Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama’ dari “khulqu” dari bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak itu terbagi dua yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah).
Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridai oleh Allah SWT , akhlak yang baik itu dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu dengan mematuhi segala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya, mengikuti ajaran-ajaran dari sunnah Rasulullah, mencegah diri kita untuk mendekati yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar, seperti firman Allah dalam surat Al-Imran 110 yang artinya “Kamu adalah umat yang terbaik untuk manusia, menuju kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada Allah”.
Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji seperti iri hati, ujub, dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzaan (berprasangka buruk), dan penyakit-penyakit hati yang lainnya, akhlak yang buruk dapat mengakibatkan berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain yang di sekitarnya maupun kerusakan lingkungan sekitarnya sebagai contohnya yakni kegagalan dalam membentuk masyarakat yang berakhlak mulia samalah seperti mengakibatkan kehancuran pada bumi ini, sebagai mana firman Allah Subhanahu Wataala dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 yang berarti: "Telah timbul pelbagai kerusakan dan bencana alam di darat dan di laut dengan sebab apa yang telah dilakukan oleb tangan manusia. (Timbulnya yang demikian) karena Allah hendak merusakan mereka sebagai dari balasan perbuatan-perbuatan buruk yang mereka lakukan, supaya mereka kembali (insaf dan bertaubat)".
II. Pembahasan
Akhlak adalah nilai pemikiran yang telah menjadi sikap mental yang mengakar dalam jiwa, lalu tampak dalam bentuk tindakan dan perilaku yang bersifat tetap, natural, dan refleks. Jadi, jika nilai islam mencakup semua sektor kehidupan manusia, maka perintah beramal shalih pun mencakup semua sektor kehidupan manusia.
Akhlak = Iman + Amal Shalih
Maka akhlak Laa Ilaaha Illallaah sebagai kumpulan nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan memasuki individu manusia dan merekonstruksi visi, membangun mentalitas, serta membentuk akhlak dan karakternya. Demikianlah, Laa Ilaaha Illallaah sebagai kumpulan nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan memasuki masyarakat manusia dan mereformasi sistem, serta membangun budaya dan mengembangkan peradabannya.
Walaupun Islam merinci satuan akhlak terpuji, namun dengan pengamatan mendalam, kita menemukan satuan tersebut sesungguhnya mengakar pada induk karakter tertentu. Sedangkan akhlak tercela seperti penyakit syubhat dan syahwat, sama bersumber dari kelemahan akal dan jiwa.
Dan adapun akhlak itu bukan semata – mata merupakan ‘takdir’ dari Allah SWT yang ditentukan bahwa si A menjadi pencuri dan si B dermawan. Allah SWT merupakan pencipta yang adil sehingga akhlak atau kepribadian seseorang itu terbentuk dari beberapa faktor , diantaranya faktor internal , dan eksternal. Dimana, faktor internal terdiri dari :
1. Insting biologis, seperti lapar, dorongan makan yang berlebihan dan berlangsung lama akan menimbulkan sifat rakus, maka sifat itu akan menjadi perilaku tetapnya, dan seterusnya
2. Kebutuhan psikologis, seperti rasa aman, penghargaan, penerimaan, dan aktualisasi diri
3. Kebutuhan pemikiran, yaitu akumulasi informasi yang membentuk cara berfikir seseorang seperti mitos, agama, dan sebagainya
Sedangkan faktor eksternal tersebut ialah , lingkungan keluarga (orangtua, saudara, kakek, nenek, dsb) kemudian dilanjutkan dengan pembentukan sikap , bagaimana bersopan santun, bagaimana membantu sesama, bagaimana melakukan hal yang berguna,dsb. Kemudian seseorang, terpengaruh ketika seseorang sudah mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitar (tetangga,teman sekolah, teman les, pak ustadz ) , sehingga muncullah berbagai pemahaman baru yang dapat member efek positif , maupun negatif pada seseorang. Disamping itu, pergaulan dan kondisi keluarga juga turut berpengaruh dalam pembentukan akhlak seseorang , misalnya pada pergaulan di sekolah , orang itu sering membolos dari sekolah dan membohongi orang tuanya dengan meminta uang untuk keperluan sekolah , dan pada kenyataannya dipergunakan untuk bermain game, sedangkan pada kondisi keluarga yang berpengaruh disini adalah pengaruh keharmonisan sebuah keluarga, semisal ayah dan ibunya bertengkar dan beradu mulut , maka orang itu akan cenderung antipati terhadap orangtuanya yang sedang dalam keadaan ‘retak’. Faktor-faktor tersebut diatas hanyalah beberapa contoh yang dapat kami paparkan.
Selanjutnya, seperti yang kita pelajari bahwa, ada 5 akar akhlak , yakni cinta kesabaran, sabar, kasih sayang, kedermawanan, dan keberanian. Mari kita paparkan satu per satu, cinta kesabaran maksudnya, dalam hal ‘cinta’ diperlukan kesabaran , karena interpretasi cinta dalam dua kata tersebut biasa berarti luas, cinta kepada sang Khalik, cinta kepada nabi Muhammad SAW, cinta kepada orangtua, dan lainnya. Cinta tak bisa secara langsung, tentunya untuk menjalin cinta itu butuh kesabaran , sehingga dari jalinan cinta dan kesabaran akan timbul keyakinan yang membuat kita dapat menjalani hidup dan membentuk akhlak kita. Sabar pengaruhnya dalam akhlak , menuntut kesabaran pada seseorang untuk berbagai hal , misalnya musibah, ketaatan, godaan, menggapai cita-cita,dll. Dari empat kesabaran yang kami sebutkan diatas, satu yang menarik yakni menggapai cita-cita , mengapa menggapai cita-cita merupakan suatu kesabaran , hal tersebut dikarenakan dalam proses menggapai cita-cita tersebut dibutuhkan proses dan dalam proses itu terdapat tahap-tahapan yang harus dilalui, seperti orang yang bercita-cita menjadi pilot, tidak langsung memasuki sekolah perkapalan yang ia inginkan melainkan , ia harus menjalani tahap awal, sekolah dasar, SMP, SMA, barulah kemudian masuk dalam sekolah perkapalan. Tetapi , proses jenjang tersebut tidaklah semudah menuliskannya , tetapi butuh waktu dan kerja keras untuk melaluinya oleh karena itu peran kesabaran disini amat diperlukan. Dalam kasih sayang, seringkali disalahartikan oleh sebagian orang , yang diidentikkan dengan pemberiman ‘ciuman’ dan lainnya. Tetapi, kasih sayang yang pengaruh pada akhlak yakni sebagai sebuah ‘rasa’ yang kita bagikan kepada lingkungan kita seperti , kasih sayang dari yang lebih tua ke yang muda, kasih sayang kepada alam, kasih sayang kepada tetangga, dan masih banyak kasih sayang lainnya. Peran kasih sayang disini , tidak lain mengajarkan kita untuk saling bertenggang rasa, menolong , dll . Sehingga , dengan disertai rasa kasih sayang maka, sesuatu yang semula terasa berat dapat menjadi lebih ringan. Kedermawanan yang selalu dikaitkan dengan ‘memberikan sesuatu’ kepada orang yang lebih membutuhkan, mempunyai arti juga pada akhlak , dimana kita diajarkan untuk berbagi , bukan hanya sebatas pemberian , kita ambil contoh sederhana saja. Misalnya pada suatu pembagian sembako, kita juga ‘orang tidak berpunya’ sedangkan sepulangnya dari pembagian tersebut ada orang yang lebih tak berpunya lagi dari kita , apabila kita mempunyai akhlak maka tentunya kita akan memberikan sembako pembagian itu kepada orang tersebut, walaupun , bukan kita yang membeli tetapi kita mendistribusikan sesuatu tersebut kepada orang yang lebih butuh.
Yang terakhir yakni keberanian, disini keberanian mempunyai batas atas dan batas bawah, dimana batas atasnya ‘nekad’ dan batas bawahnya ‘pengecut’ , sedangkan keberanian berada ditengah, diantara keduanya . Mari kita bahas, seorang yang berani belum tentu tahan badan dalam menghadapi sesuatu hal tersebut disebut ‘nekad’ , tentunya kita harus berfikir baik buruknya perbuatan yang kita lakukan , jangan juga kita terlalu berfikir untuk melakukan tindakan yang sudah banyak manfaat tetapi tidak mempunyai keberanian untuk mengungkapkannya itu yang disebut ‘pengecut’. Maka keberanian itu , berada ditengah-tengah , dimana kita mengetahui kebenaran dan melakukan kebenaran tersebut. Kelima. Dari kelima akar akhlak tersebut yang harus kita lakukan ialah penerapan tiap aspek pada bagian – bagian dari akar akhlak itu sendiri diimplementasikan pada kehidupan kita sehari-hari.
Keutamaan akhlak perlu kita ketahui , oleh karena itu kami memaparkan , keutamaan akhlak itu sendiri , agar kita dapat mengimpelementasikan dalam kehidupan kita. Dan , Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah pernah ditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk syurga. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Taqwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik.” (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
Tatkala Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menasehati sahabatnya, beliau shalallahu ‘alahi wasallam menggandengkan antara nasehat untuk bertaqwa dengan nasehat untuk bergaul/berakhlak yang baik kepada manusia sebagaimana hadits dari abi dzar, ia berkata bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR Tirmidzi, ia berkata: hadits hasan, dan dishahihkan oleh syaikh Al Salim Al Hilali).
Dalam timbangan (mizan) amal pada hari kiamat tidak ada yang lebih berat dari pada akhlak yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam :“ Sesuatu yang paling berat dalam mizan (timbangan seorang hamba) adalah akhlak yang baik.” (HR. Abu Daud dan Ahmad, dishahihkan Al Bani.
Dari Jabir radhiallahu ‘anhu berkata : Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat padaku majelisnya di hari kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya.” (HR. Tirmidzi dengan sanad hasan).Dari hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa akhlak yang paling baik memiliki keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya setiap muslimah mengambil akhlak yang baik sebagai perhiasannya. Yang perlu diingat bahwa ukuran baik atau buruk suatu akhlak bukan ditimbang menurut selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu menurut ukuran adat yang dibuat manusia. Karena boleh jadi, yang dianggap baik oleh adat bernilai jelek menurut timbangan syari’at atau sebaliknya.
Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syari’at, dalam semua masalah termasuk akhlak. Allah sebagai Pembuat syari’at ini, Maha Tahu dengan keluasan ilmu-Nya apa yang mendatangkan kemashlahatan/kebaikan bagi hamba-hamba-Nya. Wallahu Ta’ala a’lam.
Proses perkembangan akhlak dalam konsep Islam, karakter tidak sekali terbentuk, lalu tertutup, tetapi terbuka bagi semua bentuk perbaikan, pengembangan, dan penyempurnaan, sebab sumber karakter perolehan ada dan bersifat tetap. Karenanya orang yang membawa sifat kasar bisa memperoleh sifat lembut, setelah melalui mekanisme latihan. Namun, sumber karakter itu hanya bisa bekerja efektif jika kesiapan dasar seseorang berpadu dengan kemauan kuat untuk berubah dan berkembang, dan latihan yang sistematis. Kemudian, Islam membagi akhlak itu menjadi dua yaitu :
1. Fitriyah, yaitu sifat bawaan yang melekat dalam fitrah seseorang yang dengannya ia diciptakan, baik sifat fisik maupun jiwa.
2. Muktasabah, yaitu sifat yang sebelumnya tidak ada namun diperoleh melalui lingkungan alam dan sosial, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman.
Adapun tahap perkembangan tersebut terbagi atas tiga yaitu :
Tahap I (0 – 10 tahun)
Perilaku lahiriyah, metode pengembangannya adalah pengarahan, pembiasaan, keteladanan, penguatan (imbalan) dan pelemahan (hukuman), indoktrinasi
Tahap II ( 11 – 15 tahun)
Perilaku kesadaran, metode pengambangannya adalah penanaman nilai melalui dialog, pembimbingan, dan pelibatan
Tahap III ( 15 tahun ke atas)
Kontrol internal atas perilaku, metode pengembangannya adalah perumusan visi dan misi hidup, dan penguatan tanggung jawab kepada Allah SWT.
Kadangkala kita pertanyakan akhlak itu sebuah bentukan atau bawaan , sedangkan kita tahu bahwa seseorang dilahirkan di dunia ini dalam keadaan suci , artinya , kita lahir ke dunia ini tanpa membawa sesuatu , dan kemudian ketika kita berinteraksi maka , kita dipengaruhi oleh dua faktor tersebut yang telah kami jelaskan sebelumnya yakni , internal dan eksternal, maupun fitriyah dan muktasabah. Kesemua itu merupakan , sesuatu yang dilakukan oleh seorang yang akan dibentuk akhlaknya. Kesemua itu tergantung oleh kesemua faktor tersebut.
Pembentukan kepribadian, merupakan bagian dari pembentukan akhlak itu sendiri , ketika terjadi pembentukan kepribadian maka , terdapat step-step yang harus dilewati yaitu :
1. Adanya nilai yang diserap seseorang dari berbagai sumber, mungkin agama, ideologi, dan sebagainya
2. Nilai membentuk pola pikir seseorang yang secara keseluruhan ke luar dalam bentuk rumusan visinya
3. Visi turun ke wilayah hati dan membentuk suasana jiwa yang secara keseluruhan keluar dalam bentuk mentalitas
4. Mentalitas mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang secara keseluruhan disebut sikap
5. Sikap yang dominan dalam diri seseorang secara kumulatif mencitrai dirinya adalah kepribadian
Setelah pemaparan materi diatas , maka kita bertanya-tanya. Bagaimana semisalnya ada seorang preman bengis yang mempunyai akhlak yang tercela apakah masih bisa diperbaiki ? . Tentunya untuk akhlak cakupannya besar, tetapi ada cara penanggulangannya yaitu : merubah karakter . Yang akan dijelaskan dibawah ini merupakan tiga langkah dalam merubah karakter.
1. Terapi kognitif
Cara yang paling efektif untuk memperbaiki karakter dan mengembangkannya adalah dengan memperbaiki cara berfikir.
Langkah :
Pengosongan, berarti mengosongkan benak kita dari berbagai bentuk pemikiran yang salah, menyimpang, tidak berdasar, baik dari segi agama maupun akal yang lurus.
Pengisian, berarti mengisi kembali benak kita dengan nilai-nilai baru dari sumber keagamaan kita, yang membentuk kesadaran baru, logika baru, arah baru, dan lensa baru dalam cara memandang berbagai masalah.
Kontrol, berarti kita harus mengontrol pikiran-pikiran baru yang melintas dalam benak kita, sebelum berkembang menjadi gagasan yang utuh.
Doa, berarti bahwa kita mengharapkan unsur pencerahan Ilahi dalam cara berfikir kita.
2. Terapi mental
Warna perasaan kita adalah cermin bagi tindakan kita. Tindakan yang harmonis akan mengukir lahir dari warna perasaan yang kuat dan harmonis.
Langkah :
Pengarahan, berarti perasaan-perasaan kita harus diberi arah yang jelas, yaitu arah yang akan menentukan motifnya. Setiap perasaan haruslah mempunyai alasan lahir yang jelas. Itu hanya mungkin jika perasaan dikaitkan secara kuat dengan pikiran kita.
Penguatan, berarti kita harus menemukan sejumlah sumber tertentu yang akan menguatkan perasaan itu dalam jiwa kita. Ini secara langsung terkait dengan unsur keyakinan, kemauan, dan tekad yang dalam yang memenuhi jiwa, sebelum kita melakukan suatu tindakan.
Kontrol, berarti kita harus memunculkan kekuatan tertentu dalam diri yang berfungsi mengendalikan semua warna perasaan diri kita
Doa, berarti kita mengharapkan adanya dorongan Ilahiyah yang berfungsi membantu semua proses pengarahan, penguatan, dan pengendalian bagi mental kita.
3. Perbaikan fisik
Sebagaimana ahli kesehatan mengatakan bahwa dasar-dasar kesehatan itu tercipta melalui perpaduan yang baik antara tiga unsur :
1. Gizi makanan yang baik dan mencukupi kebutuhan.
2. Olahraga yang teratur dalam kadar yang cukup.
3. Istirahat yang cukup dan memenuhi kebutuhan relaksasi tubuh.
Demikianlah yang dapat kami jelaskan maka kami akan mengutip sebuah Hadist riwayat Imam Ahmad :
Rasulullah berkata, “Inginkah kalian kuberitahu tentang siapa dari kalian yang paling kucintai dan akan duduk di majelis terdekat denganku di hari kiamat?”
Kemudian Rasul mengulanginya sampai tiga kali, dan sahabat menjawab “Iya, ya rasulullah !” Lalu rasul bersabda, “Orang yang paling baik akhlaknya.”
III. Kesimpulan
Akhlak merupakan cerminan diri kita yang merupakan budi pekerti , perangai , maupun tabiat kita. Dan akhlak pun terbagi dua yaitu : Akhlatul Karimah (Akhlak terpuji ) dan Akhlatul Mazmumah (Akhlak tercela). Akhlak dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Dan adapula, 5 akar akhlak yakni, cinta kesabaran, sabar, kasih sayang, kedermawanan, dan keberanian. Dan adapun salah satu keutamaan akhlak itu sendiri , adalah “..sesuatu yang paling berat timabngannya pada mizan..” . Dan akhlak , membutuhkan proses yang cukup panjang dalam pembentukannya. Hal ini merujuk pada akhlak sebagai bentukan bukan bawaan . Kemudian , akhlak itu dapat berupa kepribadian , maupun karakter. Terdapat pula, 5 tahap membentuk kepribadian. Walaupun, seseorang tersebut akhlaknya sudah bisa dibilang ‘hancur’ , tetapi dengan pendekatan karakter yang merupakan bagian dari akhlak itu . Dengan dilakukannya merubah karakter dengan 3 tahap yaitu : terapi kognitif, terapi mental , dan perbaikan fisik.
Daftar Pustaka
http://mediasauna.multiply.com/journal/item/8 Diunduh : 29 November 2009 Pkl. 11.07
http://pustaka-ebook.com/membentuk-karakter-cara-islam/ Diunduh : 30 November 2009 Pkl. 10.50
Matta, Anis.M. 2002. Membentuk Karakter Cara Islam . Jakarta : Al-Ihtisom Cahaya Umat.
Terima kasih anda telah membaca artikel kami ini, kami berharap anda mencantumkan Blog kami sebagai sumber referensi anda. Untuk mendownload klik disini Paper Akhlak
0 comments:
Post a Comment
Tim Gudang Materi mengharapkan komentar anda sebagai kritik dan saran untuk kami .. Hubungi kami jika anda mengalami kesulitan !