oleh Ani Marlina
Mahasiswa PPs Universitas Negeri Jakarta
Ekologi merupakan salah satu ilmu dasar bagi ilmu lingkungan. Berbicara ekologi pasti berbicara mengenai semua makhluk hidup dan benda-benda mati yang ada di dalamnya termasuk tanah, air, udara dll. Dimana lingkungan yang ditempati berbagai jenis makhluk hidup tersebut saling mempengaruhi dan dipengaruhi.
Makhluk hidup dalam memenuhi kebutuhannya tidak terlepas dari bantuan makhluk hidup lain, contohnya makhluk hidup membutuhkan pelepas dahaga yaitu air, manusia membutuhkan energy yaitu makanan baik sumber makanannya dari tumbuhan-tumbuhan maupun hewan, dsb.
Adanya interaksi dan hubungan antara manusia dengan lingkungannya disebut ekologi. Ilmu lingkungan dapat juga dianggap sebagai titik pertemuan “ilmu murni” dan “ilmu terapan”. Ilmu lingkungan sebenarnya ialah ekologi (ilmu murni yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan terhadap jasad hidup), yang menerapkan berbagai asas dan konsepnya kepada masalah yang lebih luas, yang menyangkut pula hubungan manusia dengan lingkungannya.
Dalam ilmu lingkungan, seperti dalam halnya ekologi, jasad hidup pada dasarnya dipelajari dalam unit populasi. Populasi dapat dikatakan sebagai kumpulan individu spesies organism hidup yang sama. Menentukan populasi memang sukar, kalau anggotanya terpisah-pisah dalam sebuah wilayah, dimana jarak menjadi sebagi penghalang antar individu, seperti halnya gajah atau harimau di Asia, pohon cemara di Eropa, bahkan manusia di dunia.
Cara menentukan batasan populasi yang lebih baik didasarkan kepada pengaruh satu individu terhadap individu yang lain dalam suatu populasi. Populasi dipandang sebagai suatu system yang dinamis daripada segala individu yang selalu melakukan hubungan. Maka populasi adalah kumpulan individu sebuah spesies, yang mempunya potensi untuk berbiak silang antara satu individu dengan individu yang lain.
Kalau jumlah individu populasi per unit luas bertambah dalam perjalanan waktu, dikatakan kepadatan populasi itu naik. Kalau kepadatan populasi itu naik, sehingga kebutuhan populasi itu akan bahan makanan, tempat tinggal, dan kebutuhan hidup lain-lain menjadi di luar kemampuan alam lingkungan untuk menyediakan atau menyokong secukupnya, sehingga timbullah persaingan (kompetisi).
Menurut Soeriaatmadja (1989:4), “Persaingan menimbulkan 2 akibat dalam jangka waktu yang singkat, menimbulkan akibat ekologi dan dalam jangka waktu yang panjang menimbulkan akibat evolusi”.
Dalam waktu singkat akibat ekologi itu berupa kelahiran, kelangsungan hidup dan pertumbuhan populasi yang boleh jadi tertekan. Dan dalam waktu yang panjang mengakibatkan pemindahan (emigrasi) populasi yang mungkin meningkat. Persaingan dapat pula berangsur-angsur pada populasi (efek evolusi).
Misalkan dalam sebuah populasi terdapat individu yang berukuran tuguh besar bersaing dengan individu hewan yang kecil. Jika hewan bertubuh kecil itu terkalhkan tidak mendapat makanan maka tidak hanya terancam bahaya kelaparan saja, tetapi umur dan daya pembiakannya juga akan turun dalam populasi secara keseluruhan.
Dalam setiap persaingan antar individu kemampuan anggota populasi bersaing pada akhirnya dapat dipertahankan, karena yang menanglah yang meneruskan kelangsungan generasi.
A. Ekologi dan Ilmu Lingkungan
Ekologi yang pertama kali berasal dari seorang biologi Jerman Ernest Haeckel, 1869. Berasal dari bahasa Yunani “Oikos” (rumah tangga) dan “logos” (ilmu), secara harfiah ekologi berarti ilmu tentangg rumah tangga makhluk hidup. Yang merupakan makhluk hidup adalah lingkungan hidupnya.
Miller dalam Darsono (1995:16) ”Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara organisme dan sesamanya serta dengan lingkungan tempat tinggalnya”
Odum dalam Darsono (1995: 16) “Ekologi adalah kajian struktur dan fungsi alam, tentang struktur dan interaksi antara sesame organism dengan lingkungannya dan ekologi adalah kajian tentang rumah tangga bumi termasuk flora, fauna, mikroorganisme dan manusia yang hidup bersama saling tergantung satu sama lain”
Soemarwoto dalam Darsono (1995:16) “Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya”.
Resosoedarmo dkk, (1985:1)[3] “ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya”.
Subagja dkk, (2001:1.3). “Ekologi merupakan bagian ilmu dasar”
Dalam ilmu lingkungan manusia mempunyai hak khusus, semuanya dipandang dari kepentingan manusia, tetapi manusia juga harus mempunyai tanggung jawab yang paling besar terhadap lingkungannya dimana tanggung jawab ini tidk mungkin diserahkan kepada makhluk hidup lain.
Manusia memandang alam dari sudut pandang manusia, yaitu antroposentrik. Manusia menganggap alam diciptakan untuk kepentingan dirinya. Secara implicit bahwa sudah sejak lama telah dibutuhkan bangun alam agar tercipta lingkungan yang sesuai dengan kehidupan manusia. Ilmu dan tekhnologi diciptakan untuk menguasai alam.
Dengan pandangan antroposentrik yang disertai dengan keinginan taraf hidup yang maki tinggi dan perkembangan ilmu dan teknologi yang amat pesat, eksploitasi lingkungan semakin meningkat. Kecenderungan peningkatan itu ditambah pula oleh anggapan adanya sumber daya umum yang dimiliki bersama atau boleh dikatakan tidak ada yang memiliki.
Oleh karena itu perlunya mempelajari ilmu lingkungan hidup agar dapat menempatkan diri sesuai dengan porsinya di dalam lingkungan yang harus kita jaga.
B. Populasi
Planet bumi pada saat ini kurang lebih ditemui 5 juta species vegetasi, 10 juta spesies vegetasi, 10 juta spesies binatang dan mungkin sebanyak 2-3 juta spesies mikroorganisme yang kira-kira baru baru 10 % dari semua organisme itu baru berhasil didentifikasi dan diberi nama.
Populasi merupakan bagian dari ekologi, dimana Populasi adalah sebagai kumpulan individu organisme disuatu tempat yang memiliki sifat serupa, mempunyai asal usul yang sama, dan tidak ada yang menghalangi individu anggotanya untuk berhubungan satu sama lain dan mengembangkan keturunannya secara bebas karena individu itu merupakan kumpulan heteroseksual. Wirakusumah (2003:1).
Populasi dibagi 2, pertama, adalah organisme yang sama-sama memiliki organisme biologic pada jenjang yang lebih bawah dan kedua, yang memiliki sifat yang unik. Sifat individu organsme yang inherendengan sifat populasi, yang watak diagnostiknya adalah tumbuh, reaksi terhadap lingkungan, dan reproduksi.
Dalam lingkungan kondisi ideal apabila yidak ada hambatan fisik dan biologic, populasi dapat dipandang memiliki kadar pertambahan intrinsic maksimal (potensi abiotik). Contoh: ikan paus yang menonjol potensi biotiknya rendah, akan tetapi secara alami paus itupun menunjukkan kadar mortalitas yang rendah pula sebanding dengan jumlah populasi secara alami yang rata-ratanya tetap dipantau.
Hal ini terjadi juga bagi makhluk lain hingga pada kenyataannya teori pertumbuhan populasi eksponensial itu senantiasa mendapat perlawanan lingkungan (environtmental resistance) yang menurunkan natalitas dan meningkatkan mortalitas.
Pada dasarnya konsep pertumbuhan populasi yang ditelusuri bagi makhluk bukan manusia harus berlaku juga bagi manusia yang disebut oleh para pakar sebagai dinamika populasi, atau demografi. Patokan-patokan khusus bagi manusia diantaranya laju pertumbuhan dan populasi stabil.
Soeriaatmadja (1989:5),, “ada 2 faktor lingkungan yang dapat menurunkan daya biak populasi yaitu density dependent factor dan density independent factor”.[6]
Faktor yang bergantung kepada kepadatan populasi itu sendiri (density dependent factor), misalnya kekurangan bahan makanan, kekurangan ruang untuk hidup karena populasi terlampau padat. Sedang factor yang tak bergantung kepada kepadatan populasi (density independent factor), umpamanya terdapat penurunan suhu lingkungan secara drastic dan mendadak, atau angin rebut yang melanda siuatu daerah pada suatu musim, sehingga banyak membunuh banyak individu dalam sebuah populasi.
Ada empat bentuk populasi oleh manusia:
- Biomasa, ialah berat total populasi. Jumlah individu dalam populasi x berat rata-rata individu tersebut. Hasil bawaan/standing crop, ialah jumlah individu atau biomasa suatu populasi pada suatu waktu tertentu.
- Produktivitas, ialah jumlah jaringan hidup yang dihasilkan oleh suatu populasi dalam suatu jangka waktu tertentu.
Kepadatan individu dalam suatupopulasi, langsung dapat dikaitkan dengan keanekaragaman.
C. Komunitas
Margalef dalam Soeriaatmadja (1989:6) mengemukakan bahwa “untuk menentukan keanekaragaman komunitas perlu dipelajari aspek keanekaragaman itu dalam organisasi komunitasnya, misalnya: mengalokasikan individu populasinya ke dalam spesiesnya, menempatkan spesies tersebut ke dalam habitat atau nicianya, menentukan kepadatan relatifnya dalam habitat tersebut, menempatkn tiap individu ke dalam tiap individu ke dalam tiap habitatnya, dan menentukan fungsinya”.
Komunitas merupakan kesatuan dinamik dari hubungan fungsional diantara populasi anggotanya berperan pada posisinya masing-masing menyebar dalam ruang dan tipe habitatnya, keanekaragaman spesies komunitas dan spectrum interaksi sesamanya serta pola-pola aliran energy dan nutrisi dalam komunitas menuju suatu keseimbangan.
Makin beranekaragam suatu komunitas, makin tinggi organisasi di dalam komunitas tersebut. Komunitas seperti halnya tingkat organisasi jasad hidup lain, mengalami serta menjalani siklus hidup juga, artinya komunitas itu lahir, meningkat dewasa, dan kemudian bertambah tua. Komunitas secara alami tidak perbah mati.
Komunitas yang lahir di atas bongkahan batu lava sebuah gunung berapi yang belum lama meletus, permulaan sekali komunitas itu hanya berupa tumbuhan ‘pelopor’. Seperti ganggang lumut, lumut kerak, dan paku-pakuan.
Tumbuhan pelopor ini akan mengubah keadaan lingkungan sedemikian rupa, sehingga tumbuhan dan hewan lain kemudian dapat pindah dan hidup disitu. Lama-kelamaan komunitas komunitas itu akan dikuasai oleh spesies yang dapat hidup unggul, stabil, dan mandiri di dalamnya. Proses semacam ini seluruhnya disebut aksesi, sedangkan komunitas yang sudah mencapai kemantapan disebut komunitas yang sudah mencapai puncak atau klimaks.
D. Jenis-jenis Lingkungan
Ada 3 jenis lingkungan (Darsono, 1995:17) yaitu :
1. Lingkungan fisik (physical environment), yaitu segala sesuatu yang ada disekitar kita yang berwujud benda mati seperti gedung, jembatan, candi, dll.
2. Lingkungan Biologi (biological environment), yaitu segala sesuatu yang berada disekitar kita yang berujud benda hidup, seperti manusia, hewan, tumbuhan, dll.
3. Lingkungan social (social environtment), yaitu manusia-manusia lain yang berada di sekitar kita.
Menurut penjelasan UU nomor 4 tahun 1982 tentang pokok-pokok pengelolaan lingkungan hidup, lingkungan hidup dibedakan menjadi 4 :
1. Lingkungan Alam Hayati
2. Lingkungan Alam Non Hayati
3. Lingkungan Buatan
4. Lingkungan Sosial
E. Daya dukung Lingkungan dan Rantai Makanan
Lingkungan tidak dapat mendukung jumlah kehidupan yang tanpa batas. Kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan yang ada di dalamnya disebut daya dukung lingkungan.
Dunia tidak akan mampu menyangga jumlah manusia yang tanpa batas. Apabila daya dukung lingkungan itu terlampaui maka manusia akan mengalami berbagai kesulitan.
Ekosistem berfungsi karena adanya aliran energy dan materi. Saling pengaruh dan mempengaruhi antara energy dan daur materi di dalam ekosistem akan menghasilkan homeostatis yang mantap.
Dialam terjadi aliran eneri dlam bentuk rantai makanan, jarring makanan dan produktifitas energy. Aliran energy itu berlangsung dari satu organism ke organism lain atau dari satu tingkat makanan ke tingkat makanan yang lain yang membentuk rantai energy atau rantai makanan.
Tumbuhan → herbivora →karnivora kecil →karnivora yang lebih besar…….dst.
Pada rantai makanan, organism dalam ekosistem dikumpulkan menjadi beberapa kelompok, yang masing-masing mempunyai jarak transfer makanan tertentu dari sumber dari sumber energy yang masuk ekosistem. Tumbuhan yang dapat membentuk bahan organic dari mineral dan energy matahari dengan proses fotosintesa, merupakan komponen produsen dalam ekosistem.
Organisme yang menggunakan bahan orgaik yang telah dibentuk oleh produsen merupakan komponen konsumen dalam ekosistem.
F. Lingkungan Hidup Indonesia
Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu ekosistem terdiri dari berbagai daerah, yang masing-masing sebagai ekosistem terdiri dari berbagai daerah, yang masing-masing sebagi subsistem yang meliputi aspek social budaya, ekonomi dan fisik dengan corak ragam yang berbeda antara subsistem yang satu dengan subsiostem yang lain dan dengan daya dukung yang berbeda. Sumber daya alam dan budaya merupakan modal dasar pembangunan menurut
GBHN bangsa Indonesia menghendaki hubungan yang selaras antara manusia dengan Tuhan, dan antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Dengan demikian perlu adanya usaha agar hubungan manusia Indonesia dengan lingkungan semakin serasi.
Sebagai modal dasar, sumber daya alam harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, oleh karena itu harus diupayakan agar kerusakan lingkungan sekecil mungkin.
Pentingnya persolan lingkungan hidup untuk segera ditangani secara khusus ditandai dengan adanya komitmen pemerintah yaitu dengan dibentuknya lembaga kependudukan dan lingkungan hidup. Mengingat bahwa bangsa Indonesia dewasa ini sedang melaksanakan pembangunan disegala bidang, maka yang harus menjadi perhatian adalah bahwa pembangunan itu tidak boleh mengorbankan lngkungan.
0 comments:
Post a Comment
Tim Gudang Materi mengharapkan komentar anda sebagai kritik dan saran untuk kami .. Hubungi kami jika anda mengalami kesulitan !