswa, sehingga mereka mempunyai bayangan dari suatu peristiwa sejarah.
Imaginasi diperlukan siswa, karena ia akan diajak oleh guru untuk memahami suatu peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Melalui pengembangan muatan local ini, siswa coba diarahkan untuk mengembangkan imaginasinya dalam menghayati peristiwa-peristiwa sejarah secara umum dengan perantara berbagai macam peristiwa yang terjadi disekitar siswa.
Siswa diajak untuk benar-benar mengenali peristiwa-peristiwa sejarah dari daerahnya sendiri, sehingga tidak ada kesan bahwa siswa lebih cendrung mengetahui peristiwa sejarah atau tokoh-tokoh pahlawan dari luar daerahnya dari pada sejarah atau pahlawan dari daerahnya sendiri. Siswa yang berdomisili di Banjarmasin sejatinya benar-benar kenal akan sejarah Banjarmasin ataupun tokoh-tokoh pahlawan dari daerahnya ini.
Menilik kenyataan yang ada, konsepsi semacam itu kebanyakan justru bertolak-belakang dengan realita sebenarnya. Ketika Banjarmasin dikenal dengan pahlawan Pangeran Antasarinya, banyak siswa yang tidak tahu dimana keberadaan makam Pangeran Antasari tersebut. Keberadaan makam Antasari memang jauh dari hingar bingar kota Banjarmasin, tapi itu semua bukan menjadi alasan untuk tidak mengetahui letak makam Antasari.
Bertolak dari eksplanasi diatas, tentunya dapat kita konklusikan satu jawaban dari interpretasi sebelumnya bahwa pengembangan muatan lokal memang perlu untuk diimplikasikan dalam pembelajaran sejarah, kendati secara riil muatan lokal bukanlah termasuk dalam pembelajaran evaluasi akhir sejarah yang diujikan Pendidikan Nasional.
Pembelajaran sejarah yang berwawasan muatan lokal merupakan upaya baik dalam menghantarkan pemahaman sejarah secara keseluruhan. Mulai hal yang terkecil hingga hal yang berskala luas menjadi opsi prioritas utama dalam pembelajaran sejarah yang berwawasan muatan lokal.
Oleh karena itu, pembelajaran sejarah yang berwawasan muatan lokal hendaknya tetapi menjadi pilihan penting bagi tiap guru sejarah saat ini dalam menerapkan strategi belajar mengajarnya, karena bagaimanapun pembelajaran sejarah, mempunyai peranan dalam menempa suatu pengalaman konfigurasi dalam pengetahuan realitas yang harus dilalui dalam penggemblengen jiwa untuk menjadi kuat dan tahan dalam menghadapi setiap polemik serta kekacauan yang mewarnai kehidupan.