PENDAHULUAN
Bab ini akan mengupas model keseimbangan ekonomi berdasarkan pendekatan teori Klasik, Keynesian dan Sintesis Klasik Keynesian. Yang dimaksud dengan analisis keseimbangan adalah analasis ekonomi makro tentang terbentuknya tingkat harga dan jumlah output sebesar asumsi bahwa pada setiap pasar (barang dan jasa, tenaga kerja dan uang) permintaan telah sama dengan penawaran, sehingga permintaan agreat telah sama dengan penawaran agreat.
Keterbatasan dari analisis keseimbangan ini adalah asumsi yang mendasarinya (keseimbangan pasar) kurang realistis disbanding dunia nyata, terutama bila analisisnya jangka pendek. Banyak ekonom, terutama penganut aliran Keynesian, yang berpandangan bahwa dalam dunia nyata, apalagi dalam jangka pendek, pasar sulit untuk berada dalam keseimbangan. Salah satu alasannya adlah dalam jangka pendek harga cenderum kaku (sulit berubah). Akibatnya, dalam jangka pendek kemungkinan besar yang terjadi adalah ketidak seimbangan pasar (market disequilibrium).
Namun demikian analisis keseimbangan merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk membangun dasar – dasar kemampuan analisis ekonomi makro yang baik. Dalam analisis keseimbangan, kita memperbanyak asumsi – asumsi dan faktor – faktor cateris paribus. Tujuannya adlah agar analisis menjadi lebih focus.
Jika sudah terbiasa dengan analisis yang terfokus, kemampuan kan ditingkatkan untuk melakukan analisis yang lebih benar dan atau realistis. Pada saat itulah asumsi – asumsi dan faktor – faktor cateris paribus dikurangi. Tentu saja, peralatan analisis yang dipakai menjadi lebih kompleks, dinamis dan tidak perlu mengasumsikan pasar selalu berada dalam keseimbangan.
Keynesianisme atau ekonomi Keynesian atau Teori Keynesian, adalah suatu teori ekonomi yang didasarkan pada ide ekonom Inggris abad ke-20, John Maynard Keynes. Teori ini mempromosikan suatu ekonomi campuran, Dimana baik negara maupun sektor swasta memegang peranan penting. Kebangkitan ekonomi Keynesianisme menandai berakhirnya ekonomi laissez-faire, suatu teori ekonomi yang berdasarkan pada keyakinan bahwa pasar dan sektor swasta dapat berjalan sendiri tanpa campur tangan negara.
Teori ini menyatakan bahwa trend ekonomi makro dapat mempengaruhi perilaku individu ekonomi mikro. Berbeda dengan teori ekonom klasik yang menyatakan bahwa proses ekonomi didasari oleh pengembangan output potensial, Keynes menekankan pentingnya permintaan agregat sebagai faktor utama penggerak perekonomian, terutama dalam perekonomian yang sedang lesu.
Ia berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dapat digunakan untuk meningkatkan permintaan pada level makro, untuk mengurangi pengangguran dan deflasi. Jika pemerintah meningkatkan pengeluarannya, uang yang beredar di masyarakat akan bertambah sehingga masyarakat akan terdorong untuk berbelanja dan meningkatkan permintaannya (sehingga permintaan agregat bertambah). Selain itu, tabungan juga akan meningkat sehingga dapat digunakan sebagai modal investasi, dan kondisi perekonomian akan kembali ke tingkat normal.
Kesimpulan utama dari teori ini adalah bahwa tidak ada kecenderungan otomatis untuk menggerakan output dan lapangan pekerjaan ke kondisi full employment (lapangan kerja penuh). Kesimpulan ini bertentangan dengan prinsip ekonomi klasik seperti ekonomi supply-side yang menganjurkan untuk tidak menambah peredaran uang di masyarakat untuk menjaga titik keseimbangan di titik yang ideal.
Analisis Keseimbangan Model Ekonomi Klasik
1. Karakteristik Analisis Keseimbangan Klasik
Karakteristik analisis dapat dilihat dari beberapa aspek , diantaranya asumsi – asumsi, fondasi mikronya, fokus perhatian pada sisi penawaran, dan dimensi waktu.
a. Asumsi – asumsi
Asumsi yang mendasari model IS-LM merupakan kombinasi asumsi model Klasik dan Keynes, yaitu :
1. Pasar akan selalu dalam keseimbangan
2. Berlakunya hukum walras : Hukum walras mengatakan bila perekonomian terdapat n pasar, dan sebanyak n-1 pasar telah berada dalam keseimbangan, maka pasar ke-n niscaya telah mencapai keseimbangan
3. Fungsi uang sebagai alat transaksi dan spekulasi
4. Perekonomian adalah perekonomian tertutup
b. Pentingnya Fondasi Analisis Keseimbangan Mikro
Analisis keseimbangan makro klasik merupakan Analisis keseimbangan makro klasik merupakan pengembangan lebih lanjut dari analisis keseimbangan mikro. Dalam padangan kaum klasik, perekonomian secara makro akan berada dalam keseimbangan jika individu-individu dalam perekonomian terlebih dahulu berada dalam keseimbangan. Artinya, setiap produsen telah mencapai laba maksimum. Itulah sebabnya dalam mempelajari analisis makro klasik, kita harus mempelajari tentang perilaku konsumen, perilaku produsen dan pasar persaingan sempurna.
Dari penjelasan ini nampak bahwa apa yang diproduksi (penawaran) akan terserap oleh permintaan, sampai pasar mencapai keseimbangan. Memang ada kemungkinan terjadi kelebihan permintaan tau penawaran, tatapi sifatnya sangat sementara, sampai pasar kembali berada dalam keseimbangan. Karenanya, yang lebih diperhatikan adalah sisi penawaran. Sebab jika penawaran terganggu konsumen dan atau produsen tidak atau belum mencapai keseimbangan.
Disamping itu, Klasik mengakui adanya perbedaan dimensi jangka waktu analisis. Analisis jangka pendek umumnya berdimensi < 5 tahun. Dalam jangka panjang semua input bersifat variabel. Sementra itu, juga, dilihat dari sisi penawaran, dalam jangka panjang perekonomian dianggap berada dalam kondisi dimanfaatkan secara penuh (full employment). Yang dimaksud dengan full employment adalah kondisi di mana faktor-faktor produksi yang ada, terutama barang modal dan tenaga kerja, tingkat pemanfaatannya 96 %.
Dalam model klasik, produksi merupakan fungsi dari jumlah barang modal yang tersedia (K) dan jumlah tenaga kerja (L). Y = f(K, L) Keseimbangan pasar tenaga kerja tercapai ketika permintaan tenaga kerja sama dengan tingkat penawarannya.
Ketika itu, baik produsen maupun tnaga kerja telah mencapai kondisi optimal. Produsen mencapai keuntungan maksimum, tenaga kerja mencapai utuilitas maksimum. Klasik memandang uang hanya sebagai alat tukar, maka uang tidak dapat mempengaruhi tingkat output. Uang hanya mempengaruhi permintaan agregat. Penambahan jumlah uang beredar akan mengingkatkan permintaan agregat.
c. Pentingnya analisis sisi penawaran Konsekuensi dari penjelasan pada butir a dan b di atas adalah tidak ada masalah dari sisi permintaan. Apa yang diproduksi akan terserap oleh permintaan, sampai pasar mencapai keseimbangan. Memang ada kemungkinan terjadi kelebihan permi ntaan dan penawaran, teetapi sifatnya sangat sementara,sampai pasar kembali berada dalam keseimbangan. Karenanya, yang perlu lebih diperhatikan adalah sisi penawaran.
Sebab jika penawaran terganggu, konsumen dan atau produsen tidak atau belum mencapai keseimbangan. Pentingnya analisis sisi penawaran dari teori klasik dapat dipahami bila melihat situasi dan kondisi masyarakat pada saat teori ekonomi modern mulaim berkembang (abad 18 dan sesudahnya dibarat).
Pada waktu itu masyarakat barat baru dalam tahap awal perkembangan. Tekhnologi belum begitu maju, tingkat kelahiran dan kematian penduduk sangat tinggi,sehingga jumlah penduduk relative konstan karena tingkat pertambahannya begitu lambat. Perekonomian masih berada dalam tahap pemenuhan kebutuhan sendiri, di mana kegiatan utamanya adalah pertanian pengumpulan hasil alam, terutam apeternakan dan perikanan. Tingkan penggunaan uang (tingkat monetisasi)juga masih sangat rendah.
Kelebihan produksi yang dimiliki oleh satu individu (keluarga) akan dipertukarkan (dengan produk lain yang dibutuhkan)dengan kelebihan produksi yang juga di alami oleh individu (keluarga)lain. Pertukaran baru terjadi jika terdapat pertemuan kebutuhan antara dua pihak. Proses pertukaran berlangsung muka berhadapan muka, sehingga proses tawar menawar terjadi tanpa perantara (auction market).
Mereka jug ahidup di alam yang relative keras(empat musim) di mana kegiatan pertanian tidak bias dilakukan sepanjang tahun. Karena itu yang menjadi masalah adalah bagaiman mengusahakan agar alam dapat menghasilkan lebih banyak dan lebih baik. Itulah sebabnya sisi penawaran sangat perlu diperhatikan. Di era modern sekarang ini, analisis sisi penawaran masih cukup relevan, baik di Negara-negara maju (eropa barat, amerika utara, dan jepang ) maupun di NSB, termasuk Indonesia. Sebab tanpa insentif dan stimulasi di sisi penawaran perekonomian sulit berkembang
Contoh : Penawaran Minyak Sawit Pasar minyak sawit dunia hingga pada tahun 2005 mencapai total produksi lebih dari 33 juta ton, lebih dari 85% diantaranya diproduksi oleh Malaysia dan Indonesia. Pertumbuhan produksi minyak sawit oleh Malaysia dan Indonesia terus tumbuh secara signifikan dalam sepuluh tahun terakhir sejalan dengan ekspansi lahan perkebunan kelapa sawit yang meningkat dengan tingkat pertumbuhan di atas 7% per tahun (BPS. 2005).
d. Analisis jangka pendek dan jangka panjang
Perbedaan dimensi jangka waktu dalam analisis dalam model keseimbangan klasik juga mencakup pengertian waktu keronologis. Analisis jangka pendek umumnya berdimensi waktu < 5 tahun. Dalam jangka panjang semua input bersifat variabel. Sementara itu, juga dilihat dari sisi penawaran , dalam jangka panjang perekonomian di anggap berada dalam kondisi di manfaatkan / dikaryakan secara penuh (full employment). Yang di maksud dengan full employment adalah kondisi di mana faktor faktor produksi yang ada, terutama barang modal dan tenaga kerja, tingkat permanfaatannya > 96%.
Perbedaan jangka pendek dan jangka panjang.
- Jangka Pendek
Didalam jangka pendek apabila sebagian dari faktor produksi di anggap tetap jumlahnya. Contoh: Perbandingan perusahaan roti dengan perusahaan pengangkutan udara.
- Jangka Panjang
Bahwa dalam jangka panjang setiap faktor produksi dapat ditambah jumlahnya kalau memang hal tersebut diperlukan. Contoh:Jumlah alat-alat produksi dapat di tambah,penggunaan mesin-mesin dapat di rombak dan dapat di pertinggi efisiensinya,jenis barang-barang baru dapat diproduksikan.
Fungsi Produksi Agregat
Model perilaku ekonomi individu atau agregat merupakan suatu penyerdehanaan dari masalah ekonomi dunia nyata yang lebih kompleks dan rumit. Dalam penyusunan model ini, para ekonom memusatkan perhatian pada apa yang mereka anggap sebagai determinan penting dari berbagai fenomena yang di analisis. Misalnya , dalam menganalisis tingkat output agregat, perekonomian perlu di bagi menjadi beberapa sector pengeluaran, yaitu : rumah tangga, perusahaan,pemerintah,dan sector internasional, maka ekonom dapat meramalkan tingkat output agregat.
Dalam model klasik , produksi merupakan fungsi dari jumlah barang modal yang tersedia (K) dan tenaga kerja (L).
Y=f(K,L)
Dimana:
Y= output atau produksi agregat (PDB)
K= Stok barang modal
L= tenaga kerja
Dalam jangka pendek, stok barang modal dianggap tetap, sehinnga fungsi produksi menjadi :
Y=f(K ,L)
Dimana:
K = Stok barang modal dengan jumlah konstan
Karena itu , tingkat produksi agregat semata-mata ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang digunakan:
Y=f(L)
∂Y /∂L>0 dan ∂2Y/∂2Y/∂2L<0
Artinya, pada awalnya penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi agregat, tetapi Karen berlakunya hukum pertambahan hasil yang makin menurun , sampai jumlah tertentu penambahan tenaga kerja akan menurunkan output agregat. Dalam fungsi agregat jangka pendek, dengan input variable adalah tenaga kerja
Kesempatan kerja dalam keseimbangan
Yang dimaksud dengan kesempatan kerja adalah jumlah kesempatan kerja yang tersedia pada pasar tenaga kerja dalam keseimbangan. Kesempatan kerja dalam keseimbangan tidak mencerminkan kesempatan kerja yang sebenarnya tersedia. Sebab , kesempatan kerja dalam keseimbagan merupakan interaksi antara kekuatan permintaan dengan penawaran tenaga kerja.
a. Permintaan tenaga kerja
Permintaan tenaga kerja dalam keseimbanga adalah jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai lba maksimum. Karena beroperasi dalam pasar persaingan sempurna , maka posisis perusahaan adalah pricetakaer, dimana haraga tyang ditetapkan pasar merupakan penerimaan marjinal ( marginal revenue, disingkat MR) perusahaan. Untuk mencapai kondisi laba maksimum, perusahaan harus menyamakan MR dengan MC (MR=MC).
Pada saat belajar tentang teori biaya, biaya marjinal atau marjinal cost MC adaalh tambahan biaya yang harus dikeluarkan karena menambah output sebanyak satu unit. Juga MC mempunyai hubungan terbalik dengan produksi marjinal tenaga kerja (MPL), sehingga jika upah per orang tenaga kerja adalah W, maka biaya marjinal (MC) adalah:
MC= W/MPL
Karena laba maksimum tercapai pada saat MR=P=MC, maka:
P=W/MPL
Atau
MPL= W/P
Persamaan ini menggambarkan fungsi permintaan tenaga kerja , yang secara umum dapat ditulis sebagai:
DL= f(W/P)
(W/P) disebut sebagai upah riil (real wage). Upah riil akan berubah jika upah nominal dan atau harga berubah. Jika tingkat upah nominal dianggap tetap, dari persamaan (W/P) terlihat bahwa upah riil akan menjadi lebih rendah bila tingkat harga jual barang makin tinggi. Misalnya, awalnya upah nominal adalah Rp 10.000/hari,sedangkan harga jual perunit output adalah Rp 1000 maka upah riil tenaga kerja adalah 10. Bila harga jual perunit naik manjadi Rp 2000 maka upah riil menjadi 5. Dengan asumsi upah nominal tetap, maka kenaikan harga jual output menyebabkan upah riil menjadi lebih murah.
Tingkat upah riil juga akan turun jika harga jual barang tetap, tetapi tingkat upah nominal turun. Bila harga jual perunit output adalah Rp 1000 maka upah rii pada upah nominal Rp 10000 atau sama dengan 10 adalah lebih murah dibandingkan dengan bila upah nominal Rp 20000/hari (samadengan 20).
Bila upah riil turun , produsen akan mau menambah tenaga kerja yang akan digunakan. Sebab, misalnya jika harga jual naik, produsen mau meningkatkan produksinya, yang dapat berarti meningkatkan permintaan tenaga kerja. Dengan kata lain, permintaan terhadap tenaga kerja berhubungan terbalik dengan tingkat upah riil:
∂L/∂(W/P) < 0
Jika upah riil turun, permintaan terhadap tenaga kerja meningkat. Begitu sebaliknya. Dari Persamaan ini jumlah tenaga kerja yang memberikan keuntungan maksimum tercapai pada saat upah riil (W/P) sama dengan produksi marjinal tenaga kerja (MPL).
b. Penawaran Tenaga kerja
Penawaran tenaga kerja adalah jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh individu (konsumen) pada berbagai tingkat upah(nominal), dalam upaya memaksimumkan utilitas hidupnya. Jadi, dalam analisis makro klasik, penawaran tenaga kerja merupakan konsep keseimbangan konsumen.
Untuk memaksimumkan kegunaan utilitasnya, konsumen harus memaksimumkan utilitas kegiatan konsumsinya. Untuk memaksimumkan kegiatan konsumsinya, konsumen harus mempunyai pengahasilan agar dapat membeli barang dan jasa. Dia harus bekerja !
Jumlah jam kerja yang ditawarkan konsumen sangat tergantung pada prefensinya tentang bekerja atau tidak bekerja dan biaya ekonomi(opportunity cost) dari tidak bekerja. Maksudnya, konsumen mempunyai pilihan kombinasi alokasi waktunya(yang satu hari maksimal 24 jam bekerja) untuk bekerja atau tidak bekerja. Jika memilih tidak bekerja, dia dapat menikmati waktunya untuk kegiatan lain, tetapi dia akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh penghasilan. Keduanya dapat dikombinasikan untuk mencapai utilitas maksimum sesuai dengan prefensinya(digambarkan dalam kurva indiferensi). Bagi yang kurang suka bekerja mungkin, waktu yang dialokasikan untuk bekerja adalah lebih sedikit dibandingkan waktu untuk bekerja. Sebaliknya mereka yang kecanduan bekerja(work holic)hampir semua waktunya yang 24 sehari digunakan untuk bekerja .
Sama seperti produsen, pertimbangan utama konsumen untuk mengalokasikan jam kerjanya adalah tingakt upah riil. Jika upah riil makin tinggi, maka biaya ekonomi dari tidak bekerja akan makin mahal. Konsumen akan menambah jam kerjanya untuk menambah penghasilan.Dengan penghasilan yang tinggi, konsumen akan mencapai kondisi keseimbangan ditingkat yang lebih tinggi juga. Atau utilitas hidup konsumen makin tinggi
Dalam kondisi normal,konsumen tidak ingin menambah jam kerjanya jika upah riil tidak meningkat. Sehingga hubungan positif antara upah riil dengan penawaran tenaga kerja(jam kerja) adalah :
SL=f(w/p)
Dimana :
SL= Penawaran tenaga kerja
(W/P)= Upah riil
Hubungan positif antara penawaran tenaga kerja dengan tingkat upah riil dapat divisualisasikan dalam kurva penawaran tenaga kerja berikut ini.
c. Keseimbangan pasar tenaga kerja dan tingkat input
Kerja bersaing dengan waktu luang (leisure). Jika para pekerja member nilai positif pada waktu luang, terdapat kenaikan manfaat negate dihubungkan dengan tiap tambahan jam input tenaga kerja. Kita akan mengansumsikan bahwa kenaikan manfaat yang negative dari kerja dapat dibayar dengan kenaikan balas jasa material .
Jumlah Uang yang beredar , Keseimbangan Ekonomi , dan Tingkat Harga
a. Pengaruh Jumlah Uang Yang Beredar Terhadap Permintaan Agregat
Karena fungsi uang hanya sebagai alat tukar, maka uang tidak dapat mempengaruhi tingkat output. uang hanya mempengaruhi permintaan agregat. Penambahan jumlah uang yang beredar akan meningkatkan permintaan agregat.
b. Penawaran Agregat
Sementara itu, dalam anlisis klasik, perekonomian berada dalam kondisi kesempatan kerja penuh ( full employment ). Konsekuensi dari asumsi ini adalah tingkat penawaran tidak dapat ditambah lagi. Secara grafis hal itu ditunjukkan dengan tegak lurusnya kurva penawaran agregat (AS) seperti tampak pada Diagram I.5.b. misalkan saja, kondisi full employment menghasilkan output rill sebesar 2000 unit, yang dapat juga dinotasikan sebagai Y12 .
DAFTAR PUSTAKA
A.Diulio,ph.d. Teori Makro Ekonomi. Jakarta. 1994. Erlangga.
Sadono Sukirno. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta. 2008. PT Raja GrafindoPersada.
Pratama Rahardja, Mandala Manurung. Teori Ekonomi Makro. Jakarta. 2001. LPFE UI.
http://id.wikipedia.org/wiki/Adam_Smith diakses tanggal : 10 Desember 2010
www.adamsmith.org/ diakses tanggal : 10 Desember 2010
www.media.isnet.org/iptek/100/AdamSmith.html diakses tanggal : 10 Desember 2010
www.ahim.staff.gunadarma.ac.id/…/Bab+2+Teori+Ekonomi+Klasik+dan+Keyness.ppt diakses tanggal : 10 Desember 2010
www.olimpiade.org/Forum/viewtopic.php?t=1628 diakses tanggal : 10 Desember 2010