Ben adalah sapaannya dan Menulis adalah bagian dari kesehariannya sejak di bangku Sekolah Menengah Atas. Menulis dari majalah dinding, membuat bulletin sendiri sampai ke koran-koran lokal di tempat kelahirannya. Sejak menginjakkan kaki di Perguruan Tinggi, ia langsung bergabung mengelola koran kampus, Identitas nama koran kampusnya.
Tak mengherankan ketika selesai dari Perguruan Tinggi tahun 1987, meskipun ilmunya seputar masalah laut dan ikan-- salah satu sebab ia dipanggil Benur – singkatan dari namanya B. Nur, ia langsung bekerja sebagai jurnalis di koran Pedoman Rakyat. Semasa bekerja di koran inilah ia berhasil membawa medianya memenangkan penghargaan Kalam Kencana Tingkat Nasional untuk kategori tulisan populer masalah pembangunan.
Selain sebagai jurnalis, ia juga menggeluti aktivitas pengembangan masyarakat akar rumput, biasa disebut pekerja LSM. Ia salah seorang besutan dari Yayasan Bina Swadaya yang banyak menularkan paham-paham keswadayaan bagi masyarakat dan generasi muda di negeri ini. Semasa menggeluti profesi ini ia banyak berhubungan dengan lembaga donor dan lembaga internasional hingga pada periode ini, ia harus sering melakukan perjalanan ke mancanegara untuk membangun jaringan.
Entah darimana mulainya, ia ternyata kemudian diterima sebagai pegawai negeri pada tahun 1989. Rekan-rekannya sesama pekerja LSM tentu saja kaget, dan akhirnya sepakat memberinya gelar “pekerja LSM yang dititipkan di lembaga pemerintah”. Dan memang, semasa karirnya sebagai pegawai negeri hingga tahun 2003, ia lebih berperilaku seperti pekerja LSM ketimbang sebagai pegawai negeri.
Saat terjadi pergolakan reformasi tahun 1998, ketika kebanyakan kantor pemerintah tertutup, justru ruangannya tetap terbuka lebar 24 jam. Ia mengusahakan apa saja yang bisa ia berikan untuk membantu rekan-rekannya sesama pekerja LSM dan mahasiswa agar bisa mengaktualisasikan diri. Ia hanya selalu memesankan: “Jangan anarkis, karena perbuatan anarkis sebahagian adalah karena amarah, dan setan suka menunggangi jiwa yang marah.”
Ia sempat menghilang dari Indonesia sekitar dua tahun 1992 – 1994, selain menyelesaikan studi S2 di Inggris, ia juga masih sempat ke beberapa tempat di mancanegara mencari mitra kerjasama untuk program-program penyelamatan lingkungan hidup.
Saat sekolah di Inggris, Benur kemudian lebih sering dipanggil Ben oleh dosen dan teman-temannya, yang mungkin agak susah menyebut Benur. Saat ia menerima ijazah, entah bagaimana kejadiannya sehingga yang tertulis adalah Ben Baharuddin Nur.
Ia kini bekerja di lembaga Konsultan Manajemen, Organisasi dan Sumberdaya Manusia bernama Dunamis, pemegang lisensi tunggal dari Franklin Covey Internasional untuk berbagai training bertaraf internasional yang berlisensi. Ia mengaku rajin menulis, minimal selembar sehari sejak dua puluh tahun lalu.
Tumpukan kertas yang sebahagian sudah menguning, ada yang ditulis tangan, pakai mesin ketik manual, mesin ketik listrik sampai hasil print out komputer, menjadi saksi dari konsistensinya. Baginya, menulis adalah salah satu cara membangun keseimbangan, karena menulis pasti melibatkan akal, hati, jiwa dan fisik secara simultan, dan itu sehat.
Ben Baharuddin Nur juga merupakan seorang penulis Buku dengan Best Seller-nya The Golden Rule of Success dan Spirit !.
Kini Ben Baharuddin Nur juga mempunyai Website yang anda dapat akses di Procurement-Indonesia.com !
Untuk melihat semua Postingan tentang Ben Baharuddin Nur di GudangMateri.com , silahkan lihat Label Ben Baharuddin Nur .
Salam Carpe Diem,
Ben Baharuddin Nur
0 comments:
Post a Comment
Tim Gudang Materi mengharapkan komentar anda sebagai kritik dan saran untuk kami .. Hubungi kami jika anda mengalami kesulitan !