The Golden Rule Of Success merupakan karya sang Maestro Ben Baharuddin Nur yang merupakan tulisan beliau yang dibukukan beserta pemikiran beliau yang Jenius ! Untuk pemesanan dapat mengirimkan email ke surel@geminipublishing.web.id ..
Silahkan membaca Resensi dari buku The Golden Rule of Success karya Ben Baharuddin Nur
”Jika seseorang melakukan banyak hal untuk orang lain sampai tindakannya itu menjadi kebiasaan sehingga dia tidak menyadarinya, segala kekuatan baik alam semesta berbaris di belakangnya dan apapun yang dikerjakannya.” (Bruce Barton)
Waktu bergerak sama disemua tempat diseluruh permukaan bumi ini. Sehari hanya 24 jam, maaf hanya 24 jam, tidak kurang dan tidak lebih karena.. itulah perhitungan yang disepakati oleh penduduk bumi ini. Kalau tidak percaya, belilah jam tangan atau jam dinding dari negeri mana saja dan menggunakan bahasa apa saja, hitunglah ruas pembagian jamnya, pasti hanya 12 untuk menghitung waktu siang yang sekaligus berarti 12 untuk menghitung waktu malam. Totalnya pasti 24 jam.
Presiden, Gubernur, Menteri punya waktu 24 jam, sama dengan pemulung, pengemis, buruh pelabuhan dan profesi serta jabatan lainnya. Bagaimana dengan Anda? Apakah juga bisa menerima kenyataan bahwa waktu Anda dalam sehari hanya 24 jam?
Dalam 24 jam, ada orang yang mendapatkan milyaran rupiah, jutaan rupiah, ratusan ribu, puluhan ribu dan bahkan ada yang tidak mendapatkan sama sekali. Demikian pula ada orang yang menghabiskan uang ratusan ribu bahkan jutaan setiap hari untuk sekedar makan, dan ada pula orang yang hanya menghabiskan kurang dari sepuluh ribu rupiah sehari. Dan waktu 24 jam tetap berlalu.
Waktu 24 jam berlalu. Ada orang yang hanya mengisinya dengan berkeluh kesah sambil memaki-maki ketidakberesan yang berlangsung di sekitarnya. Ada orang yang mengisinya dengan keringat mengucur sambil memunguti barang bekas di tempat pembuangan sampah. Sebagian lagi berada di ruangan berpendingin penuh di tengah tumpukan kertas-kertas dan alat-alat elektronik. Ada yang sedang terbaring di rumah sakit. Ada yang sibuk berjalan di tengah kota yang hingar bingar dan sebagian lagi hanya mondar mandir di pos penjagaan perbatasan negara yang sepi.
Winston Churcill, negarawan berkebangsaan Inggris punya ungkapan bijak, ”Manusia menikmati hidup dari apa yang didapatkannya. Manusia membangun kehidupan dari apa yang diberikannya.”
Mari kita belajar dari analogi jagung dan kerikil berikut ini. Ambillah sebuah kerikil dan genggam di tangan kiri Anda lalu di tangan kanan Anda genggamlah sebiji jagung. Biarkan waktu 24 jam berlalu dan setelah melewati waktu tiga kali 24 jam bukalah kedua telapak tangan Anda. Apa yang akan Anda dapatkan? Pasti masih sebiji jagung dan sebutir kerikil. Ulangilah sekian hari lagi dengan impian dan pengharapan, dan kembali buka kedua telapak tangan Anda. Pasti hasilnya akan tetap sama.
Kalau Anda merasa capek menggenggamnya, pindahkanlah ke suatu tempat yang aman dari jangkauan anak-anak dan kemungkinan untuk digondol tikus. Biarkanlah selama 240 jam dan periksalah kembali, apakah terjadi perubahan? Saya yakin, tetap sebiji jagung dan sebiji kerikil yang akan Anda dapatkan.
Kalau Anda yakin hasilnya akan sama meskipun Anda menunggunya 240 jam lagi, maka berhentilah berharap apalagi menjanjikan hasilnya yang muluk-muluk. Tidak ada kegilaan yang lebih nyata selain memimpikan hasil yang berbeda sambil Anda terus mengulang cara-cara yang sama yang telah terbukti tidak membawa perubahan.
Jangan terjebak dengan nasehat dan motivasi dari mereka yang katanya telah menemukan rahasia dari kesuksesan. Mereka cenderung menggampangkan cerita dengan mengatakan bahwa bermimpilah dan kirimkanlah mimpi itu ke alam semesta lalu tunggulah hasilnya.
Mengapa banyak manusia yang terjebak mempercayai anjuran itu? Tak usah heran karena manusia pada dasarnya adalah pemalas. Mereka berharap bahwa setelah membeli buku rahasia sukses dan mulai bermimpi, segalanya akan berubah. Percayalah, hukum Tuhan tidak mengajarkan cara-cara seperti itu.
Sekarang mari kita merubah cara pandang dan berpikir kita. Mari kita pahami lebih dahulu the golden rule atau hukum emas yang telah digariskan Tuhan atas semua proses kejadian di alam semesta ini. Hukum Tuhan mengatur bahwa manusia bisa mewujudkan sesuatu melalui dua tahap penciptaan. Pertama melalui tahap penciptaan batin dan kedua melalui tahap penciptaan lahir. Begitulah hukum emasnya.
Tak ada satupun penciptaan oleh manusia yang bisa melanggar aturan emas tersebut. Hanya Tuhan yang mempunyai kemampuan penciptaan tunggal atau ultimate creation. Tuhan mencipta tanpa melewati tahap penciptaan batin dan lahir. Dia cukup mengatakan: ”Jadilah!” maka akan terjadi. Tidak ada batasan apakah itu di alam nyata (lahir) atau alam tak nyata (batin). Tak perlu persetujuan hukum apapun atau siapapun sebab Dia sendiri adalah hukum dan siapa itu sendiri.
Tuhan tidak memerlukan batasan ruang dan waktu untuk mewujudkan kehendak-Nya. Konsep ruang dan waktu adalah konsep manusia yang menyepakati ada istilah siang dan malam. Semata hanya konsep, karena kita bisa tertidur lelap jam dua dinihari dan berpikir seluruh isi dunia tertidur lelap, padahal saat yang sama di Amerika Serikat orang-orang baru memulai kesibukan di tempat kerja karena di sana waktu menunjukkan sekitar jam sembilan pagi. Tuhan tidak memerlukan batasan waktu untuk penciptaannya karena Tuhan adalah waktu itu sendiri yang jauh dari definisi waktu menurut konsepsi manusia yang sangat terbatas.
Demikian pula dalam hal ruang. Kita menyebutnya ruang karena kita menganggap ada batas. Bahwa ruang angkasa kita pahami batasnya adalah langit, ternyata di atas langit masih ada langit. Di luar galaksi Bima Sakti, ternyata masih banyak galaksi yang lain.
Maka Tuhan tidak memerlukan ruang untuk mewujudkan apapun kehendak-Nya karena Tuhan adalah ruang itu sendiri yang tak terbatas, jauh melampaui definisi manusia tentang ruang yang sangat dibatasi oleh kemampuan panca indera, alat dan imajinasi manusia.
Jadi apa yang dimaksudkan dengan tahap penciptaan batin menurut konsepsi manusia yang terbatas? Tak lain adalah sesuatu yang tercetus dari sisi terdalam dari diri setiap orang, biasa kita sebut sebagai niat. Niat itu pasti selalu mendahului perbuatan, sesingkat apapun waktunya, bisa hanya berjarak sepersekian detik dari tahap penciptaan, niat itu selalu hadir mendahului perbuatan.
Sedemikian pentingnya makna niat ini sampai-sampai Tuhan perlu memberikan penekanan bahwa segala sesuatu yang dilakukan manusia sangat tergantung pada niat-niatnya. Kalau niat yang tercetus di dalam batin Anda baik, maka Tuhan menjanjikan pahala. Tidak usahlah kita hitung-hitungan soal pahala kepada Tuhan karena Dia sudah memberikan terlalu banyak kenikmatan kepada kita secara gratis.
Dengan suasana batin yang dipenuhi dengan niat baik saja, maka akan memperlancar sistem peredaran darah, metabolisme tubuh, menjaga irama jantung, paru-paru dan semua bagian organ tubuh kita.
Sebaliknya kalau niat Anda bagi kehidupan ini kurang baik, maka Tuhan tidak mengancam Anda dengan perbuatan dosa sampai Anda melahirkan niat itu dalam bentuk perbuatan. Tapi ingat, dengan membiarkan niat buruk itu bersemayam di dalam tubuh kita, maka akan membuat fungsi organ tubuh terganggu. Cobalah berniat buruk untuk menjatuhkan seseorang. Simpanlah niat itu dan lihat reaksinya bagi tubuh Anda.
Bayangkan jika Anda melihat orang yang Anda niatkan untuk Anda celakai dan tiba-tiba mendapatkan rezki, promosi dan berbagai kebaikan, pasti suasana hati Anda terganggu, jantung berdebar tidak karuan, dongkol, curiga dan sebagainya. Jadi terserah Anda, mau memilih memelihara niat yang seperti apa, semua memiliki konsekuensi masing-masing.
Mari kita kembali ke cerita awal tentang sebiji jagung dan kerikil. Pikirkan kembali, apakah yang Anda niatkan terjadi atas sebiji jagung dan kerikil tersebut. Apakah Anda memang berniat membuatnya berubah menjadi biji jagung yang berlipat ganda atau memang tidak ada niat ke arah itu?
Bila Anda berniat melipatgandakan jumlah biji jagung yang ada di tangan Anda, maka letakkanlah di atas rel hukum Tuhan tentang pertumbuhan dan perkembangbiakan tanaman. Misalnya Anda berniat mendapatkan seribu biji jagung dari sebiji yang sekarang ada di tangan Anda, kemudian Anda juga berniat menjadikan sebiji kerikil di tangan kiri Anda menjadi seribu? Boleh saja, tetapi rel hukum Tuhan yang mengaturnya berbeda.
Mari kita mulai sebelum waktu 24 jam berlalu. Carilah tanah yang menurut pengetahuan Anda cukup subur. Cucilah biji jagung di tangan Anda dan benamkanlah ke dalam tanah kira-kira sedalam 10 cm. Siramlah tiap hari dan berikan pupuk bila ada. Maka saat waktu tiga kali 24 jam berlalu, yakinlah biji jagung yang sudah anda semai akan berubah mengikuti hukum pertumbuhan yang telah ditetapkan Tuhan dengan begitu sempurna.
Dimulai dari pertumbuhan kecambah, lalu keluar akar dan bakal batang hampir bersamaan dan terus bertumbuh. Makanya Anda jangan heran kalau ada kalangan ahli filsafat yang mengatakan bahwa semua mahluk dan apa saja yang ada di alam semesta ini tunduk menyembah kepada Tuhan. Anda bisa mengartikannya bahwa semua tunduk pada hukum atau aturan Tuhan yang pasti.
Ketika waktu berlalu lagi, maka Anda akan melihat kuncup daun ke luar dari permukaan tanah. Selanjutnya Anda harus menjaganya dengan memberi pagar agar tidak dipatuk ayam atau dimakan kambing. Lakukanlah proses penyiraman dan pemupukan secara proporsional. Tanpa terasa, tiga bulan kemudian Anda akan berhak atas sekitar 1000 biji jagung yang menempel pada tongkol jagung yang telah Anda tanam.
Bila Anda telah menanam benih jagung dan menunggu sekian lama tak ada perubahan, maka jangan katakan bahwa hukum Tuhan tidak terbukti. Pada keadaan seperti itu hukum Tuhan mengenai pertumbuhan justru memperlihatkan bentuknya kepada kita dengan cara yang lain. Yakinlah bahwa kehidupan akan bersumber dari benih yang hidup.
Jadi jika sel benih jagung itu sudah tidak ada, maka jangan berharap ada pertumbuhan. Para pakar pertanian sangat memahami hukum ini sehingga mereka dapat mendorong proses lahirnya tanaman baru dari bagian mana saja dari suatu tanaman yang mengandung sel hidup, bisa dari daun, akar, batang dan sebagainya. Mereka menyebutnya kultur jaringan.
Bagaimana dengan kerikil yang di tangan kiri Anda, Apakah Anda ingin mencoba menanamnya dengan harapan akan sama kejadiannya dengan sebiji jagung tadi. Meskipun Anda sangat optimis dan bersedia memberinya pupuk dua karung sehari, tetapi rel hukum Tuhan yang mengaturnya berbeda, maka hasilnya sia-sia.
Untuk mendapatkan seribu biji kerikil dalam kurun waktu yang sama dimana Anda mendapatkan sekian banyak biji jagung, maka rajin-rajinlah memungut kerikil minimal sepuluh biji sehari. Dalam 100 hari, saya pastikan anda akan memiliki 1001 kerikil, seribu yang Anda pungut ditambah sebiji yang sudah Anda miliki. Sebiji kerikil itu sebenarnya tidak berubah, hanya jumlahnya yang bertambah dari usaha Anda memungut di tempat lain.
Siapapun Anda, apapun jabatan, jenis kelamin, kebangsaan, suku, warna kulit, kondisi tubuh, pendek, tinggi, cacat, normal, hukum yang berlaku atas semuanya adalah sama, yaitu the golden rule. Segala kejadian ada penyebab dan akibatnya, ada awal dan ada akhir. Apapun yang Anda tanam, itulah yang akan Anda panen.
Bila Anda seorang pejabat publik, tanyakanlah pada diri sendiri apa manfaat yang kemungkinan diharapkan oleh publik dari amanah jabatan yang dipercayakan kepada Anda. Apakah Anda memiliki niat yang kuat dan sehat seperti benih jagung yang telah bersertifikasi? Anda tak bisa hanya sekedar memiliki niat baik dan publik akan menilai Anda sudah amanah.
Patut diingat, orang lain menilai kita dari apa yang kita perbuat, apa yang kita lahirkan. Kita menilai diri kita dari apa yang kita niatkan. Dua sudut penilaian yang berseberangan yang hanya bisa dijembatani dengan tindakan. Semailah benih-benih kebaikan itu selagi musimnya tepat dan selama daya tumbuhnya maksimal.
Bagaimana dengan pejabat publik, anggota DPR, politisi, dan para pemangku jabatan lainnya yang mendapatkan amanah mengurus dan meringankan kesulitan rakyat? Apa saja yang dilakukan dalam 24 jam yang dapat diharapkan nantinya berbuah kebaikan yang meringankan kesulitan rakyat? Bagaimana dengan Anda, siapkah Anda menjadi petani yang baik, telaten menyemai, memelihara, memupuk dan menjaga niat-niat baik Anda agar tumbuh menjadi kebaikan untuk sesama?
Anda tertarik dengan Buku ini , silahkan menghubungi via email surel@geminipublishing.web.id !
0 comments:
Post a Comment
Tim Gudang Materi mengharapkan komentar anda sebagai kritik dan saran untuk kami .. Hubungi kami jika anda mengalami kesulitan !