Penulis memakai judul Mahasiswa Makassar Beretika , karena terpanggil akan keprihatinan melihat hasil pencarian di Google yang menunjukkan pencarian yang merusak citra dari Mahasiswa di kota Makassar .
Dan penulis-pun termotivasi dari Blog yang dimotori oleh Kak Aan Mansyur yakni , tawaranmahasiswa.wordpress.com yang menunjukkan betapa pentingnya untuk melakukan pembelaan diri terhadap mahasiswa-mahasiswa di Kota Makassar . Dan saya sebagai salah satu mahasiswa , berasal dari Makassar tetapi , tidak berkuliah di Makassar ikut prihatin maka saya bermaksud memaparkan bagaimana Mahasiswa Makassar Beretika.
Cobalah bertandang ke mesin pencari Google. Lalu ketiklah “Mahasiswa Makassar”. Ada 2.810.000 entri! Dari hampir tiga juta lema tersebut, 23,27% mengandung kata “kekerasan” (654.000 entri), “rusuh” 13,45% (378,000 entri), “tawuran” 7,4% (208,000 entri), “perkelahian” 3,6% (101,000 entri), dan “bakar ban” 1,2% (33.200 entri).
Bisa jadi anda bukan tipe orang yang mudah terbujuk oleh angka-angka. Tapi setidaknya statistik yang disajikan Google memberi gambaran betapa merasuknya lema-lema tersebut ke dalam kehidupan mahasiswa Makassar. Stigma serampangan Makassar yang kasar semakin mendapatkan pembenaran.
Tapi tunggu dulu. Betulkah mahasiswa Makassar kerjanya berkelahi melulu? Lagi pula kalau mau jujur, tawuran mahasiswa bukan hanya ada di Makassar, dan sama sekali bukan fenomena baru. Sekelam itukah realitas keseharian mahasiswa dan masyarakat Makassar? Jangan-jangan ini lebih karena media yang bebal? Hanya tertarik pada kabar buruk, abai pada kabar baik. Masak sih tak ada sama sekali inisiatif cerdas dan bernas di antara mereka?
Ada berbagai penjelasan untuk mendedah sebab musabab kentalnya aroma kekerasan di kalangan mahasiswa. Sebagian melihatnya dalam konteks sistem pendidikan yang amburadul. Sebagian lagi lebih memandangnya dengan kaca mata konspiratif, “Ini pengalihan isu!” Tak sedikit yang menjelaskannya sebagai fenomena historis-kultural, “Ini buah dari citra diri “pabbambangang na tolo” (temperamental dan pendek akal)”. Atau yang beriam sosio-politik, “Ini karena mandegnya jalur aspirasi mahasiswa!” Apapun penjelasannya, tawuran mahasiswa masih saja sering berlangsung.
Tapi dari semua penjelasan itu, jarang sekali inisiatif bertanya pada mahasiswa, “Kalian kenapa sebenarnya?” Apalagi melibatkan mereka dalam komunikasi total untuk mencari jawab versi mahasiswa sendiri. Bukan tak mungkin mereka hanyalah “generasi gagap yang lahir dari generasi kurang ajar”, mengutip Rendra.
Jelas kita sedang tak butuh pembelaan diri. Justru kita perlu berkaca, melihat wajah Makassar yang sesungguhnya.
Tentunya dalam memberikan pencitraan terhadap bagaimana gambaran Mahasiswa Makassar , tidak patutlah kita selalu menengok sisi negatifnya . Tetapi lihatlah sisi positif dari Mahasiswa Makassar yang senantiasa berprestasi baik dari segi Nasional maupun Internasional.
Dalam berkontribusi menjadi mahasiswa Makassar yang memberikan nilai positif bagi daerah , dapatlah kita lakukan secara pribadi . Dimana kita sebagai mahasiswa baik , yang berdomisili di Makassar maupun di luar kota Makassar , dapat mengikuti berbagai kejuaraan yang tentunya kita sebagai mahasiswa dapat membanggakan keluarga dan daerah kita.
Selain itu , untuk para publikator , baik wartawan , jurnalis , maupun Blogger . Dapat memberikan kontribusi nya dengan membuat tulisan yang memberikan kesan positif terhadap mahasiswa Makassar .
Cobalah anda mencari mahasiswa Makassar di Google , semoga tulisan ini dapat muncul di halamam pertama dan dapat menjadi pencitraan terhadap mahasiswa Makassar.
0 comments:
Post a Comment
Tim Gudang Materi mengharapkan komentar anda sebagai kritik dan saran untuk kami .. Hubungi kami jika anda mengalami kesulitan !