A. Latar Belakang
Hampir semua lembaga maupun pengamat bisnis dalam pendekatannya banyak menggunakan analisis SWOT. Hal tersebut di lakukan oleh semua lembaga maupun pengamat bisnis, untuk mengkaji kekuatan dan kelemahannya pada lembaga tersebut, sebelum menentukan tujuan dan menggariskan tindakan pencapaian tujuan, yang merupakan konsekuensi logis yang perlu di tempuh perusahaan agar supaya lancar didalam operasionalnya.
Lingkungan eksternal mempunyai dampak yang sangat berarti pada sebuah lembaga pendidikan. Selama dekade terkhir abad ke dua puluh, lembaga-lembaga ekonomi, masyarakat, struktur politik, dan bahkan gaya hidup perorangan dihadapkan pada perubahan-perubahan baru.
Perubahan masyarakat industri ke masyarakat informasi dan dari ekonomi yang berorientasi manufaktur ke arah orientasi jasa, telah menimbulkan dampak yang signifikan terhadap permintaan atas program baru pendidikan kejuruan yang ditawarkan (Martin, 1989).
Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opprtunities, and Threats) telah menjadi salah satu alat yang berguna dalam dunia industri. Namun demikian tidak menutup kemungkinan untuk digunakan sebagai aplikasi alat bantu pembuatan keputusan dalam pengenalan program-program baru di lembaga pendidikan.
Proses penggunaan manajemen analisis SWOT menghendaki adanya suatu survei internal tentang Strengths (kekuatan) dan Weaknesses (klemahan) program, serta survei eksternal atas Opportunities (ancaman) dan Thterats (peluang/kesempatan) .Pengujian eksternal dan internal yang struktur adalah sesuatu yang unik dalam dunia perencanaan dan pengembangan kurikulum lembaga pendidikan.
Para pendidik harus berperan sebagai penggagas atau innovator dalam merancang masa depan lembaga yang mereka kelola. Strategi-strategi baru yang inovatif harus dikembangkan harus memastika bahwa lembaga pendidikan akan melaksanakan tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan masyarakat mendatang khususnya pada abad 21 dan setelahnya. Untuk melakukan hal ini, antara lain dibutuhkan sebuah pengujian mengenai bukan saja lingkungan lembaga pendidikan itu sendiri tetapi juga lingkungan eksternalnya (Brodhead,1991). Analisis kekuatan, kelemahan, kesempatan/peluang, dan ancaman atau SWOT (juga di kenal sebagai analisis TWOS dalam beberapa buku manajemen), menyediakan sebuah kerangka pemikiran untuk para administrator pendidikan dalam memfokuskan secara lebih baik pada layanan kebutuhan dalam masyarakat.
Meskipun sebenarnya analisa ini banyak di tujukan untuk penerapan dalam bisnis, ide penggunaan perangkat ini dalam bidang pendidikan bukanlah hal yang sama sekali baru. Sebagai contoh, Gorski (1991) menyatakan pendekatan ini untuk meningkatkan minat dalam masyarakat untuk memasuki sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan. Perangkat manajemen yang sedianya ditujukan untuk bidang industri sering kali bisa diolah untuk diterapkan dalam bidang pendidikan, karena adanya kemiripan yang fundamental dalam tugas-tugas administraitf .
SWOT adalah teknik yang sudah sederhana, mudah dipahami, dan juga bisa digunakan dalam merumuskan strategi-strategi dan kebijakan-kebijakan untuk pengelolaan pegawai administrasi (administrator). Sehingga, SWOT di sini tidak mempunyai akhir, artinya akan selalu berubah sesuai dengan tuntutan jaman.
Sehubungan dengan penjelasan tersebut di atas penulis akan menyoroti tentang permasalahan yang berkaitan dengan Analisis SWOT dalam Merancang Inovasi.
B. Rumusan Masalah
Untuk mencapai suatu kesuksesan tidak begitu mudah tetapi tentunya melalui proses yang optimal, seperti halnya di dalam merancang inovasi dalam lembaga pendidikan, faktor yang mempengaruhi analisis SWOT, di antaranya faktor internal dan faktor eksternal. Dari beberapa faktor tersebut, penulis sangat tertarik untuk mengetahui tentang Analisis SWOT dalam Merancang inovasi. Masalah tersebut cukup menarik untuk di teliti, dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis. Sesuai dengan tugas yang diberikan, maka penulis akan membatasi pada pokok masalah, yaitu “Analisis SWOT dalam Merancang Inovasi”.
C. Tujuan Penulisan
Maksud dan tujuan penulisan makalah Analisis SWOT dalam Mearancang Inovasi ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Proses Perencanaan Strategi Mutu
2. Untuk mengetahui berapa banyak lingkungan yang dapat mempengaruhi satu lembaga Pendidikan
3. Untuk mengetahui lebih dalam masalah lingkungan eksternal dan internal
4. Untuk mengetahiu sejauh mana ancaman yang dihadapi oleh suatu lembaga pendidikan baik ancaman dari lembaga itu sendiri maupun dari luar lembaga
5. Untuk mengetahui secara detail tentang Analisis SWOT
D. Manfaat penulisan
Semoga makalah ini dapat, memperoleh gambaran dan pemahaman tentang Analis SWOT dalam Merancang Inovasi, serta dapat mengetuk hati para pejabat, guru-guru dan orang-orang yang bertanggung jawab dalam meningkatkan kualitas pendidikan di negara Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Analisis SWOT
ANALISIS SWOT (Analisis Tingkat Kesiapan Fungsi Perluasan Kesempatan dan Pmerataan Pendidikan) :
a. Kekuatan / Potensi (Strengths)
1. Tersedianya dan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan.
2. Tersedianya perundang-undangan pendidikan.
3. Keamanan aparat untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan.
4. Tersedianya fasilitas sarana dan prasarana pendidikan.
5. Adanya promosi pendidikan.
- UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
- UU RI No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
- UU RI No. 25 Tahun 2000 s/d 2004 tentang Program Pembangunan Nasional.
6. Adanya Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
7. Adanya Dunia Usaha dan Industri.
b. Kelemahan/Kekurangan (Weaknesses)
1. Tugas rangkap pemberi pelayanan pendidikan.
2. Kurangnya dedikasi dan mutu sebagian tenaga pendidikan (SDM)
3. Belum optimalnya fungsi tim perencanaan.
4. Kurangnya informasi di bidang pendidikan, khususnya tentang SMK.
5. Input SMK BERSAL dari NEM SLTP yang relative rendah serta dilatarbelakangi oleh ekonomi yang rendah.
6. Kurangnya kepedulian pihak swasta terhadap pendidikan.
c. Peluang /Kesempatan (Opportunities)
1. Adanya partisipasi dukungan masyarakat di bidang pendidikan.
2. Adanya dukungan pemerintah kabupaten.
3. Adanya dunia usaha/industri yang bersedia kerja sam dengan sekolah.
4. Kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan pendidikan.
5. Adanya pelayanan pendidikan swasta.
6. Adanya kebijakan pengembangan SMK dari Direktorat Dikmenjur.
d. Ancaman (Threats)
1. Perilaku dan budaya masyarakat yang kurang mendukung program pendidikkan.
2. Masih adanya krisis ekonomi yang melemahkan kemampuan masyarakat secara finanasial.
3. Belum mempunyai pemerintahan kabupaten untuk membantu biaya penyelenggaraan pendidikan sepenuhnya.
4. Image Masyarakat bahwa SMK tidak menjanjikan masa depan yang lebih baik.
Peningkatan Mutu dan Relevan Pendidikan
a. Kekuatan/Potensi (Strengths)
1. Adanya dukungan pemerintah kabupaten dalam mendaya gunakan peraturan perundangan di bidang pendidikan.
2. Adanya komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan
3. Adanya program Ivent kompetensi tentang kompetensi siswa , baik tingkat daerah, regional, nasional, maupun intrnasional.
4. Adanya lembaga-lembaga Diklat Kejuruan
b. Kelemahan/Kekurangan (Weaknesses)
1. Rendahnya dedikasi sebagian guru terhadap tugasnya.
2. Rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
3. Terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan yang ada di beberapa sekolah.
4. Rendahnya motivasi belajar pada sebagian siswa
5. Rendahnya tingkat pendapatan/ekonomi masyarakat.
c. Peluang/Kesempatan (Opportunities)
1. Dengan mendayagunakan peraturan perundangan di bidang pendidikan, pelayanan pendidikan yang bermutu, merata dan terjangkau.
2. Adanya partisipasi masyarakat dibidang pendidikan.
3. Adanya Kebijakan Diklat Wirausaha yang melatih kemandirian siswa
4. Mendayagunakan sarana prasarana yang ada dalam rangka pelayanan pendidikan yang bermutu.
5. Adanya penghargaan/beasiswa bagi siswa yang kurang mampu dan berprestasi baik dalam melanjutkan pendidikan maupun yang bekerja.
d. Ancaman (Threts)
1. Kurangnya dukungan masyarakat terhadap program sekolah.
2. Tidak tercapainya upaya mewujudkan kemandirian sekolah.
3. Kurang pedulinya DU/DI terhadap pendidikan.
4. Adanya kebijakan sistem pendidikan yang sering berubah.
5. Berlakunya Era Pasar Bebas Asean dan Asia 2010 memiliki konsekuensi tumbunya persaingan yang amat ketat dalam segala aspek kehidupan.
Analisis SWOT merupakan salah satu analisis pilihan (strategic chice) yang sudah sangat populer. Dlam bahasan ini, analisis SWOT akan digunakan sebagai instrument analisis yang dapat memkaiinstrumen lain yang lebih sesuai atau memadai dengan lokus-lokus yang telah di tentukan dalam simulasi sub kelompok atau kelompok.
Tahapan ini merupakan kelanjutan dari tahapan sebelumnya maka metode evaluasi dan analisis pada tahapan ini harus dapat mengakomodasikan hasil analisis sebelumnya. Oleh karena itu, analisis yang digunakan pada tahapan sebelumnya, juga digunakan pada tahapan ini.
SWOT adalah singkatan dari Strengths, Weaknsses, Opportunuities, and THREATTS (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman). Analisis SWOT sudah menjadi alat yang umum dugunakan dalam perencanaan strategis pendidikan, namun ia tetap merupakan ala. Efektif dalam menempatkan potensi institusi. SWOT dapat dibagi ke dalam dua elemen, analisa internal yang berkonsentrasi pada prestasi institusi itu sendiri dan analisa lingkungan.
Uji kekuatan dan kelemahan pada dasarnya merupakan audit internal tentang seberapa efektif performa institusi. Sementara peluang dan ancaman berkonsentrasi pada konteks eksternal atau lingkungan tempat sebuah institusi beroperasi.
Analisa SWOT bertujuan untuk menemukan aspek-aspek penting dari hal-hal tersebut di atas: kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Tujuan pengujian ini adalah untuk memaksimalkan kekuatan, meminimalkan kelemahan, mereduksi ancaman dan membangun peluang.
Aktivitas SWOT dapat diperkuat dengan menjamin analisa tersebut berfokus pada kebutuhan pelanggan dan konteks kompetitif tempat institusi beroperasi. Ini adalah dua variable kunci dalam membangun atau mengembangkan strategi jangka panjang institusi. Strategi ini harus dikembangkan dengan berbagai metode yang dapat memungkinkan institusi mampu mempertahankan diri dalam menghadapi kompetisi serta mampu memaksimalkan daya tariknya bagi para pelanggan.
Jika pengujian tersebut dipadukan dengan pengaduan visi dan nilai, maka akan ditemukan sebuah identitas yang berbeda dari para pesaingnya. Begitu sebuah identitas disitingtif mampu dikembangkan dalam sebuah institusi, maka karakteristik mutu dalam institusi tersebut akan menjadi lebih mudah diidentifikasi.
Analisis SWOT secara sederhana mudah dipahami sebagai pengujian terhadap kekuatan dan kelemahan internal sebuah organisasi, serta kesempatan dan ancaman lingkungan eksternalnya. SWOT adalah perangkat umum yang didesain dan digunakan sebagai langkah awal dalam proses pembuatan keputusan dan sebagai perencanaan strategis dalam berbagai terapan (Johnson, dkk., 1989; Bartol dkk., 1991).
Jika hal ini digunakan dengan benar, maka dimungkinkan bagi sebuah sekolah untuk mendapatkan sebuah gambaran menyeluruh mengenai situasi sekolah itu dalam hubungannya dengan masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan yang lain, dan lapangan industri yang dimasuki oleh murid-muridnya.
Sedangkan pemahaman mengenai faktor-faktor eksternal, (terdiri atas ancaman dan kesempatan), yang digabungkan dengan suatu pengujian mengenai kekuatan dan kelemahan akan membantu dalam mengembangkan sebuah visi tentang masa depan.
Prakiraan seperti ini diterapkan dengan mulai membuat program yang kompeten atau mengganti program-program yang tidak relevan dengan program yang lebih inovatif dan relevan
B. Pengrtian Inovasi
Inti dari setiap upaya pembangunan yang disampaikan melalui kegiatan penyuluhan, pada dasarnya ditujukan untuk tercapainya perubahan-perubahan perilaku masyarakat demi terwujudnya perbaikan mutu hidup yang mencakup banyak aspek, baik: ekonomi, sosial, budaya, ideologi, politik maupun pertahanan dan keamanan.
Karena itu, pesan-pesan pembangunan yang disuluhkan haruslah mampu mendorong atau mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan yang memiliki sifat “pembaharuan” yang biasa disebut dengan istilah “inovativensess”.
Rogers dan Shoemaker (1971) mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru, praktek-praktek baru, atau objek-objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat sasaran penyuluhan.
Sedang Lionberger dan Gwin (1982) mengartikan inovasi tidak sekadar sebagai sesuatu yang baru, tetapi lebih luas dari itu, yakni sesuatu yang dinilai baru atau dapat mendorong terjadinya pembaharuan dalam masyarakat atau pada lokalitas tertentu.
Pengertian “baru” disini, mengandung makna bukan sekadar “baru diketahui” oleh pikiran (cognitive), akan tetapi juga baru karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat dalam arti sikap (attitude), dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan dilaksanakan/diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat.
Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil produksi saja, tetapi mencakup ideologi, kepercayaan, sikap hidup, informasi, perilaku, atau gerakan-gerakan menuju kepada proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat.
Dengan demikian, pengertian inovasi dapat semakin diperluas menjadi (Mardikanto, 1988): Sesuatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan/dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan.
Pengertian “baru” yang melekat pada istilah inovasi tersebut bukan selalu berarti baru diciptakan, tetapi dapat berupa sesuatu yang sudah “lama” dikenal, diterima, atau digunakan/diterapkan oleh masyarakat di luar sistem sosial yang menganggapnya sebagai sesuatu yang masih “baru”. Pengertian “baru” juga tidak selalu harus datang dari luar, tetapi dapat berupa teknologi setempat (indegenuous technology) atau kebiasaan setempat (kearifan tradisional) yang sudah lama ditinggalkan.
Sifat-sifat intrinsik inovasi itu mencakup:
1) informasi ilmiah yang melekat/dilekatkan pada inovasinya,
2) nilai-nilai atau keunggulan-keunggulan (teknis, ekonomis, sosial budaya, dan politis) yang melekat pada inovasinya,
3) tingkat kerumitan (kompleksitas) inovasi,
4) mudah/tidaknya dikomunikasikan (kekomunikatifan) inovasi,
5) mudah/tidaknya inovasi tersebut dicobakan (trialability),
6) mudah/tidaknyaa inovasi tersebut diamati (observability).
Sedang sifat-sifat ekstrinsik inovasi meliputi:
1) kesesuaian (compatibility) inovas dengan lingkungan setempat (baik lingkungan fisik, sosial budaya, politik, dan kemampuan ekonomis masyarakatnya).
2) tingkat keunggulan relatif dari inovasi yang ditawarkan, atau keunggulan lain yang dimiliki oleh inovasi dibanding dengan teknologi yang sudah ada yang akan diperbaharui/ digaantikannya; baik keunggulan teknis (kecocokan dengan keadaan alam setempat, tingkat produktivitasnya), ekonomis (besarnya biaya atau keuntungannya), manfaat non-ekonomi, maupun dampak sosial budaya dan politis yang ditimbulkannya.
Sehubungan dengan ragam sifat inovasi yang dikemukakan di atas, Roy (1981) dari hasil penelitiannya berhasil memberikan urutan jenjang kepentingan dari masing-masing sifat inovasi yang perlu diperhatikan di dalam kegiatan penyuluhan.
Jenjang Kepentingan Sifat Inovasi
1. Tingkat Keuntungan (profitability)
2. Beaya yang diperlukan (cost of innovation)
3. Tingkat kerumitan/kesederhanaan (complexity-simplicity)
4. Kesesuaian dengan lingkungan fisik (physical compatibility)
5. Kesesuaian dengan lingkungan budaya (cultural compatibility)
6. Tingkat mudahnya dikomunikasikan (communcicability)
7. Penghematan tenaga kerja dan waktu (saving of labour and time)
8. Dapat/tidaknya dipecah-pecah/dibagi (divisibility),sumber: Crouch and CHAMALA, 1981
Golongan yang inovatif, biasanya banyak memanfaatkan beragam sumber informasi, seperti: lembaga pendidikan/perguruan tinggi, lembaga penelitian, dinas-dinas yang terkait, media masa, tokoh-tokoh masyarakat (petani) setempat maupun dari luar, maupun lembaga-lembaga komersial (pedagang, dan lain-lain). Berbeda dengan golongan yang inovatif, golongan masyarakat yang kurang inovatif umumnya hanya memanfaatkan informasi dari tokoh-tokoh (petani) setempat, dan relatif sedikit memanfaat informasi dari media masa.
a) Saluran komunikasi yang digunakan
Secara konseptual, pada dasarnya dikenal adanya tiga macam saluran atau media komunikasi, yaitu saluran antarpribadi (interpersonal), media masa (mass media), dan forum media yang dimaksudkan untuk menggabungkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh saluarn antar-pribadi dan media-masa.
Tentang hal ini, media masa biasanya lebih efektif dan lebih murah untuk mengenalkan inovasi pada tahap-tahap penyadaran dan menumbuhkan minat. Sebaliknya, media antarpribadi biasanya lebih efektif untuk diterapkan pada tahapan yang lebih lanjut, sejak menum-buhkan minat sampai pada penerapannya. Berkenaan dengan itu, semakin banyak media yang digunakan oleh masyarakat, akan memberikan pengaruh yang semakin baik. Sebab, selain jumlah informassi menjadi lebih lengkap, biasanya juga lebih bermutu atau semakin memberikan kejelasan terhadap inovasi yang diterimanya.
Jika inovasi dapat dengan mudah dan jelas dapat disampaikan lewat media masa, atau sebaliknya jika kelompok sasarannya dapat dengan mudah menerima inovasi yang disampaikan melalui media masa, maka proses adopsi akan berlangsung relatif lebih cepat dibanding dengan inovasi yang harus disampaikan lewat media antar pribadi.
Sebaliknya, jika inovasi tersebut relatif sulit disampaikan lewat media masa atau sasarannya belum mampu (dapat) memanfaatkan media masa, inovasi yang disampaikan lewat media antar pribadi akan lebih cepat dapat diadopsi oleh masyarakat sasarannya.
b) Status Sosial-ekonomi Penerima atau Pengguna Inovasi
Rogers (1971) mengemukakan hipotesisnya bahwa setiap kelompok masyarakat terbagi menjadi 5 (lima) kelompok individu berdasarkan tingkat kecepatannya mengadopsi inovasi, yaitu:
(1) 2,5 % kelompok perintis (innovator),
(2) 13,5 % kelompok pelopor (early adopter),
(3) 34,0 % kelompok penganut dini (early mayority),
(4) 13,5 % kelompok penganut lambat (late majority),
(5) 2,5 % kelompok orang-orang yang tak mau berubah laggard).
Menurut Joseph Schumpeter definisi inovasi dalam ekonomi, 1934:
Mengenalkan barang baru dimana para pelanggan belum mengenalnya atau kualitas baru dari sebuah barang;
1. Mengenalkan metoda produksi baru yang dibutuhkan, ditemukan melalui serangkaian uji coba ilmiah;
2. Membuka pasar baru, dimana perusahaan sejenis tidak memasukinya, baik pasar tersebut ada atau belum ada ketika perusahaan memasukinya;
3. Menguasai sumber bahan baku baru untuk industri barang;
4. Menjalankan organisasi baru, seperti menciptakan monopoli, atau membuka monopoli perusahaan lain.
Dalam OECD, (1995) definisi Inovasi Teknologi adalah: Mengimplementasikan produk dan proses teknologi baru yang dapat meningkatkan pangsa pasar. Penciptaan proses dan produk baru melibatkan penelitian ilmiah, teknologi, organisasi, finansial dan aktifitas periklanan.
Menurut Regis Cabral (1998, 2003) bahwa Inovasi adalah elemen baru yang diperkenalkan dalam jaringan yang dapat mengubah, meskipun hanya sesaat, baik harganya, pelakunya, elemennya atau simpul dalam jaringan.
1) Tipe Inovasi
Ada 5 tipe inovasi menurut para ahli, yaitu:
1. Inovasi produk; yang melibatkan pengenalan barang baru, pelayanan baru yang secara substansial meningkat. Melibatkan peningkatan karakteristik fungsi juga, kemampuan teknisi, mudah menggunakannya. Contohnya telepon genggam, komputer, kendaraan bermotor, dsb;
2. Inovasi proses; melibatkan implementasi peningkatan kualitas produk yang baru atau pengiriman barangnya;
3. Inovasi pemasaran; mengembangkan metoda mencari pangsa pasar baru dengan meningkatkan kualitas desain, pengemasan, promosi;
4. Inovasi organisasi; kreasi organisasi baru, praktek bisnis, cara menjalankan organisasi atau perilaku berorganisasi;
5. Inovasi model bisnis; mengubah cara berbisnis berdasarkan nilai yang dianut.
Inovasi karakteristiknya ditentukan oleh pasar dan bisnis. Inovasi yang mengikuti kondisi, memungkinkan pasar dapat dijalankan seperti biasanya. Inovasi yang terpisah, dapat mengubah pasar atau produk contohnya penemuan barang murah, tiket pesawat murah. Inovasi inkrementasi (penambah) muncul karena berlangsungnya evolusi dalam berpikir inovasi, penggunaan teknologi yang memperbesar peluang keberhasilan dan mengurangi produk yang tidak sempurna.
2) Sumber inovasi
Terdapat dua sumber utama inovasi , yaitu:
1. Secara tradisional, sumbernya adalah inovasi fabrikasi. Hal tersebut karena agen (orang atau bisnis) berinovasi untuk menjual hasil inovasinya.
2. Inovasi pengguna; hal tersebut dimana agen (orang atau bisnis) mengembangkan inovasi sendiri (pribadi atau di rumahnya sendiri), hal itu dilakukan karena produk yang dipakainya tidak memenuhi apa yang dibutuhkannya.
3) Tujuan Inovasi
Tujuan utama inovasi adalah:
· meningkatkan kualitas;
· menciptakan pasar baru;
· memperluas jangkauan produk;
· mengurangi biaya tenaga kerja;
· meningkatkan proses produksi;
· mengurangi bahan baku;
· mengurangi kerusakan lingkungan;
· mengganti produk atau pelayanan;
· mengurangi konsumsi energi;
· menyesuaikan diri dengan undang-undang;
1) Kegagalan Inovasi
Hasil survei menunjukkan, bahwa dari 3000 ide tentang sebuah produk, hanya satu yang sukses di pasaran. Kegagalan inovasi mengakibatkan hilangnya sejumlah nilai investasi, menurunkan moral pekerja, meningkatkan sikap sinis, atau penolakan produk serupa di masa datang. Padahal produk yang gagal seringkali memiliki potensis ebagai ide yang baik, penolakan terjadi karena kurangnya modal, keahlian yang kurang, atau produk tidak sesuai kebutuhan pasar. Kegagalan harus diidentifikasi dan diseleksi ketika proses berlangsung. Penyeleksian dini memungkinkan kita dapat menghindari uji coba ide yang tidak cocok dengan bahan baku, sehingga dapat menghemat biaya produksi.
Penyebab umum gagalnya suatu proses inovasi, dapat disaring kedalam 4 macam, yaitu definisi tujuan yang buruk
1. buruknya mensejajarkan aksi untuk mencapai tujuan;
2. buruknya partisipasi anggota tim;
3. buruknya pengawasan produk;
4. buruknya komunikasi dan akses informasi.
2) Siklus Inovasi
Siklus inovasi berlangsung seperti kurva difusi dimana pada tahap awal, tumbuh relatif lambat, ketika kemudian pelanggan merespon produk tersebut sebagai sebuah kebutuhan maka pertumbuhan produk meningkat secara eksponensial. Pertumbuhan produk akan terus meningkat bila dilakukan inkrenetori inovasi atau mengubah produk. Di akhir kurva pergerakannya melambat kembali dan cenderung menurun.
Perusahaan yang inovatif akan bekerja dengan cara inovasi baru, yang menggantikan cara lama untuk mempertahankan tumbuhnya kurva melalui pembaharuan teknologi, bila teknologi tidak dilakukan pembaharuan pertumbuhan akan cenderung stagnan atau bahkan menurun.
3) Inovasi Manajemen
Inovasi manajemen adalah inovasi dalam proses pengaturan organisasi. Langkah pertama adalah menghasilkan ide perubahan mengenai produk atau proses. Dalam beberapa kasus ide muncul dari observasi masalah sekarang atau masa depan. Untuk menghasilkan ide bisa melalui pengamatan masalah atau membaca buku, internet, majalah, dan diskusi dengan teman sejawat secara informal.
Bila kita dapat melihat kesempatan untuk mengembangkan sebuah ide, maka hal tersebut dinamakan menghasilkan ide. Proses menghasilkan ide berupa memoles ide yang asli, atau menggabungkan ide, kemudian dilakukan pengujian untuk mengetahui mana yang sesuai dengan tujuan, bahan baku, kebutuhan pengguna, dan tentunya biaya produksi.
Bila kesempatan telah terbuka, maka ide masuk pada tahapan berikut yaitu mengembangkan ide. Proses pengembangan bertumpu pada prototipe ide dan pengujian kebutuhan pasar. Banyak ide baru bermunculan pada fase pengembangan ini sesuai kebutuhan yang berlangsung dinamis dalam masyarakat.
Fase akhir dalam proses inovasi adalah realisasi dan pada banyak kasus dinamakan eksploitasi dimana para pelanggan melakukan evaluasi akhir.
4) Inovasi Sarana dan Prasarana
Inovasi sarana dan prasarana harus mengacu pada mengacu pada tupoksi lembaga dan peraturan perundangan yang berlaku yaitu UUSPN NO. 20 tahun 2003 dan Standar Nasional Pendidikan PP 19 tahun 2005 yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran (termasuk diklat) termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
5) Restrukturisasi Kelas Berbasis Teknologi
Pembelajaran tidak hanya terpaku pada kegiatan yang lebih dari hanya berbicara dan transfer pengetahuan, seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi dilklat mencari bentuk baru dalam proses pembelajaran anak.
Pembelajaran yang dimaksudkan adalah perkembangan teknologi dimasa kini dan mendatang murid butuh untuk persiapan dirinya trutama kaitanyya dengan pengembangan projek-projek yang harus dikerjakan baik secara individual maupun kelompok. Hal ini tentunya mendorong guru untuk lebih bertindak sebagai coaching daripada hanya sekedar telling dan spending ilmu pengetahuan.
Pemanfaatan teknologi informasi adalah basis dalam pengembangan pembelajaran di dalam kelas, baik dalam pengaturan kelas dengan alat teknologi tersebut (praktik), maupun kelas yang diatur dengan alat teknologi yang memungkinkan anak dapat mempelajari apa yang diinginkannya dengan bantuan alat teknologi tersebut.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa teknologi memberikan dan nenuntut hal-hal berikut :
1. Menuntut guru melakukan pekerjaan dan alat yang lebih rumit;
2. Mengarah kepada peran guru sebagai pelatih dari pada sebagai penyalur pengetahuan;
3. Menyediakan kesempatan kepada guru untuk mempelajarai isi pembelajaran kembali dan menggunakan metode yang tepat berdasarkan kurikulum yang ada;
4. Dapat memberikan dorongan kepada murid untuk bekerja lebih keras dan lebih berhati-hati dalam belajar;
5. Membangun budaya nilai dan mutu pekerjaan dalam diklat secara signifikan.
A. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam restrukturisasi kelas dengan basis teknologi
Adalah hal yang penting bagi guru ketika memikirkan bahwa pembelajaran berbasis teknologi tidak hanya terpfokus pada teknologi komputer, walaupun memang pada saat ini komputer adalah salah satu alat yang sedang digemari oleh dilklat dalam mendukung kegiatan anak didiklat walaupun baru sampai pada tarap kegiatan ekstrakurikuler saja.
Ada alat lainnya yang juga bisa dimanfaatkan dalam melaksanakan kegaiatan pembelajaran dan tidak hanya sebagai alat Bantu akan tetapi memang sebagai kegiatan belajar yang dijalani oleh siswa, seperti telepon, fax, video teknologi, dan lain-lain.
Yang harus dipikirkan dan menjadi bahan pertanyaan bagi guru ketika membuat perencanaan pengajaran dengan berbasiskan teknologi adalah : 1) What general role do these technologies play in the class room?, 2) What are the implications of using technology for me as a teacher?, 3) Will the use of technology help my students learn?, and 4) How do I integrate them into my teaching?
1. Beberapa hal yang menjadi hal perlu ada dalam teknologi yang kita gunakan adalah: Teknologi itu bisa menyediakan informasi
2. Membangun pengetahuan dan keterampilan murid
3. Bisa mengakses sumber belajar lainnya.
Guru berkepentingan untuk memilih dan menetukan teknologi yang digunakan terutama kaitannya dengan kepentingan spesifikasi kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh siswa dan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu hal-hal berikut ini perlu diperhatikan oleh guru:
1. The depth and quality of the information provide may vary;
2. Different technologies and their application have direct implication on the number in which the classroom is organized;
3. Tecnologies differ on cost and amount of integration needed to use them;
4. Tecnologies vary in the flexibility of use.
Implikasinya bagi guru dalam pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran adalah memperlancar kegiatan dan memudahkan dalam proses pembelajaran karena sebagai berikut:
1. Menuntut banyak kegiatan dari siswa dan menuntut murid untuk banyak berhati-hati untuk menyiapkan pekerjaanya
2. Dapat menyajikan bahan ajar yang kompleks
3. Mempercayai murid dapat memahami konsep-konsep yang berat
4. Dapat mempertemukan kebutuhan individual murid yang paling baik
5. Dapat lebih memokuskan pada kegiatan murid sebagai senter dalam proses pembelajaraannya
6. Membuka lebih luas perbedaan-perbedaan individual dan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam pembelajaran
7. Membuka kesempatan yang lebih luas dalam perbedaan pengalaman belajar bagi murid
8. Merasa lebih professional, karena diantara alat yang ada dapat mengurangi waktu dalam memberikan instruksi dan lebih kepada membantu anak dalam belajar.
Pertanyaan lainnya bagi guru ketika memulai pembelajaran dengan basis teknologi adalah:
1. Bagaimana murid mereaksi terhadap teknologi yang dipergunakan dalam belajarnya?
2. Bagaimana teknologi memberikan dampak terhadap pengetahuan yang akan diberikan kepada murid dan bagaimana murid dapat menangkapnya?
3. Bagaimana teknolgi dapat merubah ruang dan waktu dalam kegiatan belajar mengajar?
4. Keterampilan baru apa yang harus dimiliki murid ketika akan memulai berlajar?
5. Bagaimana teknologi dapat merubah kelas dan hubungan guru dengan murid?
6. Bagaimana teknolgi memberikan dampak terhadap prestasi di kelas?
7. Bagaimana teknologi ini berkerja/dijalankan?
8. Berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan teknologi dalam pembelajaran di kelas?
9. Apakah teknologi dapat merubah gaya mengajar?
10. Permasalahan-permasalahan apa yang dapat ditemukan bila memanfaatkan teknologi terutama dalam pengelolaan kelas?
B. Lingkungan untuk efektivitas Penggunaan Teknologi
Teknologi di dalam kelas membantu memperlancar kegiatan belajar yang harus dilalui oleh murid dan memberikan kemudahan bagi guru dalam proses mentransfer ilmu pengetahuan kepada muridnya. Oleh karena itu lingkungan kelas harus memberikan dukungan kepada kegiatan belajar yang menyenangkan bagi murid dan guru mengajar dengan nyaman pula. Hal esensial yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
· Perlengkapan teknologi harus tepat sesuai dengan kebutuhan pembelajaran
· Akan membutuhkan banyak waktu dan mempelajarinya ketika teknologi masuk dalam program instruksional
· Unsur-unsur pendukung sangat dibutuhkan seperti, keselamatan, kenyamanan, dan keindahan
· Tenaga pendukung juga diperlukan ketika penggunaan teknologi lebih kompleks.
C. Pentingnya Guru yang Inovatif dalam Restrukturisai Kelas Berbasis Teknologi
Setiap guru menghendaki muridnya dapat belajar dan sukses dalam belajarnya. Keberhasilan dalam belajar murid akan bergantung kepada usaha-usaha guru memberikan arahan dan memberikan bantuan dalam kegiatan belajar tersebut.
Dengan perbedaan yang dimiliki oleh murid teknologi memungkinkan secara individual projek-projek perorangan dapat dilakukan dengan maksimal, tentunya dengan bantuan dan dorongan dari guru.
Guru yang inovatif sangat dibutuhkan dalam memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu dalam pembelajaran yang akan dilakukannya, dimulai dari kegiatan merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran sampai kepada penilaian hasil belajar akan membutuhkan energi yang tinggi.
Oleh karena itu orang kreatif itu akan mudah dalam menemukan inovasi-inovasi yang memungkinkan kegiatan pembelajarannya lebih cepat, lebih berhasil dan lebih bermanfaat bagi murid.
D. Pendekatan
1. Orang dan keterampilan
Inovasi sarana dan prasarana diarahkan kepada peningkatan kemampuan orang sebagai penyelenggara dan ilmu pengetahuan serta keterampilan output yang diharapkan
2. Alat dan bahan
Inovasi melekat pada alat dan bahan diklat yang akan dipergunakan untuk melaksanakan program-program pendidikan dan latihan
3. Teknologi manual
Inovasi sarana dan prasarna diklat terdiri atas alat dan bahan yang bersifat manual yang akan dipergunakan oleh pelaksana dan peserta
4. Teknologi Komputerisasi
Teknologi komputerisasi merupakan bagian dari inovasi pengembangan sarana dan prasarna diklat
5. Teknologi informasi
Teknologi informasi merupakan bgian dari inovasi pengembangan sarana dan prasarana diklat guna menunjang kelancaran dalam transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan dari pelaksana kepada peserta pendidikan dan latihan
E. Prinsip-Prinsip
1. Relevance
Inovasi sarana dan prasarana diklat harus berkesuaian dengan kebutuhan dalam penyelenggaraan diklat, terutama dalam penyesuaian-penyesuaian dengan kebutuhan pengembangan pengetahuan dan keterampilan ketenagaan.
2. Manageable
Inovasi sarana dan prasarana diklat merupakan bagian dalam pengembangan fungsi-fungsi manajemen kelembagaan
3. Sustainability
Inovasi sarana dan prasarana diklat harus dapat dilihat dari keberlanjutan program
4. Efficiency
Inovasi sarana dan prasarna diklat memperhatikan unsur efisiensi dalam program kelembagaan, tidak menyebabkan penghamburan-penghamburan dalam pembiayaan dan waktu
5. Productivity
Inovasi sarana dan prasarana diklat mengacu kepada peningkatan produktivitas kelembagaan diklat dan output
6. Innovative
Inovasi sarana dan prasarana diklat merupakan bentuk-bentuk hasil pemikiran dan pengembangan-pengembangan yang inovatif
7. Up to date
Sarana dan prasarana program yang dikembangkan merupakan hal yang terbaru dalam penyelenggaraan diklat.
C. Perencanaan Strategi Mutu
Mutu tidak terjadi begitu saja. Ia harus direncanakan. Mutu harus menjadi bagian penting dari strategi institusi, dan harus didekati secara sistematis dengan menggunaka proses perencanaan strstegis. Perencanaan strategis merupakan salah satu bagian penting dari TQM. Tanpa arahan jangka panjang yang jelas, sebuah institusi tidak dapat merencanakan peningkatan mutu. Poin pertama dari 14 poin Deming adalah ‘menciptakn tujuan secara konstan’.
Proses perencanaan strategis dalam konteks pendidikan tidak jauh berbeda dengan yang biasanya dipergunakan dalam dunia industri dan komersial. Alat-alat yang digunakan untuk menentukan misi tujuan akhir serta untuk menganalisa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman juga hampir sama, hanya perlu penerjamahan yang baik. Alat-alat itu sendiri harus sederhana dan mudah dipergunakan. Kekuatan alat-alat tersebut berasal dari fokus yang mereka berikan terhadap proses berpikir institusi.
Perencanaan strategis memungkinkan formulasi prioritas-prioritas jangka panjang dan perubahan institusional berdasarkan pertimbangan rasional. Tanpa strategis, sebuah institusi tidak akan bisa yakin bagaimana mereka bisa memanfaatkan peluang-peluang baru.
Rencana strategis kadangkala disebut dengan rencana pengembangan usaha atau instiusa, yang merinci tolok ukur yang kelak digunakan insti dalam mencapai misinya. Rencana strategis biasanya disususun dalam jangka waktu menengah, di atas tiga tahun. Tujuannya adalah untuk memberi sebuah pedoman dan arahan kepada institusi. Akan tetapi, rencana tersebut bukan rencana instrumen yang kaku. Dalam sebuah pasar pendidikan yang kompetitif, produksi rencana strategis adalah hal yang sangat penting. Tanpa rencan tersebut institusi akan tidak terarah.
Ketika analisis misi, nilai-nilai, SWOT dan faktor penting kesuksesan telah dilakukan, maka rencana strategis harus segera mengarahkan sejumlah isu-isu kunci yang muncul.
BAB III
ANALISA PEMBAHASAN
A. Analisis Lingkungan
Lingkungan adalah salah satu faktor terpenting untuk menunjang keberhasilan perusahaan dalam persaingan. Berpuluh-puluh kegagalan dalam bisnis adalah disebabkan karena karena kegagalan untuk memahami dan mengidentifikasi secara benar lingkungan di mana mereka berada.
Dalam salah satu proses manajemen strategik adalah penilaian lingkungan organisasi melalui proses analisis lingkungan organisasi. Yang dimaksudkan di sini meliputi kondisi, situasi, keadaan, peristiwa dan pengaruh-pengaruh di dalam dan di keliling organisasi yang berdampak pada kehidupan organisasi berupa kekuatan internal, kelemahan internal, peluang eksternal, dan tantangan eksternal.
Lingkungan internal meliputi:
1. Kekuatan (Strengths) adalah situasi dan kemamapuan internal yang bersifat positif yang memungkinkan organisasi memenuhi keuntungan stategik dalam mencapai visi dan misi.
2. Kelemahan internal (Weaknesses) adalah sitasi dan faktor-faktor luar organisasi yang bersifat negatif yang memahami organisasi mencapai atau mampu melampaui pencapaian visi dan misi.
Lingkungan eksternal meliputi :
1. Peluang (Opportunity) adalah situasi dan faktor-faktor luar organisasi yang bersifat positif, yang membantu organisasi mencapai atau mampu melampaui pencapaian visi dan misi.
2. Tantangan/Ancaman (Threat) adalah faktor-faktor luar organisasi yang bersifat negatif, yang dapat mengakibatkan organisasi gagal dalam mencapai visi dan misi.
Linkungan eksternal terdiri dari 3 (tiga) macam lingkungan yaitu : (1) Lingkungan Umum (Gneral Environment), (2) Lingkunga Industri, dan (3) Lingkungan Internasional.
Salah satu tugas manajer adalah menganalisis kekuatan persaingan di lingkungan industri di mana perusahaannya beroperasi agar dapat diketahui peluang dan ancaman.
B. Analisis Strategik dan Kunci Keberhasilan
Analisis Lingkungan Strategik dan kunci keberhasilan merupakan langkah-langkah lanjutan setelah tahapan PLI-PLE-KAFI, KAFE dan akan diikuti dengan tahapan penetapan Tujuan, Sasaran, dan Strategik dan Strategik Organisasi. Mata pelatihan Analisis Lingkungan Strategik dan Faktor Kunci Keberhasilan terdiri dari dua langkah, yaitu:
1. Analisis Pilihan Asumsi Strategi.
Analisis Pilihan Asumsi Strategi merupakan analisis lebih lanjut dari informasi yang telah dikembangkan pada tahap-tahap sebelumnya. Informasi tersebut sangat diperlukan dalam menentukan kegiatan yang harus dilaksanakan dan harus berorientasi pada Misi organisasi dalam usaha mencapai Visi.
Misi organisasi secara tegas menyatakan apa yang harus dicapai oleh organisasi da kegiatan-kegiatan spesifik apa yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi. Faktor-faktor kunci keberhasilan antara lain berupa potensi, peluang, kekuatan, tantangan, dan kendala serta kelemahan yang dihadapi termasuk sumber daya, dana, sarana dan prasarana, peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang digunakan instansi pemerintah dalam kegiatan-kegiatannya.
Pada umumnya jumlah FKK tidak lebih dari 10 dan bahkan banyak perencanaan yang mempunyai empat sampai tujuh FKK. FKK ini sangat membantu para pimpinan organisasi dalam mengembangkan suatu perencanaan strategik agar lebih mudah dikomunikasikan dan dilaksanakan.
FKK ini memfokuskan dan memeantapkan perencanaan sebagai jembatan antara misi dan visi organisasi. Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matrik SWOT. Matrik SWOT ini dapat mengambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yng dihadapi lembaga sekolah dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Matrik ini dapat mnghasilkan 4 (empat) set kemungkinan alternatif strategis.
Strengths
· fisiensi
· Inovasi
· Kualitas
· Respon terhadap pelanggan
Weakness
· Satuan distribusi
· Posisi keuangan
· Posisi glonal
· Fasilitas manufaktur
Opportunities
· Kondisi demografi
· Pembangunan ekonomi
· Kualitas
· Hubungan dengan Negara lain
Threats
· Peraturan Pemerintah
· Persaingan semakin ketat
· Globalisasi
2. Faktor-faktor Kunci Keberhasilan.
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan lembaga, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
b. Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi WO
Strategi diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defisit dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Tidak ada satu cara terbaik untuk melakukan analisa SWOT. Yang paling utama adalah membawa berbagai macam pandangan/perspektif bersama-sama sehingga akan terlihat keterkaitan baru dan implikasi dari hubungan tersebut.
Jika analisa bersifat menyeluruh maka menentukan tujuan, sasaran, dan strategi akan mudah untuk dilakukan. Banyak strategi yang dapat dihasilkan dan dikembangkan dari hasil analisisa SWOT karena para perencana dibekali dengan kerangka kerja yang luas da terstruktur. Ada empat faktor utama yang menentukan strength dan weaknesses, yaitu:
1. Efisiensi
Efisiensi adalah ratio output/ input. Efisiensi ditentukan terutam oleh produktivitas SDM yang biasanya diukur dari output pekerja. Produk bermutu adalah produk yang berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Meningkatkan mutu meningkatkan nilai produk di mata kostumer. Meningkatkan efisiensi dicapai dengan menurunkan biaya produksi.
2. Inovasi
Inovasi adalah menemukan sesuatu yang baru dalam operasi atau pembuatan produk, meliputi kemajuan dalam pembuatan produk, sistem manajemen, struktur organisasi, dll. Inovasi merupakan pilar keunggulan kompetitif paling penting, karena menciptakan keunikan perusahaan. Inovasi menciptakan monopoli temporer.
3. Kualitas
Kualitas di sini baik kualitas internal maupun eksternal. Apakah kualitas internal seperti sumber daya manusia, keuangan, produksi, peralatan, dll, baik atau tidak. Begitu juga kualitas eksternal, apakah produknya bisa bersaing atau tidak, bisa diterima di negara lain.
4. Respon terhadap pelanggan (customer responsiveness)
Costomer responsiveness (CR) adalah kemampuan mengenali dan memuaskan keinginan pelanggan. Superior quality dan inovasi adalah bagian integral dari superior kostumer responsiveness. Salah satu aspek penting dari CR ialah CR-Time yaitu waktu yang diperlukan untuk menyediakan/mengantar barang atau melaksanakan layanan. Aspek lain dari CR yang semakin berkembang ialah customization, yaitu memproduksi barang sesuai dengan keinginan individu atau kelompok pelanggan.
e. Faktor Penentu Keberhasilan
Faktor penentu keberhasilan dari analisis SWOT dalam merancang inovasi ada hal-hal yang harus berjalan dengan baik untuk menjamin keberhasilan suatu lembaga, di antaranya:
1. Adanya sumber daya manusia
Sumber daya manusia merupakan faktor dominan dan penentu keberhasilan program pendidikan dan pelatihan. Sumber daya yang profesional, memiliki komitmen terhadap visi dan misi pendidikan dan pelatihan.
Rumtini Iksan (2004) dalam bidang pendidikan, seiring dengan upaya pembaharuan yang dilakukan, bentuk kepemimpinan juga penting untuk diformulasikan. Kepemimpinan transformasional berdasarkan kekayaan konseptual melalui kharisma, konsideran individual, dan stimulasi intelektual diyakini akan mampu melahirkan pemikiran-pemikiran yang mengandung jangkauan ke depan, azas kedemokrasian, dan ketransparanan, yang oleh karenanya perlu diadopsi ke dalam kepemmpinan kepala sekolah, khususnya dalam rangka menunjang manajemen berbasis sekolah atau bentuk-bentuk pembaharuan pendidikan lainnya.
Berikutnya Yohana (2003:26), “Maju mundurnya suatu organisasi sangat beruntung atas kemampuan sang pemimpin dalam mengelola dan membina para anggotanya untuk mencapai tujuan organisasi.”
2. Adanya sarana dan prasarana berstandar nasional dan internasional yang berdaya guna dan behasil guna.
3. Terwujudnya iklim kerja yang kondusif, komunikatif dan harmonis sesuai dengan prosedur kerja yang disepakati semua pegawai.
4. Adanya nilai-nilai pelayanan prima yang direalisasikan oleh seluruh pegawai
5. Adanya sistem organisasi yang mampu menjalankan program kerja lembaga
6. Adanya anggaran berdasarkan DIK/ DIP untuk melaksanakan program kerja secara efektif dan efisien.
7. Adanya evaluasi kinerja yang dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan untuk menciptakan akuntabilitas kinerja lembaga.
Dari faktor penentu-penentu keberhasilan dapat dilihat dari beberapa faktor.
Strategi S-O, Strategi S-T, Strategi W-O, dan Strategi W-T, yang diperoleh dari hasil analisis SWOT, selanjutnya dilakukan pengujian terhadap visi, misi, nilai-nalai dan asumsi. Dari pengujian tersebut, selanjutnya diperoleh strategi- strategi yang merupakan faktor kunci keberhasilan berdasarkan rangking dan dipilih sebagai berikut:
1. Bersama dengan mitra kerja meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan
2. Meningkatkan kemitraan dengan PTN dan PTS serta mengembangkan program studi baru
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan manajemen pendidikan
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan
5. Melakukan evaluasi dan pembenahan kedalam atas kinerja.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisis SWOT merupakan alat analisis yang cukup baik, efektif, dan efisien sebagai alat yang cepat dalam menemukan kemungkinan-kemungkinan yang berkaitan dengan program-program inovasi baru.
Analisis SWOT sebagai alat bantu untuk memeperluas dan mengembangkan visi dan misi suatu organisasi, juga dapat melihat kemungkinan perubahan masa depan sebuah institusi.
Kunci keberhasilan didukung oleh sumber daya manusia, dukungan manajemen yang baik, kualitas produk yang baik, pelayanan yang memuaskan, serta harga produk yang cukup bersaing.
Analisis lingkungan internal dan eksternal merupakan faktor terpenting dalam mempengaruhi suatu keberhasilan. Matrik SWOT dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis pada suatu lembaga. Empat komponen utama yaitu efisiensi, inovasi, kualitas serta respon terhadap pelanggan yang menentukan keunggulan kompetitif.
B. Saran
Dengan analisis SWOT diharapkan dapat memeberikan gambaran tahap-tahap perumusan tujuan di mulai dari visi dan misi yang menghasilkan nilai-nilai. Visi dan misi dan nilai-nilai tersebut secara bersamaan dianalisis dengan mempetimbangkan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi, baik lingkungan internal yaitu lingkungan eksternal.
SWOT sangat praktis dan tidak boros terhadap waktu, serta efektif karena kesederhanaannya. Penggunaannya agar lebih efektif hendaknya analisis SWOT harus bersifat fleksibel. Mengingat situasi dan kondisi yang cepat berubah seiring dengan berjalannya waktu, maka analisis SWOT harus sesering mungkin dibuat dan disesuaikan.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita tentang analisis SWOT dalam merancang inovasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bartol, K.M., & Martin, D.C., Manajement, New YORK : McGraw Hill,Inc.
Broadhead, C.W., (1991). Image 2000 : A Vision For Votional
Education. To Look Good, We’ve got to Be Good. Vocationnal Education
Glass, N.M., (1991),Pro –active Manajement : How to Improve Your
Management Performance. East Brunswick, NJ: Nichols Publishing.
Gorski,S.E.,(1991),The SWOT Team-Focusing on Minorities. Community,
Martin, W.R.,(1989),Handbook on Marketing Vocational Education.
Akdon (2007) Strategik Management For Educational Management : Alfabeta:Bandung
Sallis Edward (2008) Total Quality Managemen in Education. IRCISoD: Jogjakarta.
email from : dianaazhar@yahoo.com
Sudarman Damin (2002) INOVASI PENDIDIKAN Dalam Upaya Profesionalisme Tenaga
Kependidikan CV Pustaka Setia: Bandung.
http://all-abaut-frih.blogspot.com/2009/OS/Makalah–inovasi-pendidikan.html
re-Post from : http://idasuciati.blogspot.com/2010/05/analisis-swot-dalam-merancang-inovasi.html
0 comments:
Post a Comment
Tim Gudang Materi mengharapkan komentar anda sebagai kritik dan saran untuk kami .. Hubungi kami jika anda mengalami kesulitan !