Dirgantara Wicaksono, M. Pd
Siapa bilang usia muda adalah masa untuk belajar dan belajar? Hal itu tidak berlaku bagi Dirgantara Wicaksono. Pria berusia 26 tahun yang dinobatkan sebagai kepala sekolah termuda se-DKI Jakarta ini tengah belajar sambil berusaha menerapkan ilmu yang didapatnya dari bangku sekolah, kuliah, dan organisasi di berbagai lembaga pendidikan.
Usia muda tak menghalangi Dirgantara untuk beraktivitas di banyak tempat. Tercatat, ia yang tengah menyelesaikan studi Strata Tiga di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini menjalani kehidupan sebagai seorang pengajar. Ia mengajar program studi sejarah di Fakutas Ilmu Sosial UNJ, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta, dan menjadi dosen pascasarjana di Universitas Perjuangan 45 Cengkareng. Pria kelahiran Tangerang, 13 Juni 1986 ini mengajar pula di Pendidikan Anak Usia Dini, dan di Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMJ.
Salah satu hal yang membanggakan dari pria berkacamata ini adalah ia ditahbiskan sebagai kepala sekolah termuda se-DKI Jakarta, yaitu saat ia masih berusia 24 tahun. Kini ia telah dua tahun memimpin Sekolah Menengah Atas (SMA) Al-Hikmah di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur. Prestasinya sebagai pemimpin muda ini tak bisa dipandang sebelah mata karena selama ia memimpin, banyak prestasi yang ia dan anak didiknya torehkan. Berafi liasi dengan almamaternya, UNJ, Dirgantara mengembangkan bakat terpendam yang dimiliki siswanya di SMA Al-Hikmah dalam bidang olahraga, khususnya gulat. Ada beberapa kejuaraan yang berhasil dimenangi oleh siswanya, sehingga menambah daftar juara di sejarah sekolah Al-Hikmah.
Lalu, bagaimana sepak terjangnya ketika menjadi seorang pemimpin muda di lingkungan pendidikan, khususnya di SMA al-Hikmah? Dirgantara bisa jadi Kepala Sekolah SMA Al-Hikmah bukan tanpa perjuangan. Di sekolah tersebut sebetulnya ada struktur yayasannya, dan biasanya yang memimpin sekolah adalah orang yang bisa dipercaya, dan itu haruslah dari anggota keluarga yayasan. Dan ia sendiri, tidak berasal dari keluarga atau kerabat yayasan. Namun kebetulan pada saat ia kuliah di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) semester enam waktu itu, lalu ia mulai mengajar di sekolah ini, sebagai bentuk salah satu jihad untuk menyebarkan ilmu karena diajak oleh beberapa seniornya.
Saat mengajukan Renstra (Rencana Strategis) tiga tahun, lima tahun, dan sepuluh tahun, Dirgantara membuat rencana Sekolah Al-Hikmah ini akan menjadi seperti apa ke depannya. Dan hal itu yang membedakan dengan teman seniornya. Dari renstra itulah ia dipercaya memimpin SMA Al-Hikmah. Dan, saat ditahbiskan jadi kepala sekolah, ia merasa kaget, tapi karena sudah nawaitu berniat ingin mengabdi, makanya tak terlalu shock. Ketika menjadi kepala sekolah waktu itu, dia masih kuliah S2 semester satu di jurusan Manajeman Pendidikan.
Dulu ketika ditanya “Apa cita-cita kamu?”, ketika teman-teman kecilnya menjawab “Ingin jadi dokter, ingin jadi polisi,” tapi Dirgantara kecil menjawab, “Ingin jadi pencetak teman-teman,” yaitu ingin menjadi guru. Makanya, setelah lulus SMA, ia berkeinginan masuk IKIP, yang ternyata namanya sekarang adalah UNJ.
Jihad dalam Kepemimpinan
Jihad adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan pengabdiannya sampai saat ini. Di sekolah ini fi nansialnya memang kurang. Tak ada pungutan biaya bagi siswa. Ada yang membayar hanya 25 persennya saja, selebihnya tidak, karena sekolah ini tempat siswa siswi dengan keluarga yang perekonomiannya di bawah rata-rata.
”Dari tahun 1971, sekolah Islam ini memang mengemban misi sebagai lembaga sekolah Islami yang berusaha membekali pendidikan karakter bagi siswa-siswi agar nantinya bisa bersama-sama menyebarkan syiar Islam di masyarakat. Selain itu juga kami berusaha mendidik generasi Islam yang punya pandangan jauh ke depan, dan juga tidak konservatif,” kata Dirgantara.
Di sekolah ini ia menerapkan pola kepemimpinan transformatif. Ia menerapkan pemikiran, bahwa tak ada arogansi dalam memimpin. Sedangkan pada siswa-siswi, ia menerapkan metode afirmasi diri secara holistik, yaitu membuat aktivitas siswa secara terus-terusan memiliki pola pikir positif setiap hari dengan sengaja. Ia juga menerapkan kegiatan-kegiatan positif setiap hari, misalnya tadarus, kultum, dan lainnya setiap hari, maka segala perilaku negatif itu bisa lebih terkendali. Salah satu yang bisa dibanggakan selama ia memimpin sekolah ini adalah prestasi yang didapat oleh siswa-siswi, terutama di bidang ekstrakurikuler. Ada yang mendapat juara 1 untuk kejuaraan Gulat Antar-Pelajar, juara MTQ, juara Lomba Cerdas Cermat, dan beberapa prestasi di bidang non-akademik lainnya.
Dari semua kesibukannya, pemuda warga Jatibening, Bekasi Selatan ini mengaku bahwa semua ini sebenarnya tidak lepas dari apa yang diajarkan orang tua dan kakeknya untuk membentuk karakter pemimpin pada dirinya. Bahwa, ia tidak perlu memikirkan jadi apa di masyarakat, tapi harus memikirkan bisa menghasilkan apa untuk masyarakat. Hal itu yang menunjang pemikirannya hingga saat ini. Dan menjadi ‘guru’-lah ia bisa berguna bagi masyarakat, karena memang itu cita-citanya sejak kecil. Ia berharap, agar ia bisa terus idealis dalam memperjuangkan perbaikan sistem pendidikan yang ada di negeri ini, khususnya di SMA al-Hikmah. Dan juga membebaskan masyarakat dari kemiskinan. Ia juga berpesan pada pembaca, "Jika kita menjadi pemimpin, mereka haruslah mengetahui keinginan bawahannya atau yang dipimpinnya. Tetap berpegang pada tujuan, serta visi dan misi organisasi yang menaungi kita. Kepada bawahan pun, kita harus bisa bekerja sama agar semua pekerjaan bisa berjalan dengan baik," tutupnya. (ric)
Biodata
Nama : Dirgantara Wicaksono.M.Pd, M.M
TTL : Tanggerang,13 Juni 1986
Pendidikan : Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, UNJ ( S1 ); Program Magister Manajemen, konsentrasi Manajemen Sumber Daya Manusia, Universitas Kejuangan 45 ( S2 ); Program Studi Magister Manajemen Pendidikan, Program Pasca Sarjana, UNJ ( S2 ); Program Studi Doktor Teknologi Pendidikan, Program Pasca Sarjana, UNJ ( S3 )
Aktivitas : Assistant Dosen Metodologi Penelitian,D3 pariwisata FIS, UNJ; Dosen MKU ( Pancasila dan Humaniora ) di Universitas Kejuangan 45, Cengkareng; Kepala SMA Al-Hikmah Islamic school; Dosen PGSD dan PAUD, FIP UMJ.
sumber: http://muzakki.com/pribadi-muslim/profil-pribadi-muslim/415-jihad-sang-kepala-sekolah-muda.html
Baca Selengkapnya ..
Siapa bilang usia muda adalah masa untuk belajar dan belajar? Hal itu tidak berlaku bagi Dirgantara Wicaksono. Pria berusia 26 tahun yang dinobatkan sebagai kepala sekolah termuda se-DKI Jakarta ini tengah belajar sambil berusaha menerapkan ilmu yang didapatnya dari bangku sekolah, kuliah, dan organisasi di berbagai lembaga pendidikan.
Usia muda tak menghalangi Dirgantara untuk beraktivitas di banyak tempat. Tercatat, ia yang tengah menyelesaikan studi Strata Tiga di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini menjalani kehidupan sebagai seorang pengajar. Ia mengajar program studi sejarah di Fakutas Ilmu Sosial UNJ, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta, dan menjadi dosen pascasarjana di Universitas Perjuangan 45 Cengkareng. Pria kelahiran Tangerang, 13 Juni 1986 ini mengajar pula di Pendidikan Anak Usia Dini, dan di Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMJ.
Salah satu hal yang membanggakan dari pria berkacamata ini adalah ia ditahbiskan sebagai kepala sekolah termuda se-DKI Jakarta, yaitu saat ia masih berusia 24 tahun. Kini ia telah dua tahun memimpin Sekolah Menengah Atas (SMA) Al-Hikmah di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur. Prestasinya sebagai pemimpin muda ini tak bisa dipandang sebelah mata karena selama ia memimpin, banyak prestasi yang ia dan anak didiknya torehkan. Berafi liasi dengan almamaternya, UNJ, Dirgantara mengembangkan bakat terpendam yang dimiliki siswanya di SMA Al-Hikmah dalam bidang olahraga, khususnya gulat. Ada beberapa kejuaraan yang berhasil dimenangi oleh siswanya, sehingga menambah daftar juara di sejarah sekolah Al-Hikmah.
Lalu, bagaimana sepak terjangnya ketika menjadi seorang pemimpin muda di lingkungan pendidikan, khususnya di SMA al-Hikmah? Dirgantara bisa jadi Kepala Sekolah SMA Al-Hikmah bukan tanpa perjuangan. Di sekolah tersebut sebetulnya ada struktur yayasannya, dan biasanya yang memimpin sekolah adalah orang yang bisa dipercaya, dan itu haruslah dari anggota keluarga yayasan. Dan ia sendiri, tidak berasal dari keluarga atau kerabat yayasan. Namun kebetulan pada saat ia kuliah di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) semester enam waktu itu, lalu ia mulai mengajar di sekolah ini, sebagai bentuk salah satu jihad untuk menyebarkan ilmu karena diajak oleh beberapa seniornya.
Saat mengajukan Renstra (Rencana Strategis) tiga tahun, lima tahun, dan sepuluh tahun, Dirgantara membuat rencana Sekolah Al-Hikmah ini akan menjadi seperti apa ke depannya. Dan hal itu yang membedakan dengan teman seniornya. Dari renstra itulah ia dipercaya memimpin SMA Al-Hikmah. Dan, saat ditahbiskan jadi kepala sekolah, ia merasa kaget, tapi karena sudah nawaitu berniat ingin mengabdi, makanya tak terlalu shock. Ketika menjadi kepala sekolah waktu itu, dia masih kuliah S2 semester satu di jurusan Manajeman Pendidikan.
Dulu ketika ditanya “Apa cita-cita kamu?”, ketika teman-teman kecilnya menjawab “Ingin jadi dokter, ingin jadi polisi,” tapi Dirgantara kecil menjawab, “Ingin jadi pencetak teman-teman,” yaitu ingin menjadi guru. Makanya, setelah lulus SMA, ia berkeinginan masuk IKIP, yang ternyata namanya sekarang adalah UNJ.
Jihad dalam Kepemimpinan
Jihad adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan pengabdiannya sampai saat ini. Di sekolah ini fi nansialnya memang kurang. Tak ada pungutan biaya bagi siswa. Ada yang membayar hanya 25 persennya saja, selebihnya tidak, karena sekolah ini tempat siswa siswi dengan keluarga yang perekonomiannya di bawah rata-rata.
”Dari tahun 1971, sekolah Islam ini memang mengemban misi sebagai lembaga sekolah Islami yang berusaha membekali pendidikan karakter bagi siswa-siswi agar nantinya bisa bersama-sama menyebarkan syiar Islam di masyarakat. Selain itu juga kami berusaha mendidik generasi Islam yang punya pandangan jauh ke depan, dan juga tidak konservatif,” kata Dirgantara.
Di sekolah ini ia menerapkan pola kepemimpinan transformatif. Ia menerapkan pemikiran, bahwa tak ada arogansi dalam memimpin. Sedangkan pada siswa-siswi, ia menerapkan metode afirmasi diri secara holistik, yaitu membuat aktivitas siswa secara terus-terusan memiliki pola pikir positif setiap hari dengan sengaja. Ia juga menerapkan kegiatan-kegiatan positif setiap hari, misalnya tadarus, kultum, dan lainnya setiap hari, maka segala perilaku negatif itu bisa lebih terkendali. Salah satu yang bisa dibanggakan selama ia memimpin sekolah ini adalah prestasi yang didapat oleh siswa-siswi, terutama di bidang ekstrakurikuler. Ada yang mendapat juara 1 untuk kejuaraan Gulat Antar-Pelajar, juara MTQ, juara Lomba Cerdas Cermat, dan beberapa prestasi di bidang non-akademik lainnya.
Dari semua kesibukannya, pemuda warga Jatibening, Bekasi Selatan ini mengaku bahwa semua ini sebenarnya tidak lepas dari apa yang diajarkan orang tua dan kakeknya untuk membentuk karakter pemimpin pada dirinya. Bahwa, ia tidak perlu memikirkan jadi apa di masyarakat, tapi harus memikirkan bisa menghasilkan apa untuk masyarakat. Hal itu yang menunjang pemikirannya hingga saat ini. Dan menjadi ‘guru’-lah ia bisa berguna bagi masyarakat, karena memang itu cita-citanya sejak kecil. Ia berharap, agar ia bisa terus idealis dalam memperjuangkan perbaikan sistem pendidikan yang ada di negeri ini, khususnya di SMA al-Hikmah. Dan juga membebaskan masyarakat dari kemiskinan. Ia juga berpesan pada pembaca, "Jika kita menjadi pemimpin, mereka haruslah mengetahui keinginan bawahannya atau yang dipimpinnya. Tetap berpegang pada tujuan, serta visi dan misi organisasi yang menaungi kita. Kepada bawahan pun, kita harus bisa bekerja sama agar semua pekerjaan bisa berjalan dengan baik," tutupnya. (ric)
Biodata
Nama : Dirgantara Wicaksono.M.Pd, M.M
TTL : Tanggerang,13 Juni 1986
Pendidikan : Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, UNJ ( S1 ); Program Magister Manajemen, konsentrasi Manajemen Sumber Daya Manusia, Universitas Kejuangan 45 ( S2 ); Program Studi Magister Manajemen Pendidikan, Program Pasca Sarjana, UNJ ( S2 ); Program Studi Doktor Teknologi Pendidikan, Program Pasca Sarjana, UNJ ( S3 )
Aktivitas : Assistant Dosen Metodologi Penelitian,D3 pariwisata FIS, UNJ; Dosen MKU ( Pancasila dan Humaniora ) di Universitas Kejuangan 45, Cengkareng; Kepala SMA Al-Hikmah Islamic school; Dosen PGSD dan PAUD, FIP UMJ.
sumber: http://muzakki.com/pribadi-muslim/profil-pribadi-muslim/415-jihad-sang-kepala-sekolah-muda.html