Oleh Ben B Nur
Penulis Buku The Golden Rule Of Success
”Ngapain di situ?” Teriak Randi di ponsel yang kugenggam erat di tengah kerumunan orang sore itu di Pelabuhan Tanjung Priok. ”Mengantar keluarga!” Teriakku mengatasi suara hiruk pikuk di sekitarku. ”Hah, hari gini masih ada orang naik kapal laut?” Teriaknya setengah meledek. Aku segera menutup pembicaraan setelah berjanji akan menceritakannya besok hari Senin di kantor.
Perlahan-lahan kapal penumpang yang sebenarnya lebih tepat disebut besi terapung itu menjauh dari dermaga ditarik oleh kapal pandu. Lambaian tangan berbalas-balasan dari anjungan kapal dengan pengantar di dermaga. Bukan hanya itu,.. teriakan bersahut-sahutan dari kedua sisi juga masih samar-samar kedengaran meski saya tidak yakin mereka saling mendengar kecuali mereka berusaha keras membaca makna kata dibalik gerakan mulut dan tangan.
Saat para pengantar sudah beranjak pergi dan penumpang yang tinggal sebesar batang korek api mulai berkurang di anjungan, saya masih menikmati prosesi perjalanan kapal yang mengangkut ribuan penumpang itu. Posisi haluan sudah mengarah dengan benar dan kapal pandu kecil yang tadi mengawal kapal besar itu sudah kembali ke dermaga.
”Luar biasa...” ucapku bernada kekaguman. Istriku yang rupanya juga sedang asyik memandang laut menoleh ke arahku. ”Apanya yang luar biasa?” Tanyanya. Mungkin dia masih berpikir tentang usulanku untuk pulang kampung saat libur tahun baru nanti. Meski dia sebenarnya sudah setuju tapi dia masih mengatakan itu karena kemampuanku mempromosikan nikmatnya perjalanan dengan kapal laut kalau tidak sedang terburu-buru.
Dua jam dengan kapal udara dibanding dua hari dua malam dengan kapal laut memang merupakan perbedaan waktu yang membutuhkan alasan kuat untuk memilih yang lebih lama bukan karena alasan keuangan.
”Memang luar biasa kalau ada orang sibuk yang masih memilih naik kapal laut,” ujar istriku menebak. Rupanya Ia masih menunggu jawabanku atas kata luar biasa tadi. ”Bukan itu maksudku. Saya membayangkan kapal sebesar itu dengan penumpang sebanyak itu arahnya ditentukan oleh hanya bagian kecil lempengan besi di bawah permukaan air,” tuturku yang membuat kening istriku agak berkerut.
”Maksudnya?” Kembali Ia bertanya. Saya senang melihat keingintahuannya. ”Bilah kemudi, bahasa inggrisnya trim tab bagian dalam dari lempeng kemudi yang bergerak kiri kanan mengatur kemana kapal besar itu harus mengarah,” jelasku. Meski istriku seorang penyelam, tapi untuk cerita trim tab, tampaknya Ia kurang bisa membayangkannya. Saya lalu mengambil secarik kertas dari sakuku dan menggambarkannya sampai dia mengangguk tanda mengerti.
Setelah berada di dalam mobil dalam perjalanan pulang kami terlibat diskusi yang menarik soal trim tab dan maknanya dalam kehidupan pribadi, rumah tangga bahkan organisasi.
Bayangkan, trim tab itu tampaknya hanya merupakan bagian kecil dari sebuah kapal, tapi peranannya sangat luar biasa. Jadi mesin yang beratnya berton-ton dengan kekuatan ribuan tenaga kuda tidak akan punya arti andaikata trim tab itu tidak berfungsi dengan baik. Kapal mungkin hanya berputar-putar di tempat dengan suara meraung-raung kalau trim tabnya tidak mengarahkannya pada suatu tujuan sesuai peta navigasi yang ada di meja nakhoda.
”Pernah melihat orang yang potensinya besar, cerdas, kaya, berpendidikan tinggi tapi hidupnya tidak punya arah alias amburadul?” Tanya saya memancing ke arah pemaknaan dari trim tab tadi. ”Tentu saja, banyak kok yang seperti itu, mungkin saja kita adalah sebahagian dari orang-orang seperti itu,” jawabnya penuh arti.
Pertama memang kita harus mempunyai peta navigasi kehidupan yang akan secara jelas menunjukkan tempat-tempat yang harus dituju. ”Kalau boleh saya bertanya, andaikata tiba-tiba kamu mendapatkan durian runtuh dari undian berhadiah sehingga berhak mendapatkan dua miliar rupiah, apa yang akan kamu lakukan?”
”Saya akan mewujudkan cita-cita saya segera, membuat taman bacaan dan tempat melatih anak-anak putus sekolah mendapatkan pengetahuan keterampilan hidup. Bila dananya masih ada saya akan buatkan mereka usaha mandiri dan sebahagian keuntungannya ditabung lagi untuk membiayai anak-anak yang lain.”
”Amin, luar biasa!” Saya memujinya dengan tulus. Membuat taman bacaan, melatih anak-anak putus sekolah keterampilan hidup adalah sebahagian titik-titik tujuan dalam peta pelayan kehidupan ini, dan yang mengarahkan kita untuk menuju ke titik-titik itulah yang disebut trim tab kita, nilai-nilai atau prinsip-prinsip hidup yang menjadi pengarah dari perjalanan kita.
Kalau orang tidak memiliki nilai atau prinsip hidup untuk berbuat kebajikan bagi sesama, maka uang sebesar itu malah bisa menjadi bencana, mengkondisikan gaya hidup konsumtif yang berakhir pada penyesalan.
Di luar sana banyak orang yang memiliki uang lebih banyak dari dua miliar itu, tapi tidak membantunya menuju pencapaian titik-titik tujuan hidup yang bermakna, bahkan mungkin sibuk dipindahkan dari bank satu ke bank lain untuk mengejar bunga yang lebih tinggi.
Setiap hari hanya sibuk menghitung berapa lagi yang akan diraup. Karena memiliki materi berlebih yang tidak dibarengi dengan nilai-nilai kesyukuran, kesadaran bahwa harta itu adalah titipan sementara akan membuat orang semakin haus dan semakin haus lagi.
Demikian pula dalam urusan rumahtangga dan organisasi harus jelas titik-titik tujuan yang jelas dalam peta pelayarannya. Perjalanan kehidupan pribadi, rumahtangga, organisasi bukan semata perjalanan yang indah dalam heningnya laut yang terkadang melenakan karena tampak seperti hamparan cermin yang maha luas. Tak jarang badai menghadang, gelap mencekam bahkan seperti menempuh perjalanan yang tak bertepi. Pada saat-saat seperti itu peranan peta dan bilah kemudi menjadi terasa sangat penting.
Setelah makan malam saya melihat istri saya ke meja kerja saya sambil membawa gunting dan beberapa majalah bekas. Saya pikir mungkin dia mau mencari resep-resep masakan dari majalah bekas itu sebelum kemudian dia memanggilku mendekat.
”Saya mau rumah mungil seperti ini tapi dengan taman yang ada kolam ikannya. Ini bisa disebut titik-titik tujuan dalam peta hidup saya kan?” Tentu saja saya mengangguk membenarkan. Dia lalu mengguntingnya dan menempelkan ke dalam album foto dengan senyum penuh pengharapan. Saya hanya menambahkan bahwa kalau mau lebih kuat pesannya lengkapi dengan titik kordinat.
”Apa maksudnya titik kordinat?”
”Maksud saya kapan kira-kira bulan dan tahun titik itu mau dicapai.”
”Jadi saya tuliskan bulan dan tahunnya di bawah gambar ini?”
”Yap, persis. Setelah itu pertegas bilah kemudinya. Maksud saya dengan cara apa titik itu mau dicapai?
”Yah, tentu dengan cara halal, bebas korupsi dan neko-neko. Saya harus disiplin menabung setiap bulan bila ada kelebihan belanja, okay?”
”Excellent!” Seruku memberinya semangat. Maklum rumah yang kami tempati sekarang masih kontrakan sehingga melihat titik tujuan yang begitu jelas dalam petanya, dan tentunya searah dengan bilah kemudi saya yang tidak mau korupsi dan neko-neko dalam mencari rezki pastilah saya setuju.
Ia lalu menggunting gambar yang lain, rupanya gambar ka’bah dari iklan biro perjalanan haji. ”Ini juga titik penting dalam peta pelayaran hidup saya,” ujarnya penuh keyakinan sambil menyisipkan gambar tersebut di halaman album foto yang lain. Ia kini sudah tahu langkah selanjutnya, menentukan titik kordinat, perkiraan tanggal pencapaian. Tapi kali ini Ia tampak bingung karena menoleh ke aku.
”Yah, kalau ada dua atau tiga titik yang kamu sudah tetapkan, harus jelas urutannya supaya bahan bakar kapalnya hemat tidak bolak-balik. Tujuan yang paling utama beri nomor urut satu, selanjutnya dua dan seterusnya.”
Ia rupanya memilih menempatkan nomor satu di bawah gambar ka’bah, suatu keputusan rasional yang saya tidak perlu pertanyakan atau diskusikan lebih dalam. Karena di peta navigasi saya yang sudah saya buat itu juga merupakan titik tujuan utama yang saya mau capai.
Memang dalam suatu penetapan titik tujuan yang melibatkan pihak lain sebaiknya didiskusikan agar kekuatan untuk mencapainya bisa mensinergikan usaha yang tentu akan memudahkan saling memperkuat dan mengingatkan sepanjang perjalanan.
Sebenarnya cara seperti ini juga telah dilakukan di dalam organisasi dimana biasanya organisasi menetapkan secara bersama visi yang akan dicapai dan bilah kemudi yang digunakan berupa nilai-nilai yang biasanya dirangkum dalam beberapa kata yang mudah diingat dan menyemangati. Agar lebih menyemangati lagi sebaiknya visi yang memang jaraknya cukup jauh itu didekatkan dengan menunjuk titik-titik tujuan antara sebelum sampai pada tujuan utama yang lebih besar.
Kalau kita mengambil contoh Bank BNI, visi terjauhnya sementara ini berada pada kordinat 2018 yakni menjadi Bank kebanggaan nasional yang unggul dalam layanan dan kinerja. Untuk mendekatkan tujuan tersebut dari titik berangkat ditetapkan kordinat 2008 sebagai titik pencapaian unggul dalam layanan selanjutnya pada titik 2013 unggul dalam kinerja. Bilah kemudinya atau nilai-nilai yang akan mengarahkan ke titik-titik dalam peta navigasi tersebut adalah kenyamanan dan kepuasan kepada semua stakeholdernya.
Hari senin, permulaan hari penuh gairah dalam perjalanan menumbuhkembangkan organisasi. Saya kini lebih suka menyebut hari senin sebagai hari yang penuh gairah karena berdasarkan pengalaman, kalau menyebutnya sebagai hari permulaan rutinitas maka yang kejadian memang seperti itu, saya selalu ditimbun rutinitas.
”Bagaimana keluarga yang diantar ke priok, sudah tiba?” Tanya Randi yang bertanya penuh arti dengan senyum terkulum.
”Saya yakin tiba besok,” jawabku mengerti arah pertanyaannya. ”Pilihan naik kapal laut atau lewat udara adalah pilihan masing-masing, tentu mereka sudah siap dengan konsekuensinya soal waktu. Tapi saya yakin mereka menikmati perjalanan itu,” ujarku sambil menepuk bahu Randi.
Kami lalu terlibat pembicaraan sejenak soal bilah kemudi yang membuatnya lupa melanjutkan ledekannya soal naik kapal laut.
Seperti biasa, saya melihat matanya berbinar-binar dipenuhi keingintahuan. Kali ini aku tidak bisa melayaninya langsung karena ada prioritas bertemu klien. Saya berjanji menceritakannya saat makan siang nanti.
Artikel ini adalah salah satu artikel dari Buku The Golden Rule of Success oleh Ben B Nur . Untuk pemesanan dan pertanyaan dapat mengirimkan email ke selamatpagi@rocketmail.com ..
0 comments:
Post a Comment
Tim Gudang Materi mengharapkan komentar anda sebagai kritik dan saran untuk kami .. Hubungi kami jika anda mengalami kesulitan !