Dipresentasikan oleh Kelompok I Mata Kuliah Agama Islam I terdiri dari Akhmad Rifky , Umiyati , dan Husein. Kelompok I mempresentasikan mengenai Aqidah , Dienul Islam dan Sumber Akhlak.
DEFINISI AKIDAH
Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi) : Kata “‘aqidah” diambil dari kata dasar “al-‘aqdu” yaitu ar-rabth(ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam(penguatan), at-tawatstsuq(menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah(pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan al-itsbaatu(penetapan).
Allah Ta’ala berfirman, “Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja …” (Al-Maa-idah : 89).
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah; baik itu benar ataupun salah.
DEFENISI AKHLAK
Pembahasan kita ini seputar pembicaraan tentang akhlak yang baik dan akhlak yang mulia.
Akhlak adalah karakter (pembawaan, perangai) dan tabiat. Akhlak sebagaimana dikatakan ahlul ‘ilmi adalah bentuk batin manusia. Karena manusia mempunyai dua bentuk:
1. Bentuk lahir, yaitu bentuk ciptaannya yang Allah menjadikan badan pada bentuk itu. Dan bentuk lahir ini ada yang indah bagus, dan ada yang buruk jelek, dan ada yang di antara itu.
2.Bentuk bathin, yaitu keadaan jiwa yang kokoh (tertancap kuat), yang muncul darinya (perbuatan-perbuatan yang bagus atau yang jelek, tanpa butuh kepada pemikiran dan pertimbangan. Bentuk bathin ini juga ada yang bagus, jika yang muncul darinya adalah akhlak yang bagus, dan ada yang jelek jika yang muncul darinya adalah akhlak yang jelek.)
Inilah yang disebut dengan akhlak. Jadi akhlak adalah bentuk bathin yang manusia diperangaikan pada bentuk itu. Wajib atas seorang muslim untuk berakhlak dengan akhlak-akhlak yang mulia, yaitu yang baiknya. Yang mulia dari segala sesuatu adalah yang baik darinya sesuai dengan sesuatu itu.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
((أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَاناً أَحْسَنُهُمْ خُلُقاً))
“Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (Shahih. HR. Abu Dawud 4682 dan At-Tirmidzi 1162, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ 1230, 1232)
Maka sepantasnya hadits ini selalu berada di hadapan seorang mukmin. Karena manusia jika mengetahui bahwa tidak akan menjadi orang yang sempurna imannya kecuali jika baik akhlaknya, maka itu menjadi pendorong untuk berusaha berakhlak dengan akhlak-akhlak yang baik dan sifat-sifat yang luhur, serta meninggalkan yang jelek dan buruk.
Sumber: (Makarimul Akhlaq)
Diennul islam
Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad . Dengan Islam, Allah mengakhiri serta menyempurnakan agama-agama lain untuk para hambanya. Dengan Islam pula, Allah menyempurnakan kenikmatanNya, dan meridlai Islam sebagai dinnya. Oleh karena itu tidak ada agama lain yang patut diterima selain Islam.
Allah SWT berfirman:
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-nabi… (QS. Al-Ahzab : 40).
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah kucukupkan kepadamu ni'matKu, dan telah Kuridlai Islam itu jadi agama bagimu…" (QS. Al-Maidah : 3).
"Sesungguhnya Ad-diin (yang diridlai) di sisi Allah hanyalah Islam…" (QS. Al-Imran : 19).
"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (QS. Al-Imran:85).
Allah SWT telah mewajibkan seluruh umat manusia agar memeluk agama Islam karena Allah. Hal ini sebagaimana telah difirmankan-Nya kepada Rasul-Nya, yang artinya :"Katakanlah : "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi.
Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk." (QS. Al-A'raf 158).
Dari Abu Hurairah dikatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
"Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidak seorang pun dari ummat ini, Yahudi maupun Nasrani, yang mendengar tentang aku, kemudian mati tidak mengimani sesuatu yang aku diutus karenanya, kecuali dia termasuk penghuni neraka." (HR.Muslim).
Beriman kepada Nabi SAW artinya : membenarkan dengan penuh penerimaan dan kepatuhan terhadap segala yang dibawanya, bukan hanya membenarkan semata. Oleh karena itulah Abu Thalib ( paman Nabi SAW) dikatakan bukan orang yang beriman kepada Nabi SAW, walaupun ia membenarkan apa yang dibawa oleh keponakannya itu, dan dia juga mengakui bahwa Islam adalah agama terbaik.
Agama Islam mencakup seluruh kemaslahatan yang dikandung oleh agama-agama terdahulu. Islam mempunyai keistimewaan, yaitu relevan untuk setiap masa, tempat dan umat.
AllahSWT berfirman kepada Rasulnya yang artinya :
"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu… ( QS. Al-Maidah : 48).
Islam dikatakan relevan untuk setiap masa, tempat dan umat, maksudnya adalah bahwa berpegang teguh pada Islam tidak akan menghilangkan kemaslahatan umat di setiap waktu dan tempat. Bahkan dengan Islam, umat akan menjadi baik. Tetapi bukan berarti Islam tunduk pada waktu, tempat dan umat, seperti yang dikehendaki sebagian orang.
Agama Islam adalah agama yang benar. Allah menjamin kemenangan kepada orang yang memegangnya dengan baik. Hal ini dikatakan dalam firman-Nya, yang artinya :
"Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkannya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai." ( QS. At-Taubah : 33).
Dan Allah telah berjanji kepada orang orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amalan-amalan yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa.
Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridlainya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam kekuatan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." ( QS. An-Nur : 55).
Agama Islam merupakan aqidah dan syariat. Islam adalah agama yang sempurna dalam aqidah dan syai'at, karena :
1. memerintahkan untuk bertauhid dan melarang syirik.
2. memerintahkan untuk bersikap jujur dan melarang berbuat bohong/dusta.
3. memerintahkan untuk berbuat adil dan melarang berbuat lalim.
4. memerintahkan untuk bersikap amanat dan melarang khianat.
5. memerintahkan untuk menepati janji dan melarang ingkar janji.
6. memerintahkan untuk berbakti pada ibu-bapak serta melarang menyakitinya.
7. memerintahkan untuk bersilaturrahim/menyambung hubungan dengan kerabat dekat, serta melarang memutuskannya.
8. memerintahkan untuk berbuat baik dengan tetangga dan melarang berbuat jahat kepada mereka.Secara umum Islam memerintahkan agar bermoral baik dan melarang bermoral buruk. Islam juga memerintahkan setiap perbuatan baik, dan melarang perbuatan buruk.
Allah SWT berfirman :
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, Dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran[QS.an Nahl : 90].
Karakteristik diennul islam
1.Rabbaniyah
Kata “Rabbani” menunjukkan kedekatan yang sangat kuat dengan Rabbul Izzati, yakni Alloh. Yang dimaksud Rabbaniyah meliputi 2 hal :
a. Rabbaniyah Al-Masdar: Rabbaniyah dalam sumber ajaran.
Dalam agama selain Islam, biasanya nama agama tersebut dinisbatkan kepada nama penyerunya atau nama daerah asal kemunculannya. Misalnya Budha, yang diambil dari nama pencetusnya yaitu Budha Gautama, Kristen dari Yesus Kristus, atau umat Islam menyebutnya Nasrani karena yesus lahir dari daerah Nazaret.
Allah menegaskan dalam Al-Quran surat An-Najm:1-4. Jelaslah bahwa ajaran Islam bersih dari unsur campur tangan manusia. Islam murni datang dari Alloh SWT. Bahkan nama “Islam” adalah nama yang berasal dari Allah SWT, bukan dari manusia. Sudah merupakan “rekayasa Ilahi”. Selain sumber ajaran Islam hanya dari Allah SWT, metode (manhaj) untuk menerapkan ajaran tersebut juga ditetapkan oleh Allah. Sehingga metode untuk melaksanakan Islam bukanlah sebuah rekayasa yang dipengaruhi oleh fajtor individu, keluarga, golongan, ataupun bangsa.
b. Rabbaniyah Al-Ghayah: Rabbaniyah dalam Tujuan
Dalam Islam, tujuan akhir dari semua peribadatan adalah Alloh SWT. Dalam ajarannya ada ketentuan tentang halal, haram, wajib, sunah, mubah, dan sebagainya. Itu semua dalam rangka agar manusia mendapat keridhaan Ilahi dengan berbuat taat kepada-Nya.
Dalam ajaran Islam terdapat tujuan-tujuan antara yang bersifat social humanity, misalnya puasa agar sehat, bekerja keras agar berhasil. Namun di atas semua itu, tujuan akhirnya adalah agar manusia dalam mengarungi kehidupan ini selalu dalam naungan ridha Ilahi.
2.Insaniyah (Kemanusiaan)
“ Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan kepada seluruh manusia untuk memberi kabar gembira dan ancaman, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Saba : 28)
Islam memiliki masdar yang rabbani, yaitu dari Alloh, pencipta alam semesta. Alloh SWT Maha Mengetahui tentang ciptaan-Nya, sehingga Islam yang Alloh turunkan di muka bumi sebagai aturan hidup bagi manusia merupakan pedoman hidup untuk meraih kemuliaan, kebaikan, dan keselamatan dunia akhirat.
Semua ajaran Islam dapat dilaksanakan oleh manusia, karena dienul Islam diturunkan oleh Alloh SWT sesuai dengan fitrah dan kemampuan manusia. Alloh juga telah mengangkat rasul dari kalangan manusia biasa, yang tidak ada kelebihan mereka atas manusia yang lain kecuali karena mereka memperoleh wahyu dari Alloh SWT. Sehingga tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak dapat melaksanakan ajaran Islam.
Sayyid Qutub mengatakan: bahwa Islam adalah konsep yang relistis, bukan konsep yang rasional semata ataupun idealisme tanpa wujud, sehingga Islam tidak dapat diraih oleh semua manusia. Semua konsep dalam Islam sesuai dengan realitas manusia dengan segala potensi kelebihan dan kelemahan yang dimilki manusia. Tujuan dari ibadah dalam Islam adalah keridhaan Alloh SWT, yang itu juga berarti kebahagiaan hidup manusia dunia dan akhirat.
3.Syumuliyah (Universal – Integral)
Islam berasal dari Alloh yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu, yang lahir dan yang batin, yang di langit dan yang di bumi, serta seluruh sisi yang menyangkut kehidupan manusia. Islam yang datangnya dari sisi Alloh meliputi itu semua. Imam Hasan Al Banna mengatakan: “Islam adalah risalah yang terbentang luas, sehingga meliputi seluruh abad sepanjang zaman, terbentang luas meliputi semua cakrawala umat, dan begitu mendetail sehingga memuat seluruh urusan dunia dan akhirat.”
Keuniversalan Islam menjadikan Islam sebagai pedoman hidup bagi manusia yang tidak dibatasi oleh waktu, ruang dan tempat. Islam tetap up to date sepanjang zaman. Firman Alloh SWT : (Al-Anbiya :107). “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
Islam mencakup segala aspek kehidupan manusia, dari akidah yang merupakan fondasi bangunan Islam hingga siyasah (politik). Islam mengajarkan tentang bagaimana menjadi mahasiswa, dosen, guru, politikus, dokter, wartawan, advokat, petani, pedagang, dan karyawan yang Islami, menekuni apa saja profesinya sebagaimana yang telah digariskan dalam Islam.
4.Al-Wasthiyyah (Moderat) dan Tawazun (Seimbang)
Moderat dan seimbang adalah karakteristik Islam yang memungkinkan manusia dapat melaksanakan ajaran Islam dalam kondisi bagaimanapun.
Manusia adalah makhluk Alloh yang tersusun dari unsur samawi (langit) yaitu ruh yang cenderung kepada kebaikan, dan unsur ardhi (bumi) yaitu syahwat yang cenderung kepada dosa. Islam memperhatikan kedua unsur tersebut, yaitu dengan mengarahkan dan menyalurkannya sehingga membawa mereka menuju keridhaan Ilahi.
Islam memberikan perintah dan larangan, namun disitu ada rukhsah (keringanan) pada kondisi-kondisi tertentu yang secara fitrah manusia tidak dapat melaksanakannya. Islam mewajibkan puasa Ramadhan, namun ada keringanan bagi para musafir untuk mengganti puasanya di bulan yang lain.
5.Al-Wudhuh (Jelas)
Tujuan dienul Islam secara umum adalah mengeluarkan manusia dari kegelapan jahiliah kepada cahaya Islam yang terang benderang. Seperti disebutkan dalam (Q.S. Ibrahim :1) . “Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.”
Ajaran Islam adalah suara yang jelas baik sumbernya, metodenya, maupun tujuannya. Sehingga ini cukuplah bagi tiap Muslim apa-apa yang telah datang kepada meraka dari Al-Quran dan Al-Hadits. Islam telah secara jelas menguraikan tentang akidah, ibadah, akhlaq dan sebagainya. Bahkan sampai hal-hal kecil dalam kehidupan manusia, seperti adab bertamu, masuk kamar mandi, dan sebagaianya.
6.Al-Waqi’iyah (Kontekstual)
Manusia diciptakan dengan segala kelebihan serta kelemahan yang dimilikinya. Islam mengakui realitas manusia sebagai makhluk yang mempunyai kombinasi penciptaan. Oeh karena itu, di dalam pengarahan pembentukan pola pikirnya, dalam ajaran moralitasnya, dan di dalam hukum kontekstualnya, Islam tidak pernah melupakan realitas alam, kehidupan dan manusia dengan segala kondisi dan peristiwa-peristiwa yang melingkupinya. Islam memberikan perintah dan larangan, namun disitu ada rukhsah (keringanan) pada kondisi-kondisi tertentu yang secara fitrah manusia tidak dapat melaksanakannya. Seperti shalatnya orang sakit dengan duduk atau berbaring, tayamum, berbukanya orang musafir dengan menqadanya di hari lain.
Keringanan-keringanan itu semua merupakan perhatian Alloh akan realitas manusia dan kondisi mereka yang tidak stabil. Alloh menjelaskan dalam (QS. Al-Hajj: 78) “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim.
Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu[993], dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik- baik Penolong.”
Konsep manusia dalam islam
• Sabiqun bil khairat
Hamba Allah SWT yang termasuk dalam kategori ini adalah hamba yang tidak hanya puas melakukan kewajiban dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan oleh-Nya, namun ia terus berlomba dan berpacu untuk mengaplikasikan sunnah-sunnah yang telah digariskan, dan menjauhi hal-hal yang dimakruhkan. Akal sehatnya menerawang jauh ke depan untuk menggagas karya-karya besar dan langkah-langkah positif.
Hati sucinya menerima pilihan-pilihan akal selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Inilah hamba yang selalu melihat kehidupan dengan cahaya bashirah. Hamba yang hatinya senantiasa dihiasi ketundukan, cinta, pengagungan, dan kepasrahan kepada Allah SWT.
• Muqtashidun
Hamba Allah yang masuk dalam kategori ini adalah manusia muslim yang puas ketika mampu mengamalkan perintah dan meninggalkan larangan Allah SWT. Dalam benaknya,tidak pernah terlintas ruh kompetitif dalam memperluas wilayah iman ke wilayah ibadah yang lebih jauh lagi, yaitu wilayah sunnah. Imannya hanya bisa menjadi benteng dari hal-hal yang diharamkan dan belum mampu membentengi hal-hal yang dimakruhkan.
• Dzalimun linafsihi
Hamba yang termasuk dalam kelompok ini adalah yang masih mencampuradukkan antara hak dan batil. Selain ia mengamalkan perintah-perintah Allah SWT, ia juga masih sering berkubang dalam kubangan lumpur dosa. Jadi, dalam diri seorang hamba ada dua kekuatan yang mempengaruhinya, tergantung kekuatan mana yang lebih dominan.
MANUSIA BUTUH DINNUL ISLAM
Adalah suatu pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab.mengapa manusia membutuhkan diennul islam?. Namun, kita melihat potensi-potensi yang dimiliki manusia, maka kita akan menemukan beberapa jawaban terhadap pertanyaan tersebut, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Manusia sebagai makhluk Allah memiliki banyak kelebihan dibanding dengan makhluk yang lain; tetapi dibalik kelebihan yang banyak itu, manusia juga tidak luput dari banyak kekurangan, kelemahan dan kemampuan yang terbatas. Manusia terbatas pada alam sekitarnya, warisan keturunan dan latar belakang kebudayannya/hidupnya,; yang menyebabkan adanya perbedaan pandangan dalam menghadapi suatu masalah, bahkan seringkali bertentangan antara satu dengan yang lainnya.
Pandangan yang simpang siur tersebut (subyektif) tidak akan dapat menimbulkan keyakinan atas kebenaran, tetapi senantiasa diliputi oleh kabut keragu-raguan (dzanny), sehingga manusia senantiasa gagal dalam menentukan kebenaran secara mutlak, ia tidak sanggup menentukan kebaikan dan keburukan (haq dan batil), ia tidak dapat menentukan nilai-nilai semua hal yang demikian itu adalah di luar bidang ilmu pengetahuan manusia.
Untuk mengatasi ataupun memberikan solusi terhadap kegagalan manusia sebagai akibat dari kelemahannya, itu maka diperlukan agama/wahyu yang berasal dari luar manusia, yakni Allah swt. melalui para Nabi dan Rasul-Nya. Hal ini dapat terjadi karena Allah swt. adalah Maha Sempurna, sehingga wahyu yang diturunkan-Nya merupakan kebenaran mutlak dan bersifat universal yang tak perlu diragukan lagi, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah (2) : 147,
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلاَ تَكُونَنَّ مِنْ الْمُمْتَرِينَ
“Kebenaran itu adalah berasal dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu meragukannya”
2. Dalam diri manusia terdapat hawa nafsu, yang senantiasa mengajak manusia kepada kejahatan, apalagi kalau hawa nafsu tersebut sudah dipengaruhi oleh syaitan/iblis yang senantiasa menyesatkan manusia dari jalan yang benar. Jika manusia dapat mengalahkan pengaruh hawa nafsu dan syaitan tersebut, maka ia akan lebih tinggi derajatnya daripada malaikat; tetapi, jika ia mengikuti ajakan hawa nafsunya dan syaitan tersebut, maka ia akan turun derajatnya lebih rendah daripada binatang.
Untuk mengatasi pengaruh hawa nafsu dan syaitan itu, manusia harus memakai senjata agama (iman), karena hanya agama (imanlah) yang dapat mengatasi dan mengendalikan hawa nafsu dan syaitan/iblis itu; sebab agama merupakan sumber moral dan akhlak dalam Islam. Itulah sebabnya, missi utama manusia, sebagaimana hadits beliau yang menyatakan: Hanya saja aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Melawan hawa nafsu dan syaitan adalah jihad akbar, sebagaimana dikatakan oleh Nabi saw. sewaktu kembali dari perang Badar: Kita kembali dari jihad (perang) yang paling kecil menuju jihad yang paling besar, para sahabat bertanya: adakah perang yang lebih besar dari perang ini ya Rasulullah? Nabi menjawaab : ada, yakni melawan hawa nafsu.
Di samping itu, ada hadits lain yang mengatakan: Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sehingga hawa nafsunya semata-mata mengikuti agama Islam yang kaubawa.
3. Manusia dengan akalnya semata, tidak mampu mengetahui alam metafisika, alam akhirat yang merupakan alam gaib, dan berada di luar jangkauan akal manusia, sebagaimana firmana Allah dalam Q.S. al-Nahl (27) : 65,
وَاللَّهُ أَنزَلَ مِنْ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ اْلأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
“Dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi yang tadinya sudah mati. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran)“
Akal manusia mempunyai batas-batas kemampuan tertentu, sehingga tidak boleh melampaui batas dan wewenangnya. Oleh karena itu, banyak masalah yang tidak mampu dipecahkan oleh akal manusia, terutama masalah alam gaib; dan di sinilah perlunya agama/wahyu untuk meberikan jawaban terhadap segala masalah gaib yang berada di luar jangkauan akal manusia. Di sinilah letak kebutuhan manusia untuk mendapat bimbingan agama/wahyu, sehingga mampu mengatasi segala persoalan hidupnya dengan baik dan menyakinkan.
4. Para sainstis yang terlalu mendewakan ilmu pengetahuan –banyak yang kehilangan idealisme sebagai tujuan hidupnya. Mereka dihinggapi penyakit risau gelisah, hidupnya hambar dan hampa, karena dengan pengetahuan semata, mereka tidak mampu memenuhi hajat hidupnya; sebab dengan bekal ilmu pengetahuannya itu, tempat berpijaknya makin kabur, karena kebenaran yang diperolehnya relatif dan temporer, sehingga rohaninya makin gersang, sebagaimana bumi ditimpa kemarau, sehingga membutuhkan siraman yang dapat menyejukkan. Di sinilah perlunya agama untuk memenuhi hajat rohani manusia, agar ia tidak risau dan gelisah dalam menghadapi segala persoalan hidup ini.
5. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi umat manusia. Namun, dibalik semuanya itu, kemajuan ilmu pengetahuann dan tehnologi pula yang banyak menimbulkan kecemasan dan ancaman keselamatan bagi umat manusia.
Berbagai konflik yang maha dahsyat terjadi diberbagai belahan dunia dewasa ini merupakan dampak negatif dari pada kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi itu, dengan ilmu dan tehnologi, manusia memproduksi senjata, namun dengan senjata itu pula manusia banyak menjadi korban. Di sinilah perlunya agama, karena hanya agama (iman) lah yang dapat mencegah agar ilmu dan tekhnologi tersebut tidak berubah menjadi senjata makan tuan/pagar makan tanaman. Agamalah yang mampu menjinakkan hati manusia yang sesat, untuk berbuat baik kepada diri sendiri dan kepada orang lain.
SUMBER AQIDAH AKHLAK
Sumber aqidah islam adalah alquran dan sunnah. Artinya apa saja yang disampaikan Allah dalam AL-Quran dan oleh rassulullah dalam sunnah nya, wajib di imani. Akal fikiran tidaklah menjadi sumber aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba-kalau diperlukan-membuktikan kebenaran secara ilmiah kebenaran yang disampaikan, oleh Al-Quran dan sunnah. Itupun harus disadari oleh suatu ksadaran bahwa kemampuan akal sangat terbatas, sesuai dengan terbatasnya kemampuan semua makhluk Allah.
Akal tidak mampu mencapai masail ghaibiyah (masalah ghaib), bahkan akal tidak akan mampu menjangkau sesuatu yang tidak terikat dengan ruang dan waktu. Misalnya akal tidak akan mampu menjawab pertanyaan kekal itu sampai kapan? Atau akal tidak akan mampu menunjukan tempat yang tidak ada di darat, di udara, di lautan dan tidak ada di mana-mana. Kerna kudua hal tersebut tidak terikat oleh ruang dan waktu.
Oleh sebab itu akal tidak boleh di paksa memahami hal-hal ghaib tersebut. Akal hanya perlu membuktukan jujurkah atau bisakah kejujran si pembawa berita tentang
hal-hal ghaib tersebut di buktikan secara ilmiah oleh akal fikiran? Hanya itu.
Demikian penjelasan mengenai Aqidah , Akhlak , Dienul Islam , dan Sumber Akhlak semoga memberikan pencerahan kepada kawan - kawan sekalian.
0 comments:
Post a Comment
Tim Gudang Materi mengharapkan komentar anda sebagai kritik dan saran untuk kami .. Hubungi kami jika anda mengalami kesulitan !